Part-10

85 43 160
                                    

Cherly terbangun dari tidurnya ketika pendengarannya terusik oleh suara nyaring burung gagak yang tengah berkoar-koar tepat di atas atap kamarnya.

Gadis itu langsung tersadar, dan meloncat dari tempat tidurnya. Nampaknya, di luar hari sudah mulai terang.

Semalam, sebelum tidur ia sempat berharap bahwa saat ini dirinya hanyalah sedang bermimpi. Ya, memimpikan kejadian yang sangat mengerikan seperti terikat oleh kalung aneh dan terdampar tak beralasan seperti ini, lalu dirinya akan terbangun dan menemukan keadaannya tengah berada di atas ranjang rumahnya pada pagi hari.

Namun, nyatanya itu hanyalah sia-sia.

Tentu Cherly masih tidak menerima bahwa kini dirinya begitu sangat jauh dari tempat tinggalnya.

Ia menggigil dengan udara pagi itu, dan memutuskan untuk keluar dari kamar menuju balkon dengan selimut putih yang hampir menutupi seluruh tubuhnya.

Sejenak ia berfikir, apa pria itu sudah berkemas dan sekarang sedang bersiap-siap untuk pergi?

Namun, ia tidak ingin peduli. Karena saat ini ia ingin menikmati waktunya sebentar di balkon itu. Lebih tepatnya ia ingin ber leha-leha terlebih dahulu menatap suasana di sekeliling yang entah kenapa terlihat tidak bersahabat.

Tetapi, belum lima menit ia berada di sana, ia sudah di teriaki oleh pria itu.

"Apa yang kau lakukan?!" Teriaknya dari bawah balkon.

Seperti yang di duga Cherly. Pria itu telah berpakaian santai, lengkap dengan peralatan-peralatan yang entah tidak bisa ditangkap dengan jelas oleh Cherly. Peralatan-peralatan tersebut tengah tersandang di bahunya bersama sebuah tas besar berwarna merah pekat yang tentunya semua itu tidak terlihat seperti barang bawaan untuk berkemah.

Sekilas pria itu terlihat seksi di mata Cherly dengan rambut gondrongnya yang terikat kebelakang serta lengan berototnya yang terekspos saat memanggul barang bawaannya. Namun, dengan cepat itu juga ia berpaling dan menepis pikiran konyolnya.

"Aku perlu mandi," Jawabnya cepat.

Itu bukan sebuah alasan, tetapi menjadi keseharusan untuk Cherly karena ia menyadari betul tubuhnya kini sudah terasa lengket dan agak bau.

"Kau tidak punya waktu untuk melakukan itu. Ambil barangmu dan segera turun" Ucapnya diiringi tatapan tajamnya.

"Yang benar saja. Bagaimana dengan sarapan? Apa kita akan pergi begitu saja tanpa sarapan?"

"Kau ingin sarapan? Tidak untuk sekarang! Saat kau ingin menghabiskan sarapanmu, maka tempat ini akan terkepung. Jika itu terjadi maka kita tidak akan bisa memasuki portal itu"

Kini ia tidak bisa membalas perkataan pria itu lagi. Dan ia merasa lelaki itu sangat pandai membuat dirinya merasa dikecam oleh ketakutan.

"A- aku belum berkemas"

Begitulah yang sebenarnya terjadi. Semalam ia begitu bingung, apa yang harus ia kemas hingga akhirnya ia memilih untuk tertidur begitu saja.

Dapat ia lihat raut kemarahan sudah terlihat di wajah lelaki itu. Meski wajahnya memang sudah terlihat garang. Namun, kini ia terlihat semakin menyeramkan.

"Haruskah aku menyeretmu dari sana? Berani sekali kau tidak mengikuti perkataanku!"

Ancamannya membuat Cherly tidak bisa lagi menggelak. Ia seperti telah melakukan kesalahan besar. Dan tidak ada kata maaf untuknya.

"A-aku akan turun sekarang"

Dengan cepat Cherly segera berlalu dari sana dan tergesa-gesa mengambil beberapa potongan pakaian di dalam lemari, kemudian menumpukanya di atas selimutnya.

Shadow Island (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang