04. Ribut

25.5K 2.3K 169
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Tommy dan kawan-kawannya tengah duduk di koridor dekat gudang sekolah sambil merokok. Satu kawannya sedang tampak gelisah. Tommy yang tahu hal itu langsung bertanya padanya.

"Kenapa lo, gelisah amat tuh muka."

"Pulang sekolah nanti, gue diajak berantem sama Jacky." Hendrik menyahut dengan sedikit lemas.

Tommy menaikkan sebelah alisnya, merasa tidak asing dengan nama itu. "Jacky Jackson ketua Tiger maksud lo?"

"Lah, lo kenal juga sama Jacky, Tom? Gue kira lo nggak kenal." Robby menyambung.

"Musuh akut gue itu. Rupanya musuh kalian juga. Bruuh," kata Tommy. "Terus, lo lawan dia sendirian? Setahu gue, sih, Jacky selalu bawa pasukan."

"Gue nggak tahu. Waktu itu gue nggak sengaja nyerempet motor dia pas di jalan. Dia malah marah-marah sama gue, padahal motornya juga nggak lecet. Emang dari awalnya aja tuh anak suka cari masalah."

"Lo nggak usah takut. Lo nggak sendirian. Gue sama lo ngadepin dia pulang sekolah nanti." Ucapan Tommy membuat kawan-kawannya menoleh seketika.

"Makasih, Tom. Tapi biar ini jadi urusan gue aja."

"Kita itu temen, temen susah kita harus datang bantu, bukannya diacuhin." Tommy membuang puntung rokoknya ke bawah lalu menggeseknya dengan sepatu. "Jumpa di mana?" lanjut Tommy.

"Sebelah gang sekolah kita. Katanya mereka mau lihat kita kalah di kandang sendiri."

Senyuman Tommy mengembang sinis. "Lebih baik tahu diri daripada percaya diri."

***

Ellen dan teman-temannya sedang berjalan mendekati gerbang sekolah. Bersyukur ia tidak meilihat kehadiran Tommy. Biasanya cowok itu ada di parkiran bersama kawan-kawannya. Kini cowok itu tidak ada di sana一bahkan motornya saja sudah tidak ada.

"Lo nggak dianter pulang sama Tommy?" tanya Diana.

"Nggak, ah. Ngapain coba, gue juga udah biasa pulang sendiri. Kadang juga dijemput sama nyokap."

"Tapi tumben, deh, motor Tommy sama gengnya nggak ada di parkiran. Biasa mereka mejeng di sana lama banget sambil ngeganggu cewek-cewek lewat."

Ellen juga bingung tapi ia tidak ingin ambil pusing dengan cowok itu. Karena ia menerima Tommy sebagai pacarnya hanya karena sebuah misi yang ia rencanakan. Bukan karena ia menyukai cowok itu.

"Len!"

Salah satu murid berlari menghampiri Ellen dengan napas tersengal-sengal. Cewek itu hanya menatap bingung orang tersebut.

TOMMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang