2🍁🍁🍁

783 208 10
                                    

Hari seperti biasa dialami oleh Ji, Dia terlihat tenang membersihkan rambutnya yang terasa lengket akibat  milkshake milik Mino yang dengan sengaja menyiramkan air itu pada kepalanya.

Ji tak pernah marah. Ji hanya terus menahan diri, ini demi tidak menimbulkan masalah dan membuat ibunya khawatir, Ji tidak mau hanya masalah pembulian ini ibunya akan menangis lagi.

Jika dia bertindak maka dialah yang justru akan dikeluarkan, Mino adalah anak dari pemilik sekolah, dia pasti akan bersilat lidah lalu membalikan perkataan hingga dirinya lah yang salah, maka dari itu mengalah untuk kebaikan tidaklah apa.

Sekolah ini satu-satunya yang bisa memberi beasiswa untuk kuliah dengan biaya kuliah yang seluruhnya ditanggung, maka dari itu Ji menahan diri pula agar mendapat beasiswa dan kuliah untuk menjadi seorang ilmuan di NASA.

"Ji? Bro kau baik-baik saja? Kenapa dengan rambutmu?" Ji yang sedang masuk kedalam toilet sedikit terkejut melihat Rio,

Ji berbeda kelas dengan Rio, akhir-akhir ini tepatnya 4 bulan terakhir dia jarang bersama Rio karna Rosie. Gadis itu tidak menyukai nya maka dari itu Rosie selalu menjauhkan Rio dari Ji, Rio yang memang dasarnya polos serta terlalu sayang pada Rosie tak menyadari itu semua.

"Aku baru selesai mandi, kau taulah kenapa" Rio menghela nafas dengan geraman,

"Kenapa kau selalu mengalah? Andai saja aku disana pasti Mino tak berani untuk seperti itu" Rio memang tau, jika Rio adalah korban Bully dari Mino.

"Kau tenang saja, ini tidak masalah selama semua bisa aku terima. Sudahlah, " Ji berucap dengan tangannya mengusap rambut dengan handuk kecil,

Sejak menjadi korban bully, Ji membeli 2 seragam dan Handuk kecil yang selalu ia simpan didalam tasnya. Ini hanya untuk berjaga-jaga karna Ji tau ibu dan Adiknya terkadang curiga jika Ji pulang tak memakai Seragam Putih.

Ji juga tak pernah mengisi Lokernya dengan apapun, karna ia tau Lokernya akan selalu dijahili maka dari itu dia bawa semua ditas dan dibelakang gudang yang terdapat sebuah kotak besi tua. Itu semua agar barang-barang nya tidak dihancurkan Mino.

"Kau tidak lemah Ji. Aku tau itu, tapi suatu hari kaupun harus menunjukan jika kau tidaklah pantas untuk mereka buly, otak dan pertahanan dirimu lebih mempuni dibanding mereka." Ji tersenyum,

"Hm tentu saja, apa kau bawa sisir kecil mu itu?"  Rioi menggeleng,

"Sisirku Rosie buang, dia hanya ingin tangannya yang merapihkan rambutku, sorry brother." Ji mengangguk mengerti,

"Jika begitu ayo keluar, orang bisa beranggapan aneh jika kita berada di toilet bersama" Rio terkekeh lantas mereka berdua mulai berjalan keluar.

🍁🍁

Ji melangkah menelusuri trotoar, matanya sesekali menatap orang-orang yang berlalu lalang dengan keluarga lengkapnya,

Ji rasakan keirian didalam hati, ia rindu keluarga yang utuh dan sosok ayah yang sudah 3 tahun pergi menghadap tuhan, Ji hela nafas dan mencoba mensyukuri apa yang masih dia miliki.

Dia berjalan hingga sampai alun-alun kota Seoul. Ia melirik arah bangunan dimana ada sebuah toko roti disana, Ji berjalan kesana dan memasuki bangunan yang dijaga oleh kake tua saja.

"Selamat Sore Kek,"

"Oh Ji! Kemana saja kau" Ji tersenyum dengan sapaan kake tua itu.

"Seminggu ini Ibu menerima banyak pesanan kue, aku harus membantu dengan mengantar kue-kuenya, Kake Hon. " Ji berucap, .

Hon mengangguk mengerti, ia mengambilkan secangkir teh untuk Ji yang duduk tenang di kursi samping meja kasir,

"Minumlah nak, " Ji tersenyum, perlahan ia meminum teh hangat yang begitu harum,

JI ISA KIM {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang