Sebuah rasa akan hilang ketika amarah menggantikan.
Ingatlah. Cinta tak seindah yang kau pikirkan.
🍁🍁🍁
Semua berjalan sesuai alurnya, Detik jam terus berjalan dan waktu tak pernah berhenti, Langkah pelannya menelusuri lorong kelas dengan dia yang berjalan disampingnya.
Semua mata memandang tak menyangka saat Jennie salah satu anak populer yang begitu membenci serta membuli Ji kini berjalan berdampingan dengan lelaki yang memiliki tinggi 188cm ini.
Keadaan kelas yang ricuh tadinya mulai membungkam saat Ji dan Jennie datang secara bersamaan, semua pandang murid kelas menatap mereka berdua, Mino yang sempat tertawa pun terhenti dan menatap tajam Ji yang berjalan bersama Jennie.
"Apa sesakit itu kau putus dariku dan memilih mangsamu untuk bersanding bersamamu Jennie???" Suara Mino membuat kelas terasa mencengkam,
"Jennie ayolah kenapa???" Kini Lisa ikut bertanya,
Mino berdiri, dia melangkah menghampiri Ji, menatap lelaki yang hanya diam memandang,
"Kau yakin Jennie? Seorang pecundang ini bahkan tak bisa membuat mu bahagia." Jennie hela nafas dengan ucapan Mino,
"Setidaknya aku tidak akan membuatnya menangis." Ji berucap dengan tatap tajam yang ditunjukan kepada Mino,
"Sudahlah ini adalah hidupku kalian tidak perlu mengurusinya. Loser duduk lah dan Mino. Berhenti menghinanya" Mino memberikan senyuman sinisnya, ia biarkan Ji yang duduk, sebelum itu dia tatap Jennie yang hendak duduk,
"Jangan lupakan jika aku masih ada Jennie." Jennie segera duduk,
"Terserah padamu."
🍁🍁🍁
Sore ini sepulang sekolah, Jennie dan Ji berjalan berdua menelusuri trotoar menuju pemakaman tak jauh kawasan Sekolah,
"Seharusnya kau mempunyai kendaraan loser. Kau membuat kaki ku sakit dengan berjalan sejauh ini" Ji hanya tersenyum kecil dengan kekesalan yang Jennie tunjukan, Lelaki itu mendekat,
"Mau ku gendong?" Jennie memukul pelan tangan Ji, mata nya mendelik malas,
"Kau pikir aku bayi? Minimal kau memiliki sepedah Loser. " Ji hanya tersenyum, ia genggam tangan Jennie,
Membuat Jennie berhenti mendumal kesal, mereka terdiam sejenak dengan Jennie yang memandang,
"Kau sepertinya butuh ajaran tentang sopan-santun, Loser. " Ji terkekeh dia tarik perlahan tubuh Jennie agar gadis itu kembali berjalan,
"Ajarkan aku tentang cara mencintaimu saja, bagaimana?" Jennie mendesis, dia biarkan Ji menggenggam tangannya,
"Mencintaiku butuh perjuangan dan juga U-A-N-G" Nada Jennie memang tak menyinggung namun justru Ji tersenyum,
"Aku tidak punya uang, adakah cara lain?"
"Dasar miskin, kau mau memberiku apa jika tidak punya uang? Cinta? Hidupku tidak sempurna tanpa adanya Uang" Jennie lirik Ji yang tersenyum, apa pecundang ini Gila???
"Kau itu kenapa suka sekali tersenyum dengan semua jawaban? Kau mempunyai riwayat jiwa? " Ji terkekeh dengan ucapan Jennie,
Gadis ini sedikit merinding, dia lihat kekehan Ji yang terhenti dan lelaki itu yang mulai memandang arah depan,
"Karna dengan senyuman aku merasa baik-baik saja, Sepedih apapun hidupku akan lebih baik dijalani dengan senyuman-kesabaran dan kerja keras, Jennie." Ji berucap, dia melirik sekilas Jennie yang menatap malas,