14. Di Balik Punggung Monster (1)

2.1K 304 86
                                    

07 April 2022

Saya benar update ya gaes ya :)
Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalani. Semangat puasanya!

***


Tommy mengangguk mengiyakan, kemudian melangkah meninggalkan Ellen menuju ke kelasnya. Dari belakang, Ellen melihat punggung cowok itu yang kian menjauh. Tatapannya menjadi sendu. Ia berpikir sampai kapan ia harus membohongi cowok yang sebenarnya menyimpan begitu banyak hal pahit dalam hidupnya itu?

Akankah ia akan menjadi bagian dari kepahitan itu?

Seandainya ia dapat berlaku tulus tanpa misi rahasia yang ia lakukan, apakah keadaan akan tetap baik-baik saja seperti ini?

Apakah hari di mana ia harus berhenti itu tak akan pernah ada sama sekali?

Ellen berusaha mengontrol emosinya. Baginya ia hanya perlu fokus untuk mengakhiri hubungan yang ia pikir hanya sia-sia. Dilema jelas selalu menghantuinya. Ia tidak tahu harus bagaimana karena ia benar-benar bingung, haruskah ia melanjutkan rencananya atau justru menghentikannya sebelum semuanya berjalan semakin jauh hingga tak terkendali-menciptakan ruang yang harusnya tidak ia masuki.

Ellen ingin membicarakan hal yang memusingkan ini bermaksud untuk mendapat solusi. Namun, pada siapa? Ia bahkan tak punya teman yang benar-benar bisa diajak untuk berbagi.

***

Menjelang malam, Ellen bersiap-siap untuk pergi dengan Tommy. Ia memakai pakaian kasual dengan riasan tipis di wajahnya.

Ponselnya bergetar, ada panggilan masuk dari seseorang yang membuatnya meraih ponsel di atas meja rias dan menggeser tombol hijau di layar ponselnya.

[Gue udah di depan rumah lo, nih.]

Suara yang sedikit berat itu terdengar. Ellen melangkah menuju jendela kamarnya dan menggeser sedikit tirai yang menutupi jendelanya. Benar saja, ia melihat cowok itu sudah ada di depan pagar rumahnya bersama motor kesayangan cowok itu.

Ditutup kembali tirai itu dan Ellen turun ke bawah. Ia menghampiri Tommy yang sedang duduk di atas motornya.

"Kita berangkat sekarang?" tanya Ellen.

"Nanti."

Kedua alis Ellen bertaut, bingung dengan ucapan cowok yang terus memandangnya itu. "Kenapa?"

"Masih mau mandangin pacar gue yang cantik banget kayak bidadari."

Pukulan kecil mengenai lengan cowok itu dari Ellen. "Apa, sih? Gombal banget tau, nggak?"

"Gombalin pacar sendiri nggak salah dong. Kalo gue gombalin cewek lain baru salah."

Ellen memajukan langkahnya, mendekatkan dirinya dengan Tommy. "Jadi lo mau natap gue berapa jam? Sampe subuh ya terus kita nggak jadi pergi."

Hidung Ellen dicubit gemas oleh Tommy. "Iya, bawel banget punya pacar. Naik, gih, pakai helmnya terus pegang bahu gue jadi tumpuan."

Ellen menurut, ia memakai helm lalu menaiki motor sport itu dengan memegang kedua bahu Tommy sebagai tumpuannya. Setelahnya motor itu pun melesat keluar dari komplek perumahan mewah itu.

Senyuman Ellen mengembang tanpa sadar. Ia menikmati angin malam yang membelai kulitnya, membuatnya tanpa sadar memeluk Tommy sedikit lebih erat. Pergerakan itu membuat Tommy sedikit terkejut lalu melirik kaca spion kanannya.

Tommy ikut mengembangkan senyumnya saat ia tahu jawaban atas pelukan gadis itu. Tommy menikmatinya. Ia membiarkan gadis itu memeluknya sambil menikmati jalanan kota malam.

TOMMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang