12. Senyuman Iblis

4.6K 748 265
                                    

Reset — Tiger JK ft. Jinsil


-terima kasih sudah sabar menunggu-

***

Ellen berlari kecil ke kelasnya, namun sebelum benar-benar memasuki kelas, ia memelankan langkahnya dan melihat seorang cowok berkacamata moderen itu tampak menggaruk tengkuk lehernya sambil bersandar di tembok. Benar-benar membuatnya terpesona.

Yah, tidak munafik. Ellen memang suka dengan pria bertubuh tinggi, bugar, berpenampilan rapi, dan pintar. Wanita mana yang tidak suka dengan pria seperti itu?

Cowok itu menoleh ke kiri dan sedikit terkejut saat melihat Ellen berdiri menatapnya. Dengan cepat ia menghampiri Ellen dengan wajahnya yang tampak tenang.

"Ehmm... udah hampir sebulan kayaknya kita nggak ketemu ya. Lo ada waktu,  nggak?" tanya cowok itu dengan lembut.

Ellen mengangguk pelan. "Ada apa?"

"Weekend ini lo ada waktu nggak?"

Ellen mengangguk samar-samar. "Ada, sih. Kenapa?"

"Mau nggak temenin gue beli kado buat adik gue? Sekalian jalan. Gue kangen sama lo."

"Boleh." Ellen menyetujuinya tanpa ragu. 

"Thank you. Have a nice day!"

"Okay!" Ellen pun memasuki kelasnya dan meninggalkan cowok itu di sana.

Setelah cowok itu pergi dengan senyuman di wajahnya, dari kejauhan tampak Tommy sedang bersandar dengan raut wajah terkejutnya. Bukan karena cemburu ada cowok lain yang mengajak Ellen berbicara, namun karena ia tak menyangka ia bertemu lagi dengan cowok itu setelah sekian lama tidak bertemu.

"Berto Nasution?" gumam Tommy sambil melihat ke bawah lalu melihat ke arah tangga yang baru saja dilewati oleh Berto. "Jadi dia sekolah di sini?" tanyanya pada diri sendiri.

***

Sepulang sekolah, Tommy langsung menuju markas Fatal tanpa berniat pulang terlebih dulu ke rumah. Untuk apa juga ia pulang ke rumah yang hanya akan dihuni oleh dirinya sendiri. Ia duduk di sofa ruang tamu bersama Bara di sebelahnya dan Andi yang duduk di hadapannya. Tampak Ghani membawa empat botol minuman dingin dari dapur menuju ketiga temannya berada. Ia pun meletakkan botol-botol itu di atas meja.

"Ini minumannya, silakan dinikmati."

"Ya, ampun. Makasih, Tante Ghani." Bara menyahut ucapan Ghani sembari mengambil salah satu minuman dingin itu lalu meneguknya hingga setengah botol.

"Euh, sama-sama, Mas Barah!" sahut Ghani sambil menyolek dagu Bara jahil.

"Anjing, ngedesah. Jauh-jauh lo sana." Andi mengumpat membuat Tommy dan Bara yang sangat mengetahui sifat Andi pun tertawa kecil.

"Yang lain mana?" tanya Tommy.

"Bentar lagi lah paling ke sini. Tadi gua suruh beli nasi dulu buat kita makan." Bara menajawab dan ditanggapi oleh bibir Tommy yang membentuk seperti huruf O.

Sambil menunggu teman yang lain datang, Bara dan Ghani menuju meja billiard. Sedangkan Andi sibuk dengan game di ponselnya. Tommy menyandarkan kepalanya di sofa sambil menatap langit-langit rumah. Ia sibuk bergelut dengan pikirannya. Kehadiran Berto benar-benar mengganggu pikirannya. Hingga sebuah bola billiard berwarna hitam mengenai kepalanya barulah ia tersadar. Tommy pun melempar balik bola itu ke arah Bara.

TOMMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang