I miss your tan skin
Your sweet smile
So good to me, so right
Pemakaman Eren dilaksanakan di hari Sabtu berikutnya. Mikasa menatap dari jauh, wanita paru bayah dan seorang pria dengan wajah yang begitu mirip Eren menangis di depan peti jenazah pemuda itu.
Armin datang, menepuk pundak Mikasa. Senyumnya terukir sendu, "Kau yakin bisa?"
Mikasa menarik napas dalam, air matanya sudah kering untuk tumpah. Dengan yakin, ia mengangguk. Ikut melangkah bersama Armin mendekat ke arah panggung duka. Sosok yang pernah datang memberi kabar duka kepadanya, menyambut. Mikasa sudah tahu, sosok itu adalah Zeke Yeager yang sering dibicarakan Eren.
"Ibuku sudah menunggu mu." ucap Zeke
Carla Yeager, Ibu Eren, lantas berbalik. Menyadari kehadiran Mikasa yang langsung menunduk tanpa berani menatap wajah yang begitu mirip seperti milik mendiang kekasihnya. Hatinya berdenyut sakit, ia mengira tangisnya tidak akan lagi pecah. Namun, ketika Carla menariknya ke dalam pelukan, pertahanan Mikasa runtuh.
Ia menangis di dalam pelukan Carla. Seolah sudah lama mengenal sosok wanita yang memeluknya kini.
"Dia banyak bercerita tentang mu,"
Angin berhembus diantara mereka, Mikasa mengulas simpul. Berlatar taman di sebelah pemakaman, setelah peti jenazah Eren dikebumikan. Carla menariknya untuk larut dalam perbincangan mengenang Eren.
"Dia mengirim beberapa surat yang berisi segala hal tentangmu. Rasanya, aku sudah lama mengenalmu karena dia begitu menggebu menulisnya." ucap Carla, ia merogoh tasnya.
Mengeluarkan sebuah kotak kayu kecil, berisi beberapa lembar surat yang ditulis tangan dengan rapih. Lagi-lagi, Mikasa tidak bisa menahan air matanya.
"Dia sangat mencintaimu. Sekali, sebelum ia berangkat ke Berlin, kami bertemu. Itu pertemuan terakhirku, ku rasa itu adalah salam perpisahan darinya. Dan saat itu, dia hanya menghabiskan waktu untuk membicarakan mu."
Carla tergelak dengan menyembunyikan isak tangisnya. Ia menyodorkan kotak berisi surat Eren kepada Mikasa, kemudian kembali mengambil sesuatu di tasnya. Benda itu adalah dompet milik Eren.
"Ini milikmu. Kau pantas memilikinya, simpan ini dengan baik." ucap Carla.
Mikasa bergeming, bibirnya keluh untuk sekedar mengucap sepatah kata. Gadis itu hanya mengulas senyum getir ketika Carla pamit undur diri.
Di malam hari, langit tampak muram. Berwarna kelabu, tanpa kerlip bintang yang menemani rembulan dibalik awan. Mikasa duduk bersandar pada daun jendela, kedua iris jelaganya tampak sendu.
Beberapa lembar kertas surat ada di pangkuannya. Mikasa mungkin sudah lelah untuk menangis, namun air matanya tak berhenti untuk mengalir setelah membaca sederet kalimat yang menggambarkan seberapa besar Eren mencintainya.
"Boleh aku masuk?"
Suara Hanji membuyarkan lamunan Mikasa, gadis itu menatap sosok Hanji yang mengulas simpul dan mengangguk sebagai jawaban. Hanji melangkah masuk, duduk tepat di samping Mikasa. Tangannya mendorong kaca jendela, angin malam berhembus masuk dari celahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELIONS [√]
Hayran Kurgu[EreMika Fanfiction] Eren kembali mengingat, saat pertama kali ia terpana akan pesona gadis Ackerman yang digadang sebagai Malaikat Jurusan Seni Musik. Itu adalah malam dengan terang bulan purnama, berlatar panggung di aula Kampus, Eren terpesona p...