• Tak mungkin

2.1K 171 7
                                    

Lagi suka bgt sama lagu ini, candu bgt sumpah 👆👆

•••

Beberapa minggu kemudian.

Di bawah guyuran hujan deras. Terlihat seorang wanita muda menangis terisak ditepi batu nisan ibunya. Air mata mengalir deras. Hidupnya terasa sangat hampa sekarang. Sungguh, dia tidak menyangka, jika ibunya akan pergi secepat ini. Meskipun kenyataannya wanita itu bukan ibu kandungnya, tapi menurut Zeville dia adalah ibu terbaik untuknya.

"Hiks..hiks.., Apa kau melihatku bunda?"

"Kenapa kau meninggalkanku secepat ini? Aku sudah berjanji akan kembali, dan kita akan hidup bersama."

"Kenapa kau tidak mengatakan semua kebenarannya kepadaku? Kenapa?!" teriak wanita itu frustasi.

Zeville menghapus air matanya. Seberapa kencangpun dia berteriak, ibunya tidak akan pernah hidup lagi.
Itulah kenyataannya.

"Meskipun kau bukan ibu kandungku, tapi kau adalah ibu terbaik untukku."

"Terimakasih sudah merawatku selama ini. Menyayangiku seperti putrimu sendiri. Terimakasih atas segala. Aku tidak akan pernah melupakan jasamu bunda," ucap wanita itu memandang batu nisan dihadapannya.

"Nona, sebaiknya kita pulang. Hampir 2 jam sudah anda menangis disini."

"Benar, kami khawatir anda sakit, tuan muda akan memarahi kami nantinya."

"Baiklah," sahut Zevile menghapus air matanya, mulai beranjak meninggalkan makam ibunya.

Zeville segera memasuki mobil itu, mengedarkan pandangannya kearah jalanan, menghela napasnya pasrah. Entah bagaimana kehidupannya selanjutnya dia tidak tahu.

***

Beberapa menit kemudian. Mereka tiba di rumah keluarga Jayden. Memang, Sarah memaksa Zeville untuk tinggal disini. Setelah kejadian itu Sarah sangat menyayangi Zeville melebihi anaknya sendiri.

"Kau sudah pulang sayang," ucap wanita paruh baya itu lembut.

Zeville hanya mengangguk tanpa membalasnya.

"Kau terlihat sangat lemas, ayo makanlah sedikit," ucap seorang pria dengan nada baritonnya. Dia adalah Damian, kakaknya Zeville.

"Benar, Damian sudah membuatkan sesuatu untukmu. Ayo kita makan bersama," ucap wanita pada baya itu.

"Bajumu basah? Sebaiknya ganti bajumu dulu sayang," kata Sarah perhatian.

"Tidak, aku ingin makan ini dulu."

"Tapi..."

"Biarkan saja ma," sela Damian.

Zeville menarik kursinya dan duduk bersama mereka. Wanita itu mulai memasukan sesuap nasi kedalam mulutnya. Namun, entah kenapa perutnya terasa bergejolak. Wanita itu segera berlari kearah kamar mandi.

"Huek!" Zeville memuntahkan semua makannya.

"Huek!"

"Zeville kau tidak papa nak?" tanya Sarah khawatir.

Zeville tak menjawabnya, dia kembali memuntahkan makannya.

"Huek!"

"Apa kau sakit? Ayo kita ke dokter."

Zeville memegang kepalanya terasa sangat pusing. Semua pandangannya kabur dan memudar. Wanita itu jatuh pingsan lemas tak sadarkan diri.

•••

Terlihat dua orang mondar-mandir di depan IGD, tampak khawatir menunggu dokter keluar. Sudah hampir 30 menit dokter itu belum keluar dari sana.

Pintu ruangan itu terbuka. Sarah dan putranya Damian, berlari kearah dokter itu.

"Bagaimana keadaannya dokter?" tanya Sarah khawatir.

"Apa yang terjadi dengan adikku?" tanya Damian.

"Tidak terjadi apa-apa dengannya, dia hanya kelelahan," jelas dokter itu.

"Syukurlah."

"Dan dia sedang mengandung sekarang," sambung dokter itu.

"Apa?!" ucap Damian tak percaya. "Mana mungkin itu terjadi?!"

"Apa jangan-jangan Zeville pernah melakukan itu?" ucap Sarah menerka nerka.

Sarah teringat kejadian beberapa minggu yang lalu dirumah sakit. Zeville sangat histeris, melihat pria yang menjadi korban dari insiden bom itu. Dan satu kata yang Zeville ucapkan saat itu, 'Dia berjanji menikahiku.'

"Ma, apa kau tahu pria yang meniduri Zeville?" tanya Damian terlihat marah. "Aku harus memberikannya pelajaran!"

"Dia sudah meninggal. Dia salah satu pelaku dari kejadian itu."

"Apa?!" ucap Damian tak percaya. "Kita harus menyingkirkan anak itu secepatnya!"

"Tenangkan dirimu Damian."

"Kami juga menyarankan untuk mengugurkan anak itu. Kondisi kandungannya sangat rentan. Jika dia melahirkannya maka kemungkinan akan membahayakan nyawanya. Ini demi keselamatan ibunya," jelas dokter itu.

Mereka semua hening setelah mendengar itu.

***
Beberapa jam kemudian.

Zeville terbangun tersadar berada dirumah sakit. Terlihat semua orang menatapnya intens.

"Apa yang terjadi denganku? Kenapa aku bisa ada disini?"

"Gugurkan anak itu!"

"Anak apa maksud mama?!"

"Kau hamil Zeville."

"Apa?! Hamil??"

"Tidak, itu tidak mungkin. Aku sudah meminum obat pencegah kehamilan waktu itu."

"Kau harus mengugurkannya."

Zeville masih terdiam. Tak menyangka jika dirinya akan seperti ini.

"Kau harus mengugurkan anak itu Zeville," ucap Damian.

Zeville menatap kearah mereka. "Kenapa aku harus mengugurkannya?"

"Anak ini tidak bersalah apapun. Bahkan dia belum lahir ke dunia ini!"

"Dokter mengatakan anak ini akan membahayakan nyawamu. Kau harus mengugurkannya. Kondisi kandunganmu sangat lemah itu menyebabkan.."

"Aku tidak peduli!"

"Dia adalah milikku! Kalian tidak berhak membunuh anakku!" teriak wanita itu.

"Zeville sadarlah, dia itu..."

"Cukup! Jika kalian memaksaku lagi untuk mengugurkannya, aku akan membunuh diriku terlebih dahulu," pekik Zeville mengambil gunting yang ada disampingnya.

"Zeville!"

"Jangan memaksaku untuk mengugurkannya! Atau aku akan.."

Semua orang terlihat melemah.

"Baiklah, kami tidak akan memaksamu lagi. Kau bisa melahirkan anak itu."

Bersambung...

Yehawww, akoh comeback gaiss, after 1 bulan hibernasi wkwk

Thanks bgt yg masih setia baca cerita ini. Love bgt deh sama kalian<3

Kaget bgt baru buka wp, ngga nyangka udh nyampe 11k aja yg baca wkwk, ga nyangka bgt loh..

Semoga aja aku bisa konsisten up cerita ini lagi :)

Byeee, see you on next part

ZevilleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang