06. Badboy or Angel?

26.3K 2.8K 292
                                    

Di kediaman Ferrario. Seorang cowok tampak duduk termenung di kamarnya. Sepi. Itulah keadaan rumahnya saat ini. Tommy duduk di atas ranjangnya sembari menatap jendela besar. Ia menghela napas pelan. Orang tuanya bekerja di Inggris, sedangkan kakak angkatnya belajar di Australia. Ia hanya tinggal dengan Bibi dan Satpamnya saja.

Entah berapa lama lagi ia harus terus merasakan kesepian dan heningnya rumah. Selalu makan sendirian di meja makan yang besar, selalu pulang dengan keadaan sunyi tanpa ada yang menyambut, selalu tertawa sendirian saat menonton film tanpa tertawa bersama keluarga.

Tommy hanya lelah dengan kehidupannya. Pernah tebersit di pikirannya ingin mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara bunuh diri. Namun, teman-temannya selalu ada untuknya dalam keadaan apapun. Itulah alasan Tommy tetap hidup sampai sekarang.
Hidup dengan menghirup napas yang sama dengan orang-orang yang membencinya.

"Cewek itu kenapa bisa buat gue bersikap kayak tadi?" tanyanya pada diri sendiri saat mengingat kejadian di UKS tadi. Di mana saat Ellen mengingatkannya akan keluarganya yang tak pernah memedulikannya, juga bagaimana masa depannya nanti.

"Sial."

Tommy mengacak rambutny asal lalu meraih jaket jeans-nya dan keluar dari kamarnya lalu menghampiri motornya di halaman rumah. Motor ia lajukan menuju salah satu rumah yang tampak minimalis.

Cowok itu memarkirkan motornya di halaman rumah, kemudian turun dan menekan bel rumah. Pintu terbuka dan menampakkan sosok seorang gadis yang tampak terkejut.

"Lo ... Lo kok bisa ke sini?" tanya gadis itu kaget karena Tommy mengetahui rumahnya.

"Emang napa?" tanya Tommy lalu bergegas masuk tanpa mendapat izin dari pemilik rumah.

"E一eh! Gue belum izinin lo masuk."

Tommy sudah duduk di atas sofa sambil menyandarkan tubuh dan kepalanya. "Kalo lo bukain pintu itu tandanya lo suruh gue masuk."

"Nggak ada aturan kayak gitu. Lo kalo mau kemari tuh bilang-bilang dulu kek."

Tommy menoleh ke arah cewek itu. "Takut banget gue ke sini? Gue kagak bakal macem-macem. Orang tua lo mana?"

"Pergi." Ellen menjawab seraya duduk di hadapan Tommy.

"Bagus dong. Kita berasa suami istri berdua di rumah."

Ellen menggeleng. Tidak habis pikir dengan pemikiran cowok di hadapannya. "Lo tahu dari mana rumah gue?"

"Dari temen-temen lo."

"Lo ngapain ke sini?"

"Kangen sama pacar gue lah. Kalo nggak kangen ngapain gue ke sini."

Ellen berdeham sebentar karena jawaban cowok itu. Ellen bangkit dari sofanya dan hendak menuju dapur untuk mengambil minuman, namun pertanyaan Tommy menghentikannya.

"Mau ke mana?" tanya Tommy.

"Dapur. Ambil minum buat lo."

"Nggak usah. Lo ke kamar aja sekarang, ganti baju terus balik ke sini lagi."

"Mau ke mana?"

"Entar juga lo tahu. Buruan, gue tungguin."

Ellen menuruti perkataan cowok itu dan bergegas ke kamarnya. Ia berganti pakaian dengan pakaian casual. Tidak lupa juga tas biru muda yang ia selempangkan di tubuhnya. Tak lama kemudian ia turun dan menghampiri Tommy yang tengah memainkan ponselnya.

"Udah."

Suara gadis itu membuat Tommy menoleh dan dengan ponselnya ia mengambil gambar diri cewek itu. Sadar akan difoto, Ellen langsung bergerak hendak meraih ponsel cowok itu.

TOMMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang