15🍁🍁🍁

893 194 13
                                    

Jennie nampak memandang malas Tzuyu yang baru saja datang beberapa jam yang lalu, Sepupunya ini datang bersama ayahnya Billy Weiltson, Mereka tengah makan malam bersama.

"Jadi paman akan menggelar pameran Seni?" Billy mengangguk,

"Hm, jika kau mempunyai teman yang pintar melukis, dan mempunyai karya yang bagus beritahu paman, karna pameran Seni paman semua membawa karya seni jalanan untuk mencari seniman yang berbakat" Billy berucap dengan tenang, dia teguk air minum,

Jennie terdiam dengan penuturan Billy, Seniman Jalanan membuatnya teringat pada Ji,

"Apa paman sudah menemukan para seniman jalanan yang berbakat itu?" Billy mengangguk,

"Hm, sudah dan mungkin jika sampai besok belum ada yang baru mungkin hanya orang yang Tzuyu katakan menjadi seniman terakhir karna Lusa paman menggelarnya" bukan Krystal yang penasaran melainkan Jennie yang segera memasang wajah penuh arti pada Tzuyu.

"Jika tzuyu memilih itu berati dia seninman yang berbakat" krystal berucap melirik Tzuyu yang tersenyum,

"Unnie benar sekali, Lukisan dari seniman jalanan yang ku temui sangat bagus, "

Jennie melirik Tzuyu dengan sorot curiga, dia melihat bagaimana Tzuyu berucap dengan sorot kagum seakan seniman yang dia temukan itu begitu berbakat,

Jennie memilih tak memikirkan dan segera memakan makanan dengan cepat, mengabaikan ketiga orang yang berbincang.

🍁

"Jadi, mau apa kau datang kekamarku? Tidurlah dikamarmu tzuwy" Jennie bertanya pada Tzuyu yang datang kekamarnya,

"Kau ini kenapa? Aku tidak mengerti, kau seperti mempunyai dendam kesumat padaku," Tzuyu bertanya,

Dia sangat merasa bingung dengan sikap marah Jennie yang seperti anak kecil, meski tidak membuat panas hati namun tetap saja itu menyebalkan bagi Tzuyu.

"Aku ingin bertanya, Ji adalah temanmu kan? Apakah mempunyai kontak ponselnya? " Tzuyu bertanya,

"Tidak. " Jennie berucap cepat, dia segera berjalan menuju jalannya,

"Kau yakin?"

"Apa wajahku kurang meyakinkan? Jadi pergilah aku ingin tidur." Tzuyu menghela nafas,

Jennie memiliki sifat yang begitu kekanak-kanakan, gadis ini tak pernah bisa serius dan selalu egois, terkadang Tzuyu ingin memukul kepala gadis ini agar Jennie sadar jika kini dirinya sudah mulai tumbuh dewasa.

"Jika begitu, selamat malam" Jennie abaikan ucapan Tzuyu, dia terdiam dengan pandang yang begitu membingungkan,

Ketika pintu kamarnya tertutup, Jennie mulai duduk diatas ranjang, dia raih ponselnya lantas mencari nomor ponsel Ji,

Dia pandangi Kontak lelaki itu, kapan terakhir kali lelaki itu mengirim pesan? Jennie menghela nafas, dia mulai kembali berbaring, akhir-akhir ini perasaannya sangat tidak menentu. Ji selalu hadir dalam luas pikirannya.

Setelah malam dansa kala itu, Jennie merasa semakin jauh dengan sosok cupu yang begitu dia benci, Ji masih menjadi bahan bully dari Mino, lelaki itu masih tetap menerima siksaan tanpa ingin membalas.

Dan Jennie merasa muak, entahlah hanya saja jika dipikirkan saat Ji mulai dibully Mino maka dirinya akan pergi menjauh dan memilih tak melihat bagaimana Ji dijahili dengan berlebihan,

Kini Jennie merasa dia tak mampu melihat Ji dibully, dia merasa cemas dan dia pasti akan memikirkan keadaan Ji selanjutnya, dia sangat tidak mengerti keadaan yang begitu membingungkan ini.

🍁🍁🍁

Ji nampak tenang membereskan meja dapur, dia dan ibunya baru saja selesai membuat kue pesanan,

JI ISA KIM {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang