17. Ryuzha dan Gertakan

341 48 14
                                    


Hari sudah hampir menjelang siang. Ellen baru terbangun dari tidurnya. Ia mengambil segelas air putih yang ada di sebelahnya lalu meneguknya hingga habis. Ellen merenggangkan tubuhnya dan menoleh ke jendela karena sinar matahari yang sudah menerangi kamarnya. Gadis itu pun turun dari kasur dan bersiap-siap untuk mandi.

Ellen turun ke bawah setelah membersihkan dirinya. Ia terkejut tanpa bersuara ketika melihat Tommy yang masih tertidur pulas di sofa ruang tamu. Ia berjalan mendekati Tommy dengan hati-hati seperti maling yang takut tertangkap basah. Tangan Ellen melambai pelan ke kanan dan kiri di depan wajah Tommy, ternyata cowo itu tetap tidak terusik.

Gadis itu pun memilih untuk pergi ke dapur dan membuat makan siang. Ia yakin Tommy pasti lapar setelah bangun tidur. Ellen melihat stok sayur dan makanan yang ada di kulkasnya, ia memilih beberapa yang dirasa ia cukup. Ellen memasak nasi terlebih dulu dengan porsi yang pas untuk dua orang kemudian ia memasak lauk.

Di ruang tamu, Tommy terusik dengan suara dari dapur itu membuat kedua matanya terbuka dengan pelan lalu ia merenggangkan tubuhnya. Entah sudah berapa lama ia tidak merasakan tidur nyenyak seperti semalam. Tommy melihat ada segelas air dan handuk kering beserta keperluan mandi di atas meja dekat posisi duduknya. Cowok itu tersenyum kecil dengan tindakan Ellen yang terkesan peduli dengan orang-orang sekitarnya.

Dengan tenang Tommy melangkah ke kamar mandi dengan menenteng keranjang kecil berwarna merah muda di tangan kirinya.

-----

Di dapur Ellen masih sibuk dengan membuat makan siang. Gadis itu menghidangkan makanan yang tampak lezat itu di atas meja dengan rapi. Tidak lupa juga ia membuat jus jeruk.

Tommy yang sudah selesai membersihkan dirinya pun menuju ke dapur dan melihat Ellen yang tengah menarik kursi sedikit ke belakang. Cowok itu menghampiri Ellen dan mengeluarkan ponsel dari saku celananya.

Ellen terdiam bingung di saat Tommy mengambil foto makan siang yang ia buat dengan ponselnya. Ini kali pertama ia melihat ada cowok yang tertarik dengan hal seperti itu. Biasanya di mana-mana perempuan lebih tertarik memfoto makanan sebelum disantap.

Tommy menunjukkan layar ponselnya ke gadis itu lalu berkata, "Gue posting ke sosmed."

Ellen menghela napas pelan, bukan marah namun ia pasrah dengan kelakuan Tommy yang selalu tidak dapat ditebak itu. Keduanya menyantap makan siang itu dengan lahap, keduanya juga sambil bercerita hingga Tommy memuji masakan Ellen. Setelahnya Tommy membantu Ellen mencuci peralatan makan.

Cowok itu pun pamit pulang kepada Ellen karena hari sudah mau sore.

"Makasih atas jamuannya." Tommy berucap sambil tersenyum.

Ellen pun membalas senyumannya. "Sama-sama, Tommy."

Tidak lama kemudian Tommy melajukan motornya hingga tidak tampak lagi di komplek perumahan gadis itu. Motor Tommy memasuki halaman markas Fatal. Cowok itu melangkah ke dalam dan mendapati beberapa orang ada di sana.

"Tumben engga rame?" tanya Tommy pada mereka yang sedang main billiard. Ada Bara, Andi, dan Dhirga di sana.

"Pada ke mall semua," jawab Bara sambil menyodorkan tongkat billiar ke Tommy.

"Nanti dulu, Bar, gue mau ganti baju belum pulang dari semalem." Tommy bergegas ke lantai dua untuk berganti pakaian karena di markas Fatal selalu tersedia pakaian mereka untuk berganti saat latihan bela diri.

Ponsel Tommy bergetar di saku celananya, ia pun dengan cepat mengecek siapa yang meneleponnya saat ini. Ternyata Andreas.

"Kenapa, Bro?" tanya Tommy.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TOMMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang