Part-14

73 23 124
                                    

Matahari mulai meninggi ketika mereka telah berjalan tanpa henti di hutan belantara tersebut. Sesekali gadis itu berusaha menghela nafas yang tersengal. Cherly sangat lelah dan ingin sekali beristirahat. Tetapi ia juga merasa segan untuk mengatakan kepada pria itu.

Lelaki itu pasti akan kembali menyuruh Cherly untuk tidak merengek seperti sebelumnya.

Cherly berjalan di belakang dengan memanggul semua barang-barang yang ada, sedangkan lelaki itu berjalan di depan dengan santai dan sama sekali tak memiliki beban apapun. Dia mengatakan kepada Cherly bahwa Cherly harus melatih staminanya di mulai dari membawa beban tersebut dan sama sekali tidak di biarkan untuk beristirahat.

Menurut Cherly ini sama saja dengan penyiksaan. Tangannya terus menyeka peluh yang bermunculan di wajahnya.

"Berapa lama lagi kita akan berjalan?" Tanya Cherly pada akhirnya.

"Ssssttt, kau bisa memancing pendengaran mereka" Balasnya, mendelik kearah Cherly seraya menaruh jari telunjuk di bibirnya. Kemudian beralih lagi ke depan.

Gadis itu sontak menoleh ke sekeliling, menatap ke antara semak-semak yang sedang mereka lewati. Kemudian mempercepat langkahnya mendekati punggung pria itu.

"Me-mereka siapa?" Bisiknya berusaha agar suaranya bisa terdengar oleh pria itu.

Meski ia merasa waspada, ia masih belum mengerti akan isyarat yang di berikan oleh pria itu, atau sebenarnya hal mengerikan apa yang tengah bersembunyi di balik tempat tersebut. Namun, tak ada balasan dari pria itu.

Langkah pria itu sangat cepat hingga terkadang Cherly tidak bisa menyeimbangi nya. Tanpa gadis itu sadari, sebuah sesosok sudah berdiri di belakangnya lalu menepuk pelan pundaknya. Tepukan tangan yang terasa berat dan mendarat di pundaknya secara tiba-tiba tersebut refleks membuat Cherly terperanjat di tempat. Ia melirik ke samping dan mendapati tangan gemuk berkuku hitam panjang tengah bertengger di pundaknya. Tak dapat mengendalikan diri, gadis itu langsung menjerit kencang.

Entah kenapa sekeliling mendadak berubah menjadi kacau. Pohon-pohon yang semula terlihat normal, kini menggoyang-goyangkan batang mereka dengan gelisah di tempat hingga burung-burung dan hewan kecil lainnya yang semula bertengger di situ, kini berlarian dari sana.

Sampai akhirnya mata mereka terbuka lebar, lalu melempar tatapan marah ke arah keberadaan mereka. Saat itulah Cherly menyadari bahwa ia telah melakukan kesalahan besar karena dengan mudahnya dirinya bisa tak terkendali oleh sebuah tepukan pelan dari sosok yang tak lain adalah Piper.

Beruang itu balas menatapnya dengan ekspresi yang sama terkejut, karena teriakan tentunya.
Gadis itu sempat mendapat sekilas buah-buah Pir yang beruang itu bawa di tangan sebelum akhirnya Peter meneriaki mereka untuk segera lari.

Dalam pelarian mereka, akar-akar dan batang-batang pohon itu bergerak cepat menyerbu dan berusaha menghantam mereka dengan keras.

Peter telah berlari cepat di depannya, menghindari terjangan salah satu batang yang mengayun cepat di depan mereka di ikuti Cherly yang juga berhasil lolos dari serangan tersebut. Walau ia hanya mengikuti instruksi dari teriakan lelaki itu untuk segera merunduk.

Meski Cherly sudah kelelahan setelah berjalan berpuluhan mil dari tempat sebelumnya, ia tetap berusaha berlari kencang sebisanya demi menghindari serbuan amukan pohon-pohon yang ingin menggapai mereka. Di saat seperti itu, ia masih sempat melirik kearah belakang, tepatnya mencari keberadaan beruang hitam itu.

Namun, Cherly sama sekali tidak melihat tanda-tanda pelarian beruang itu atau apakah ia tertangkap oleh akar-akar ganas di belakang sana. Hal itulah yang membuatnya lengah, Cherly terkena lilitan di kakinya hingga mengakibatkan dirinya terjerembab ke tanah.

Shadow Island (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang