Part-12

92 36 225
                                    

Cherly kembali terbangun dari tidurnya, dan mendapati dirinya sudah bisa lagi menggerakkan anggota tubuhnya seperti sediakala.

Kini, gadis itu sedang berusaha duduk di atas tumpukan rerumputan yang merupakan tempat tidurnya itu sembari mata menyorot pedih kondisi tubuhnya yang saat ini terlihat sangat memperihatinkan.

Ya. Saat ini ia masih terlihat kurus dari kondisi sebelum-sebelumnya. Hingga tulang-tulangnya pun tertampak dengan sangat jelas. Kulitnya juga entah kenapa ikut mengerut secara tidak biasa.

Ia bisa saja mendapatkan kembali kekuatannya, namun, sepertinya fisiknya tidak akan bisa menjadi seperti dulu lagi. Seketika, ia menyesali dirinya yang begitu mudah terpengaruh oleh tipu daya sosok dari mahluk licik itu.

Semua juga karena tindakan gegabah nya. Ia malah mengabaikan kejanggalan-kejanggalan yang sangat nyata untuk bisa disebut berbahaya.

Jika saja ia tidak merindukan sosok ibunya. Jika saja ia bisa mengesampingkan keinginannya. Jika saja ia bisa mengendalikan dirinya. Ia tidak mungkin akan berakhir mengenaskan seperti ini.

Ia merasa sangat buruk dan ingin menghilang saja dari tempat itu.

Cherly ingin menangis. Tapi, tertahan saat Peter sudah muncul di sampingnya.

Lelaki itu langsung berjongkok dengan membawa dua mangkuk di kedua tangannya. Kemudian menyodorkan lebih dulu sala satu mangkuk berisi cairan yang sebelumnya sempat pernah Cherly minum ke arahnya.

Melihat itu, suasana hati Cherly semakin buruk. Gadis itu langsung membuang pandangannya kearah tempat lain.

"Bagaimana kau bisa menemukanku? Harusnya kau biarkan saja aku mati di tangan penyihir itu. Kenapa kau malah menolongku!"

Air mata yang tertahan di mata Cherly tumpah begitu saja.

Terdengar hembusan nafas lelaki itu.
Ia meletakan dua mangkok itu di antara tumpukan rerumputan. Tepatnya di sela keberadaan jarak mereka. Lalu mengangkat bicara.

"Sepertinya kau lupa bahwa kau pemilik satu-satunya kalung itu. Bukankah itu sudah menjelaskan bagaimana situasi mu sekarang? Apa kau akan terus memberontak meski keadaanmu saat ini sudah berkata lain? Bukan hanya kau. Atau aku. Seluruh penghuni di tempat ini menginginkan kau dan aku segera mati di tangan kotor mereka. Haruskah aku membiarkanmu mati secepat itu, di saat kau sendiri masih memiliki harapan untuk bisa kembali hidup seperti ini?"

Pria itu berucap penuh penekanan sembari menatap Cherly juga perapian yang berada di sebrang nya secara bergantian.

Cherly terbungkam. Tangannya hanya bisa terangkat menghapus air matanya pelan. Memang benar. Tidak seharusnya ia menyalahkan pria itu yang entah bagaimana bisa menemukannya seperti sekarang. Tapi, kembali lagi pada kenyataan yang sedang terjadi pada Cherly sekarang. Ia tentu akan semakin menyusahkan pria itu dengan kondisinya yang sudah seperti ini. Namun, sepertinya lelaki itu tidak memahami apa yang di maksud oleh Cherly.

"Kau bertanya, bagaimana aku menemukanmu? Aku memiliki pemikiran, bahwa kau pasti akan terjerat tipuan dari penyamaran yang di buat oleh putri kematian itu. Karena, aku juga pernah terjebak olehnya. Aku bisa selamat seperti sekarang karena bantuan seorang temanku saat itu. Darinya aku banyak belajar tentang ini. Tetapi dia tidak bisa tinggal lebih lama denganku"

Cherly merasa agak terenyuh mendengar kisah lelaki itu. Ia terdengar seolah-olah sudah hidup begitu menderita di tempat seperti ini.

"Kau akan sembuh dan kembali normal seperti biasanya dalam kurung waktu tiga hari. Lumpur hijau itu juga akan membantumu pulih. Dan, putri kematian yang kau sebut nenek sihir itu, aku sudah berhasil membunuhnya. Aku berhasil membunuhnya saat dia hampir melemparmu ke dalam kolam deritanya. Dia sangat lengah saat itu. Ya. Jika aku terlambat sedikit saja, kau mungkin tidak akan lagi bisa terselamatkan"

Shadow Island (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang