11🍁🍁🍁

860 191 25
                                    

Aku adalah seorang yang begitu naif.

Aku berpikir jika aku mampu menghadapi semuanya dengan senyuman.

Tapi aku salah. Sesak hati tak semudah itu untuk dilawan.

🍁🍁🍁

Jessica memandang sendu Ji yang tertidur setelah dia mengobati luka diwajahnya, Jessica tau jika Ji dipukuli oleh teman sekolahnya, Jessica tidak sebodoh itu percaya jika Ji dipukuli preman dijalan,

Jessica sangat tau sifat anak sulungnya ini, Ji pasti akan melawan karna Ji bukanlah anak yang lemah dia adalah lelaki yang mempunyai keahlian membela diri. Maka dari itu Jessica yakini jika Ji dipukuli teman sekolahnya.

Jessica pun tau jika Ji tidak melawannya karna Lelaki ini tidak ingin mendapat masalah dan membuat Jessica sedih, Ji adalah anak yang baik dan bertanggung jawab,

"Eomma" Ji terbangun ketika ia mendengar isakan dari Jessica,

"Uh? Hm kenapa sayang?" Jessica segera menghapus air matanya dan menatap Ji dengan senyuman,

"Kenapa eomma menangis? Apa karna luka Jim? Sudahlah Eomma tidak perlu dipikirkan lain kali Jim akan berhati-" Ji terdiam ketika Jessica menggenggam tanganbya begitu erat lantas menangis,

"Jim, eomma  tau jika kau sangat ingin tidak membuat masalah dan menambah beban eomma, tapi jangan mengorbankan dirimu sendiri demi eomma, Jim lebih baik kau pindah sekolah daripada kau harus seperti ini eomma tak masalah yang terpenting kau bisa bersekolah dengan tenang tanpa harus terluka seperti ini"

Ji tertegun melihat ibunya yang menangis dengan menggenggam tangannya, hatinya terasa begitu sakit, Ji menghela nafas lantas dia tersenyum dengan tenang dan mengelus tangan Jessica,

"Jim baik-baik saja jangan khawatir, 1 tahun lagi pun Jim lulus, eomma  tidak perlu memikirkan Jim lebih baik eomma jaga kesehatan saja dan tetap tersenyum jangan menangis seperti ini" Ji hapus air mata Jessica, dia memberi senyuman hangat agar Jessica bisa tenang.

"Eomma tak ingin melihatmu seperti ini, beberapa waktu lalu tanganmu yang terluka cukup parah sekarang seluruh tubuh serta wajahmu penuh lebam, sudahlah nak, kau pindah sekolah saja soal biaya biar eomma yang cari nanti," Ji menggeleng pelan,

"Eomma dengarkan Jim, Jim baik-baik saja dan Jim adalah seorang lelaki, Jim tak selemah itu dan lagi pindah sekolah hanya mengeluarkan biaya lebih, akan lebih baik Jim lanjutkan disekolah ini setidaknya beasiswa Jim berlaku sampai Jim lulus jadi eomma tak perlu pikirkan itu" Ji terdiam sejenak,

"Kita pun masih harus menabung untuk yeri dan untuk membuat usaha kue yang eomma mau, Jim berjanji Jim akan membantu eomma dan setelah lulus nanti Jim pun akan bekerja untuk membiayai kehidupan kita, Eomma tak usah khawatir karna ini adalah kewajiban Jim sebagai anak lelaki"

Jessica tersentuh akan ucapan Ji, dia memeluk Ji dan mengecupi pipi Ji dengan bangga, Ji nya yang kecil kini telah tumbuh menjadi lelaki yang begitu dewasa meski umurnya masih 18 tahun. Jessica bangga memiliki Ji dan Yeri. 2 anaknya yang begitu baik-pengertian-penurut dan bertanggung jawab.

🍁🍁🍁

"Sudah 1 minggu Ji tidak masuk sekolah, aku mengkhawatirkannya" Rio berucap pada Elgi, mereka memang sengaja ingin menemui Ji di kelas A namun Ji belum masuk sejak seminggu lalu, keterangan yang mereka dapat adalah Sakit.

"Padahal dia harus cek hari ini, bagaimana jika kita menjenguknya saja?" Elgi berikah sebuah masukan,

"Itu ide yang bagus, aku akan ajak Rosie," Elgi sedikit malas mendengar ucapan Rio,

JI ISA KIM {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang