08. Kejahilan Si Monster

14.2K 1.7K 115
                                    


08. Kejahilan Si Monster

***

Pulang sekolah, Ellen yang masih berdiri di depan kelasnya kini melihat ke bawah, ke arah lapangan tepatnya. Kedua matanya memandang beberapa cowok yang tengah berdiri sambil berbincang di tengah lapangan. Langit tampak mendung membuat cowok-cowok itu betah tertawa di sana.

Tommy yang tampak akrab dengan teman-teman barunya itu membuat Ellen tak melepaskan pandangannya begitu saja. Cowok itu tinggi, kulitnya yang tidak terlalu putih, juga senyuman indah yang bisa membuat cewek mana pun mimisan seketika. Yang Ellen bingungkan dari cowok itu adalah mengapa memilih dirinya untuk menjadi pacarnya di saat banyak cewek lain yang mengantri.

Ellen mendapat beberapa kesimpulan dari diri Tommy yaitu, ia adalah orang yang mudah berbaur, ramah, tak sungkan membantu, nakal, dan bermulut manis pastinya. Ya, kalau sudah begitu, Ellen barus memantapkan dirinya untuk berhati-hati dengan orang seperti itu.

Saat asik menatap, Tommy yang sedang tertawa kecil tak sengaja melihat ke atas dan mendapati Ellen yang tengah menatapnya. Pandangan keduanya bertemu. Ia ketahuan dan itu sangat memalukan. Gadis itu menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal lalu berbalik untuk turun dari lantai atas. Tindakan salah tingkah gadis itu membuat Tommy tersenyum dan terlintas sebuah ide jahil di otaknya.

Ellen menuruni anak tangga sepelan mungkin, berharap Tommy dan teman-temannya sudah bubar dari lapangan. Namun, hal tak terduga terjadi. Saat ia mencapai dasar, Tommy tiba-tiba muncul di hadapannya. Sontak saja Ellen berteriak karena kaget.

"Astagaaa!"

"Hello, my Princess." Tommy menyapa dengan santainya.

"Lo kok bisa di depan gue? Bukanya lo tadi di lapangan?" tanya Ellen tak percaya.

"Untuk kagetin lo apa sih yang nggak bisa, hm?"

Ellen mencubit pelan lengan Tommy. "Iih, jahil banget sih. Dosa loh, kagetin orang terus."

"Kok gitu?" tanya Tommy sambil menuruni anak tangga dengan Ellen.

"Karena orang yang lo kagetin bisa meninggal tiba-tiba gara-gara jantungan. Ih, ngeri deh pokoknya."

Mendengar hal itu, Tommy terkekeh kecil. "Ya, enggaklah. Kagetin orang tuh nggak dosa, kali. Yang dosa tuh kalo kita punya niat jahat ke seseorang untuk menghancurkan perasaan orang itu."

Langkah kaki Ellen menjadi lambat setelah mendengar ucapan Tommy barusan. Tak dapat dimungkiri, Ellen merasa tersindir dengan ucapan itu.

"Bener kan, kata gue?" Tommy bertanya lagi membuat Ellen dengan malas menjawab, "Iya, bener."

Kalo bener kenapa lo lakuin itu ke gue, njir. Batin Tommy sedikit kesal.

Sesampainya di gerbang sekolah, Tommy menemani Ellen menunggu jemputan.

"Lo kenapa selalu dijemput naik mobil? Lo alergi naik motor?" tanya Tommy penasaran.

"Rambut loh tuh alergi warna item, makanya pirang terus. Lagian gue naik mobil karena disuruh nyokap, biar nggak kehujanan mungkin."

"Lo takut kehujanan?"

"Siapa bilang? Gue nggak se-cupu itu, kali. Yang ada mantan-mantan lo tuh yang takut kehujanan."

Tommy terkekeh kecil. "Lo kayaknya sensi banget sama mantan gue. Tapi, bener sih, mereka kalo kena hujan dikit pasti langsung bawel minta teduh. Takut jadi mermaid, kali. Bisa juga takut make up nya luntur ketahuan shading hidung mancungnya kehapus atau ketahuan alisnya botak."

TOMMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang