Disinilah Cherly. Di salah satu bilik toilet sekembalinya ia dari rooftop. Gadis itu terduduk di atas kloset sembari membenamkan wajahnya dengan kedua tangannya. Ia tidak bisa menenangkan dirinya lagi dan isakan pilu tidak dapat di bendungnya.
Ia ingin mengurangi rasa sesak di dadanya yang selama ini selalu di tahannya melalui tangisan tersebut.
Ditambah perkataan Lucas yang masih terbayang dibenaknya membuat hatinya semakin terluka. Cherly tidak bisa berfikir dengan normal sekarang. Yang bisa ia lakukan adalah menangis dan terus menyalahkan dirinya sendiri.
Ya. Dialah yang tidak tau diri. Dengan gamblangnya beranggapan bahwa lelaki itu akan memberinya sebuah tempat teristimewa di kehidupannya.
Dia memang tidak pandai bersosialisasi atau menyenangi orang lain. Salah dirinyalah yang mencintai lelaki itu secara sepihak. Dan memendam perasaan sendiri seperti orang bodoh.
Kenapa pula ia harus merasakan patah hati seperti ini setelah mengetahui kebrengsekan pria itu. Bukanya menaruh sebuah dendam atau amarah yang mungkin akan meringankan rasa sakit yang sedang dialaminya.
Atau kenapa ia tidak bisa membuat kesan yang bisa disenangi pria itu. hingga akhirnya pria itu menganggap dirinya sangat payah dalam tahap itu.
Setelah lama berdiam diri di balik bilik toilet tersebut, Cherly akhirnya keluar dari sana, dan dengan langkah lesu ia berjalan kearah cermin yang berada di toilet sepi itu.
Lihatlah dirimu Cherly. Kau sangat berantakan! Batinnya. Perlahan gadis itu menyisipkan rambut hitam panjang bergelombang nya ke kedua sisi daun telinga yang sedari tadi menutupi separuh wajahnya itu.
Lupakan dia dan mulailah seperti awal. Batinnya lagi seraya menatap pantulan dirinya di depan cermin.
Matanya masih memerah hidungnya juga pun begitu. Sebetulnya Cherly memiliki garis wajah yang tidak terlalu buruk. Ia memiliki bentuk wajah oval serta hidung yang runcing. Hanya saja garis matanya tidak terlalu menarik untuk di tatap terlalu lama. Karena tatapannya memang terlihat menyedihkan. Ya tatapan sayu inilah yang membuat semua orang meremehkannya.
Bibir tipis pucat serta pecah-pecah itu, seakan menyatu dengan kulit putih pucat yang sama sekali tidak pernah dirawatnya. Ia memang benar-benar terlihat sangat suram dengan gaya sederhananya itu.
Apa dia warnai saja rambut hitam panjangnya itu dan ubah setidaknya sedikit dari penampilannya?
Entahlah. Ia merasa mungkin itu juga tidak akan berguna.
Ia segera beralih ingin menyalakan kran di wastafel untuk membasuh wajahnya agar mendapatkan kembali ketenangannya. Namun, tatapannya menjadi teralih ketika sudut matanya tanpa sengaja menemukan sesuatu yang menyilaukan matanya.
Untuk sesaat ia terpaku pada benda yang terlihat menyilaukan tersebut.
Hingga kini tanpa sadar kakinya telah melangkah dengan perlahan mendekati benda tersebut. Benda itu tergeletak di samping wastafel yang tidak jauh dari tempat berdirinya tadi, sehingga dengan mudah ia bisa mengenali bahwa benda yang membuatnya penasaran tersebut, adalah sebuah kalung.
Jari jemarinya langsung meraihnya secara hati-hati.
Kalung itu berbentuk sebuah batu perisai berwarna biru laut yang terlihat sangat indah. Cherly langsung memperhatikannya dengan seksama karena ada sebuah gambar yang terukir di sana. Di dalam batu tersebut terdapat sebuah gambar sayap putih yang seakan terlihat nyata dan menempel di sana.
Ya. Cherly akui bahwa kalung itu sangat indah, dan yang pastinya kalung tersebut bukanlah kalung biasa yang mungkin saja bernilai sangat tinggi.
Siapa yang bisa meninggalkan benda cantik seperti ini begitu saja? Batu Kalung tersebut terlihat sanggat langka dan Cherly rasa, ia sama sekali tidak pernah menemukan siapapun yang menggunakan benda tersebut di sekolahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow Island (Hiatus)
Viễn tưởngCherly Agleria tak pernah menyangka bahwa sebuah kalung berbentuk unik yang tidak sengaja ia temukan di toilet sekolah, akan mengantarkannya pada situasi yang amat sulit. Secara tak terduga ia terjebak dalam sebuah pulau misterius yang membuatnya ma...