.
Flashback.
Malam yang semakin larut, Jennie baru saja sampai rumah, dia sedikit mengumpat dan menyesal karna harus menunggu Ji yang pingsan di atas Rooftop tadi.
"Dari mana saja kau?" Suara lantang dari gadis yang lebih tua darinya terdengar jelas.
Jennie terhenti dan menatap Krystal yang berdiri dihadapannya sesaat setelah dia masuk rumah.
"Mian unnie. Ada sesuatu yang menyebabkanku terlambat" krystal menghela nafas,
"Lain kali kabari, Ada Mino menunggumu di ruang tamu, dia datang setengah jam yang lalu, temuilah" Jennie terdiam mematung, dia tersenyum lantas segera menuju ruang tamu dimana Mino telah duduk menunggunya,
"Mau apa?" senyum yang sempat terlihat hilang begitu saja saat Jennie berada dihadapan Mino.
"Maafkan aku." Mino berdiri, dia menatap wajah yang telihat dingin unu,
"Untuk?" Mino menghela nafas,
"Untuk emosiku 2 hari lalu. Aku sangat menyesali semuanya, aku sadar jika aku tidak ingin putus dengan mu, Jennie, maafkan aku" Jennie menghela nafas,
Dia berikan senyuman pada Mino, inilah yang dia tunggu, kata maaf dari Mino dan penyesalan lelaki ini karna telah memutuskan serta bersikap dingin sehari setelah putus kemarin.
"Kenapa kau tidak cepat untuk meminta maaf?" Mino berikan senyuman,
"Terkadang untuk menyesal memerlukan waktu bukan? Jadi, kau mau kan tetap melanjutkan hubungan kita?aku menyayangimu." Jennie mengangguk, dia segera memeluk Mino,
"Tentu saja, aku pun masih menyayangimu"
"Kau darimana saja tadi?" Mino mulai bertanya topik lainnya, mereka segera duduk diatas Sofa.
"Aku berjalan-jalan sendiri dan ponselku mati" Jennie berucap dengan dusta, dia tidak mungkin berkata telah menemani Ji yang terluka atas ulah Mino di rooftop sekolah, Mino akan marah dan dia tidak ingin itu terjadi.
"Tadi siang pecundang itu memelukmu didepan perpus, aku melihatnya" Jennie mengerutkan halisnya, dia lihat tatapan tak suka dari Mino,
"Maksudmu loser? " Mino hanya diam dengan tatap tajam, Jennie menghela nafas,
"Dia tidak memelukku, mungkin tempatmu melihatku membuat gambaran seakan dia memelukku, "
"Dia hanya mengikatkan jaket pada pinggangku, kau tau darah dari datang bulan ku tembus tadi" Jennie berucap sejujur-jujurnya,
Mino menatap penuh selidik, mencoba mencari kebodohan dari Jennie. Dia menghela nafas,
"sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan lagi denganmu" Mino berucap setelah diam untuk beberapa saat,
"Katakan apa?" Mino mulai menatap serius Jennie,
"Aku tau kau pasti tidak mau tapi bisakah kau jangan beri tau siapapun jika kita kembali bersama?" Jennie mengerutkan halisnya,
"Why??? Apa kau berniat berselingkuh Mino?" Mino dengan cepat menggeleng,
"Aku hanya sedang merencanakan sesuatu untuk sipecundang itu, sayang, kau tau aku sangat membencinya, dan sejujurnyapun aku tak ingin jika kau melakukan in" Mino terdiam sejenak,
"Maaf, bisakah kau berpura-pura baik pada pecundang itu? Dan buat dia menurut padamu" Jennie menganga dia terdiam sejenak,
"Kau gila? Aku tidak mau! Dan lagi aku tak ingin dekat dengan pecundang itu" Jennie ucap yang dia pikirkan,