07. Empat Artefak

717 80 0
                                    

Setelah makan malam selesai, seluruh siswa kembali ke asramanya masing-masing. Terkhusus asrama Gryffindor yang kini seluruh siswa didalannya telah terlelap tidur, kecuali... Harry dan Ron, mereka masih asik bergurau.

Setelah lelah dengan obrolannya, tiba-tiba Harry teringat pada buku Diary misterius yang ditemukannya pada siang hari ini. Ia mulai memberi tahu Ron tentang apa yang ia alami ketika berusaha mengambil Diary tersebut dari rak-nya.

"Fantastic, Harry, pasti ini bukan buku biasa..!!" Ucap Ron bersemangat.

"Yapp..." jawab Harry.

Kemudian Harry memulai menggoreskan tinta pada buku itu lagi, untuk berkomunikasi dengannya.

"Bagaimana bisa sebuah buku seakan dapat berbicara?" Tulis Harry

Diary menjawab, "Karena sihir baik"

Harry berulang-ulang mengajukan pertanyaan kepada Diary itu, dan buku tersebut menjawabnya dengan sangat jelas. Sampai pada akhirnya, Diary Tom Riddle itu meminta sebuah pertolongan kepada Harry.

"Harry, dapatkah kamu membantuku?"

"Membantu apa, Tom?" Jawab Harry.

"Jiwaku terjebak dalam buku ini, aku harus menemukan 4 artefak dari ke-empat asrama Hogwarts"

Harry berpikir sejenak, ia merasa kasihan dengan Tom Riddle dan hendak membantunya, tetapi dia masih sangat ragu.

Lalu Harry menoleh ke arah Ron untuk meminta pendapat, namun ternyata Ron sudah terlelap tidur karena komunikasi Harry dan bukunya sangatlah lama. Akhirnya Harry memutuskan untuk memulai misi mencari ke-empat artefak milik 4 asrama Hogwarts, yaitu :

- Pedang Gryffindor
- Tongkat Slytherin
- Mahkota Ravenclaw
- Piala Hufflepuff

Harry berjalan keluar asrama dengan sangat hati-hati, supaya teman-temannya tidak terbangun. Akhirnya setelah bersusah payah, ia berhasil keluar dari asrama Gryffindor.

Harry memutuskan untuk mencari Piala Hufflepuff terlebih dahulu sebagai artefak pertama yang ia cari. Karena menurut Harry, Hufflepuff adalah asrama yang penjagaannya kurang ketat. Lagipun... ia mempunyai relasi dengan anak Hufflepuff, Cedric Diggory, yang mungkin dapat membantunya dalam mencari Piala Hufflepuff itu.

"Lumos...." Harry memakai mantra lampu dan cahaya, dan muncullah cahaya pada ujung tongkat sihirnya.

Ia berjalan menyusuri lorong asrama yang cukup gelap dan mencekam, suara lolongan serigala begitu menambah kengerian di malam hari.

"Hoii...!! Siapaa disituuu...!!!!" Sayangnya ada seorang pria yang melihat cahaya dari tongkat Harry, dia adalah Draco, si Prefek Sytherin yang sedang melakukan patroli malam.

Draco mengejar sumber cahaya tersebut, Harry langsung mematikan mantranya, dan kondisi kembali gelap. Harry menahan napasnya, dan ia bersembunyi dengan menempel pada tembok.

"Lumos..." Draco menyalakan lampu, dia mengarahkan tongkatnya ke samping kanan dan kiri untuk mengecek siapakah pelaku yang melanggar jam malam tersebut.

Tiba-tiba ada yang menarik tangan Harry dalam kegelapan, dia membawa lari Harry, Harry pun hanya mengikutinya. Suara langkah mereka berdua terdengar oleh Draco, ia pun langsung mengejarnya.

Brukk....

Harry dipojokkan ke arah tembok, "ssshhh...." pria yang belum diketahui identitasnya itu menutup mulut Harry, ia membantu Harry supaya tidak ketahuan oleh Draco.

Draco terus berlari hingga meninggalkan mereka berdua, kemudian si pria tersebut melepaskan tangannya dari mulut Harry.

Huufft...huffttt Harry sudah bisa bernapas lega

.....

"Emmm..." ia agak merasa bingung.

Dan akhirnya, "Elll...Lu...Lumos..." Harry kembali menyalakan lampu pada tongkat sihirnya.

Harry mengarahkan tongkatnya ke arah depan, dan tampak seorang pria tengah berdiri dengan jarak hanya sekitar 1cm, tangan kirinya berada di pinggir kepala Harry, seperti dalam adegan romantisme telenovela.

Pria tersebut..., adalah Cedric, yang masih memandangi Harry dengan tatapan menawan dan penuh arti.

.
.
.
Uhuk...uhukkkk..... Apa yang akan dilakukan mereka berdua setelah ini?

***

Jangan lupa Vote cerita ini ya...
Terimakasih ^-^

HARRY POTTER and The Secret Diary (Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang