🤵‍♂️11🧕

248 72 19
                                    

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

Waktu sahur telah habis, peringatan imsak juga sudah lewat. Adzan shubuh terdengar dari penjuru masjid, "Kak, ayah sama adek mau ke masjid dulu ya!" Selama dua laki-laki yang ada di rumah pergi ke masjid, hanya Kayla yang ada di rumah. "Kamu hati-hati di rumah ya, dek ayo siap-siap ke masjid dulu dek!" Salman mengajak si bungsu pergi ke salat shubuh di masjid bersamanya.

"Oke ayah, adek ke ke kamar mandi dulu terus ganti dulu baju ya!"

"Iya... sama kok ayah juga!"

Baik ayah maupun anak, dua-duanya sama-sama pergi ke kamar masing-masing untuk bersiap pergi menunaikan salat shubuh berjamaah di masjid. Basah wajah dan anggota tubuh yang wajib dibasuh ketika berwudhu usai keluar dari kamar mandi. Kaos putih yang dikenakan terganti dengan baju koko warna senada yang Salman ambil dari lemari pakaian. Ia bercermin melihat kerapihan pakaiannya apakah sudah cukup layak untuk menghadap beribadah nanti. 

"Peci mana peci ya..."

Salman mencari penutup kepala yang biasa ia pakai bilamana pergi ke masjid atau acara pengajian. Peci yang biasa Salman mendadak tidak bisa ia temukan, "Haduuh di mana ya?" Salman mencari-cari.

"Ayah..."

Took... took...

"Yah udah siap ke masjid belum, adek udah siap nih!"

"Duuh... iya tunggu bentar dek!"

Salman masih mencari di mana pecinya, yang terlirik olehnya jadi songkok hitam yang Yumna hadiahkan padanya beberapa waktu lalu. "Mas, mohon maaf saya tidak tahu selera Mas Salman sukanya apa. Saya hanya bisa hadiahkan songkok serta tasbih dan kitab yang setidaknya meskipun ini bukan selera mas, tetap ada manfaat yang bisa diambil." Salman ambil songkoknya, kutipan kalimat dalam sepucuk surat yang ditulis Yumna seolah berkata langsung padanya.

Sekilas bibirnya mengulas senyum yang tipis.

Di hadapan cermin, Salman pakai songkok pemberian Yumna di kepalanya. "Pas juga nomornya. Kok Yumna tahu ukuran kepala saya ya?" 

"Ayyaaaaaaahhh..."

"Iya nak iya, ini ayah keluar!"

Terlalu lama bagi Zidan untuk menunggu Salman sampai-sampai si anak bontot jadinya berteriak memanggil Salman. "Ayah kok lama sih di dalem, entar telat lho keburu dimulai salatnya!" Keluh Zidan cemberut.

"Iyaaa... maaf tadi ayah nyari peci yang biasa tapi gak ketemu."

"Terus itu yang di kepala, kopiah siapa?"

"Punya ayah juga ini."

"Kok agak beda, baru ya?"

"Iya, ini hadiah dari tante Yumna."

"Wow... kok adek gak dikasih?"

"Kegedean kalo buat kamu, ayo ah nanti keburu iqomah lho!"

Padahal Zidan duluan yang tadi ingin mengajak Salman buru-buru ke masjid, eh sekarang malah Salman yang buru-buru ingin segera melangkahkan kakinya ke masjid yang ada di sekitaran komplek perumahan di mana mereka tinggal ini.

Menuju Halal (Ramadhan Series) [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang