Part-7

86 44 72
                                        

Perlahan Cherly memasangkan kalung tersebut di lehernya. Namun, setelah kalung itu melingkari lehernya, entah kenapa batu dari kalung itu menjadi terasa berat di lehernya. Bukan hanya itu, kalung tersebut seakan-akan sedang berusaha untuk mencekik lehernya.

Kepalanya mendadak terasa pusing, dan nafasnya mulai menjadi tidak beraturan. Keringat dingin juga mulai menyapanya. Cherly ingin melepaskan kembali kalung tersebut. Namun, tubuhnya tidak bisa bereaksi seperti yang diinginkannya.

Tubuhnya mulai oleng ketika penglihatanya menjadi berputar.

Dengan cepat ia berusaha menggapai sesuatu disekitarnya untuk sekedar bertumpu di sana. Tetapi reaksi tersebut belum berakhir di situ, tubuhnya kini mulai merasakan sensasi panas hingga membuatnya ingin sekali menjerit keras. Seolah sensasi yang berada di dalam tubuhnya ingin mencuat keluar.

Kini sekujur tubuhnya menjadi lemas hingga tanpa sadar Cherly sudah melayang jatuh menabrak lantai.

Dalam sisa-sisa kesadarannya ia berjuang untuk mengeluarkan suaranya, hanya untuk membuat ayahnya mengetahui keadaannya sekarang.

Namun, perjuangannya itu berujung sia-sia, karena dalam sekejap itu pula kegelapan melahapnya.

******

Di sebuah rumah mungil yang terbuat dari susunan berakit kayu dan diterangi oleh lampu obor. Terlihat sosok seorang pria bertelanjang dada sedang berdiri di atas balkon rumah tersebut sembari memerhatikan sesuatu. Raut pria itu terlihat tenang saat memandangi langit pekat yang hanya terdapat satu bintang di sana.

Dan saat bintang tersebut melayang turun seperti meteor, ia langsung bergegas masuk kedalam kamar dan mengambil barang-barang yang seolah nanti di butuhkannya.

Ia langsung melompati turun dari balkon dan berlari kencang menembus hutan gelap tersebut.

******

Cherly merasakan sensasi yang dingin dan basah sedang melingkupi sekujur tubuhnya saat ini. Ia juga merasakan hantaman pelan dari sebuah gelombang yang membuat tubuhnya seakan-akan terombang-ambing di permukaan air.

Dimanakah dia sekarang?

Kesadarannya belum sepenuhnya pulih karena ia dalam kondisi tidak bisa bergerak dari tempatnya.

Hingga sampai ke titik dimana ia mulai tersadar dengan situasi yang di hadapinya dan seketika membuat netranya membelak lebar.

Gadis itu langsung buru-buru berusaha menyesuaikan tubuhnya di dalam air agar tidak tenggelam seraya kepalanya mencari-cari arah di sekeliling, atau sebuah penyebab kenapa ia bisa dengan mudahnya berada di dalam air seperti itu.

Namun, satu hal lagi yang membuatnya tersadar. Air tersebut bukan air tawar, melainkan air asin.

Jelas saja ia bukan berada di sebuah kolam melainkan seperti di tengah lautan lepas.

Dirinya mendadak panik ketakutan. Gadis itu berusaha meminta tolong dan berenang kesana kemari. Namun, teriakannya hanya sia-sia, dengan cepat itu juga tenaganya menjadi terkuras. Ia merasa kelelahan. Meski ia pandai berenang. Jika dalam situasi seperti itu, cepat atau lambat ia akan tenggelam dan mati.

Kenapa ia bisa berada di sini?

Tentu ini bukan sebuah mimpi, menyadari dirinya mulai merasa kelelahan karena membuat dirinya terus mengapung di permukaan air.

Tidak mungkin ayahnya yang membuangnya di tengah lautan seperti ini.

Ia langsung teringat kalung itu. Ya. Kalung itulah yang pastinya telah membawanya kesini.

Meskipun tidak masuk akal, tidak ada lagi yang bisa di salahkan selain kalung itu.

Gadis itu langsung mengumpati kalung tersebut sembari berusaha melepaskanya.

Shadow Island (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang