Maaf setelah beberapa bulan ga update karna fokus terbitin Bara dan novel ke3 sekaligus istirahat bentar dari dunia kepenulisan.
Happy reading yang kangenin Tommy
***
Drrtt ... Drrtt. ..
Gadis yang sedang merapikan dasinya di depan cermin kini mengalihkan pandangannya ke ponsel yang ada di dekatnya. Ia meraih benda pintar itu dan melihat seseorang meneleponnya. Dengan cepat ia angkat panggilan itu.
"Iya?"
"Pagi, Sayang! Lagi di rumah, kan? Kebetulan nih gue lewat depan rumah lo. Sekalian aja ya gue jemput."
Mendengar itu membuat Ellen memutar bola matanya malas. Apanya yang kebetulan lewat? Jelas-jelas cowok itu memang sengaja ke rumahnya. Dasar tidak pintar mencari alasan!
"Iya gue turun dulu."
Ellen bergegas meraih tasnya dan turun menemui Tommy yang sudah menunggunya di depan rumah. Cowok itu masih duduk di atas motornya. Ellen menghampiri cowok itu dan hal yang membuatnya bingung adalah cowok itu turun dari motor dan berhadapan dengannya.
Ellen mendongak karena Tommy menjadi lebih tinggi darinya. "Kenapa?" tanya Ellen.
"Boleh gue pakein helm di kepala lo?"
Pertanyaan itu sontak mengejutkan Ellen. Apa-apaan itu? Untuk apa Tommy meminta izin darinya padahal biasanya cowok itu selalu bertindak semaunya. Aneh.
Ellen menganggukkan kepalanya dan Tommy memakaikan helm itu di kepala Ellen dengan hati-hati. Tiba-tiba saja wajah Tommy mendekat hingga bersejajar dengan wajah Ellen saat mengaitkan pengait tali helm itu. Tatapan cowok itu tegas tidak seperti biasanya. Diam-diam Ellen memuji bentuk mata yang indah itu.
Sadar diperhatikan, Tommy pun menatap gadis itu lalu berbisik di telinga kanannya. "Lo wangi strawberry. Gue suka. Tapi, gue gregetan kalo lo lihatin kayak gitu."
Lagi-lagi Ellen terkejut. Apakah barusan Tommy menggodanya? Tidak! Jika itu benar, maka Ellen tidak boleh kalah. Ellen tidak akan membiarkan dirinya sendiri untuk memiliki perasaan kepada cowok itu.
Tidak! Ellen tidak akan jatuh cinta padanya!
Setelah Ellen duduk di belakang Tommy, motor itu memelesat dengan kecepatan sedang. Tommy tidak akan mengencangkan laju motornya saat membonceng perempuan. Iya tahu bahwa itu dapat membuat mereka takut.
Sesampainya di parkiran motor sekolah, keduanya sudah turun dari motor. Tommy membantu Ellen untuk membuka pengait helm lalu diletakkannya di atas motornya. Tommy menyisir rambutnya dengan jemari tangannya lalu membenarkan posisi dasi.
"Gimana? Uda rapi belum?" tanya Tommy membuat Ellen terdiam sebentar lalu menganggukkan kepalanya.
"Jadi lo mau berubah dari penampilan lo dulu?"
Tommy tersenyum mendengar pertanyaan gadis itu. "Iya, lebih baik dari penampilan gue dulu."
"Kalau gitu, lo nggak boleh berantem hari ini. Kontrol emosi lo. Sabar itu kunci perubahan lo berhasil." Ellen berujar membuat Tommy mendekat padanya dan membungkukkan badannya-menatap gadis itu lekat.
"Kalau seandainya gue lepas kendali, apa lo bakal tarik gue lagi kayak waktu itu?" tanya Tommy.
"Kalau lo berantem lagi, gue nggak mau ngomong sama lo selama dua hari."
KAMU SEDANG MEMBACA
TOMMY
Roman pour AdolescentsTommy Ferrario, murid yang di Drop Out dari sekolah lamanya karena sikapnya yang begitu berandal. Cowok dengan segudang masalah yang mencoba untuk selalu terlihat baik-baik saja di setiap harinya. Ia pindah ke sekolah SMA Harapan Bangsa dan menjadi...