3🍁🍁🍁

758 190 17
                                    

Hening terasa seperti biasa, Ji memperhatikan guru yang menerangkan, Matanya sesekali melirik Jennie yang terlihat tak bersemangat sama sekali.

Ji hanya mencoba untuk menebak, dia tak pernah tau sebab kenapa Jennie menangis kemarin, dia hanya menjadi penenang untuk gadis itu, Ia juga melirik Mino yang lebih santai. Ji menghela nafas,

🍁

Jennie melirik seluruh murid yang keluar menuju kantin, ia rasanya sangat malas dan juga ia tidak mau bertemu Mino, bahkan sedari tadi dia menahan diri untuk tak melihat Mino dikelas.

Jennie sangat menyayangi Mino, hubungan setahun lebih tidaklah sebentar, setidaknya Mino membuat Jennie tidak bisa berpaling meski lelaki itu begitu sentimental, ia cukup menyesal karna kemarahan dia kemarin membuat hubungan berakhir,

Namun diapun kesal kenapa Mino tidak ada tanda menyesal? Lelaki itu bahkan tenang seakan tidak ada beban, apa Jennie memang sudah tidak ia cintai lagi? Apakah kata muak yang Mino ucap kemarin itu benar-benar dari hatinya?

"Jennie? Ayo kekantin!" Lisa berucap membuat Jennie tersadar akan lamunannya,

"Aku tidak mau, aku malas bertemu Mino" Lisa mengerutkan halisnya,

"Kalian bertengkar?"

"Kami putus kemarin" Jennie berucap dengan suara memelas, Lisa memekik kaget,

"Serius? Bagaimana bisa???" Lisa bertanya, Mata bulat nya terlihat membesar dan bibir tebalnya sedikit menganga tak percaya.

"Hm, Sudahlah lebih baik kau kekantin saja, Jungkook pasti menunggumu bukan?" Lisa hendak menolak namun ucapan Jennie ada benarnya dan lagi Jungkook datang menjemputnya,

"Lisa! Ayo" Suara lelaki bergigi kelinci itu terdengar, membuat Lisa hanya menghela nafas,

"Kau tak apa disini sendiri?" Jennie mengangguk,

"Hm, sudah sana." Lisa mengangguk meski tak yakin namun dia tetap keluar untuk menuju kantin bersama Jungkook.

Jennie mulai berdiri, ia sedikit tak nyaman dengan keheningan kelas, ia mulai berjalan menuju luar, pandangnya pun meneliti semua tempat, memastikan jika dia tidak bertemu Mino. Ia hanya belum siap berpandang mata dengan Mino yang mungkin hanya akan membuatnya menangis.

Langkahnya membawa dia menuju perpustakaan, ini konyol meskipun Jennie pintar namun dia tak suka masuk dan berdiam diri diperpustakaan, hanya saja sekarang dia merasa memerlukan keheningan perpustakaan ini.

Jennie melangkah masuk, ia melihat seisi ruangan dan berniat untuk duduk diujung ruang dekat jendela besar saja, namun matanya terhenti melihat Ji yang membaca buku disana,

Teringat perkataan Ji semalam, ia sedikit ragu untuk mendekat namun untuk apa ragu? Ji bukan lah orang penting jadi anggap saja jika dia hanyalah patung. Jennie menghela nafas, ia berjalan menuju bangku didepan Ji dan duduk tenang dengan ponselnya.

Ji menyadari keberadaan Jennie didepannya, dia mengukir senyuman namun ia tak ingin bertanya karna ia tau Jennie sedang tak ingin ditanya, maka dari itu biarkan saja gadis ini tenggelam dalam semua ketenangan yang suguhkan sebuah kedamaian untuk masalah yang tengah dialaminya.

🍁🍁

"Aku tidak suka kau dekat-dekat dengan Ji, Rio. Dia itu rakyat jelata dan banyak masalah apalagi Mino yang selalu membulinya, aku tidak ingin kau ikut campur akan masalah Ji. "

Suara kejujuran yang Rosie utarakan pada Rio yang hanya diam, ia menatap Rio dengan serius,

"Dia adalah sahabatku, Rosie aku sudah pernah bilang padamu jika kau jangan memandang orang dengan kasta. Semua orang itu sama, kenapa aku harus menjahui orang yang tak bersalah?" Rio dengan tenang berucap, berusaha meyakinkan Rosie agar tidak terus menerus membenci Ji.

JI ISA KIM {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang