Chapter 5

1.3K 241 2
                                    

"Kapan ayah akan pergi ke ibukota lagi?" tanya Estelle pada Ein


"Sekitar satu minggu lagi" kata Ein


"Satu minggu…" gumam Estelle dengan raut wajah sendu, "o, oh, iya. Apa saya juga akan pergi ke akademi kalau sudah berumur 13 tahun?" kata Estelle agak lebih riang dari yang sebelumnya


"Tidak/tidak boleh" kata Carl dan Ein bersamaan


"Kenapa? Apa hanya laki-laki yang bisa masuk akademi?" tanya Estelle masih kekeh


"Apa maksudmu…? {Name} perempuan, dia bisa masuk akademi" kata Carl


"Estelle… akademi tidak memandang jenis kelamin, namun murid-murid diwajibkan tinggal di asrama selama 3 tahun penuh. Murid-murid harus hidup sendiri dan tidak boleh membawa pengawal" jelas {name}


"Tidak mungkin mengirimkan kamu yang lemah ke akademi" kata Carl


"Tapi kenapa kak {name} boleh, sedangkan saya tidak! Lagi pula saya tidak lemah! Menurut saya…" protes Estelle


"Pokoknya tidak boleh" kata Ein membuat Estelle ngambek


"Huff…" Estelle yang ngambek dengan cepat memakan kue dalam nampan miliknya, "sudah habis! terima kasih hidangannya!" kata Estelle meletakkan nampan nya


"Sudah habis? Disitu masih sisa" kata Carl melihat nampan Estelle


"Karena saya lemah, mungkin saja perut saya sakit kalau makan terlalu banyak!" kata Estelle meng-gembung kan pipinya


"Kalau terlalu banyak makan…" kata Ein dengan membelo


"……bisa sakit perut?" kata Carl melanjutkan perkataan Ein


"Ughh… saya permisi dulu!" Estelle masih dalam keadaan ngambek keluar dan membanting pintu


{Name} yang melihat tingkah Estelle sedikit terkekeh, terkadang jika melihat tingkah laku Estelle pasti ia selalu ingat tingkah nya saat masih kecil


"Paman Ein… saya ingin bertanya" kata {name} dengan nada yang serius


"Apa yang ingin kamu tanyakan?" kata Ein tidak kalah serius


"Maaf jika ini sedikit lancang, apakah Paman Thoma dan Duke Stuferd sudah mengetahui dimana keberadaan saya?" tanya {name} agak khawatir jika keberadaannya sudha diketahui


"Mereka masih belum mengetahui keberadaan mu, tapi tidak menutup kemungkinan" Ein menyeruput teh nya


"Paman Ein… saya yang yatim piatu ini, apakah hak asuh saya akan jatuh di tangan paman Thoma…?" tanya {name} agak sendu


"Tidak, hak asuh mu ada di tangan ku. Secara ikatan darah, kamu memang sudah tidak memiliki orang tua. Tapi kamu sudah ku anggap seperti anak ku sendiri. Jadi kamu tidak perlu memikirkan terlalu jauh {name} fokus saja pada pendidikan mu, mata-mata ku selalu mengawasi gerak-gerik mereka. Tidak usah terlalu dipikirkan, dan ku dengar kamu termasuk salah satu dari tiga yang teratas. Selamat…" ucap Ein yang selalu berekspresi datar


"Terima kasih Paman" ucap {name} sedikit lega


"Aku sudah bilang, jangan memikirkan terlalu banyak hal yang tidak perlu" kata Carl menoyor kepala {name}, di balas cengiran oleh {name}


'tetap saja… aku harus merebut kembali keadilan rakyat Daen Louise, karna itulah jati diri ku. Selemah apa pun aku yang sekarang, untuk itu aku harus berjuang. Walau harus mengorbankan nyawa ku sendiri' batin {name} bertekad











































Tbc'































































Hallow… setelah sekian lama, akhirnya bisa up lagi
Mohon maaf tidak bisa panjang, dikarenakan masih banyak kegiatan yang mengharuskan Caren untuk mengurangi menggunakan hand phone
Dan masih mengerjakan beberapa pekerjaan yang harus dilakukan dan dikerjakan
































500 kata
Rabu, 06-04-2022
By : Caren

Carl Castiello x Reader || Anak Keluarga IniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang