Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . .
𝐓𝐰𝐞𝐧𝐭𝐲 𝐅𝐢𝐯𝐞 𝐃𝐚𝐲'𝐬 ──────────────────
Seperti yang dikatakan Chandra tadi, bahwa Tante Ayu, Om Putra dan Kak Cintya datang dengan buru - buru. Bahkan Om Putra dan Tante Ayu masih memakai pakaian kantor, mereka bertiga menghampiri Mika dengan khwatir.
"Mika, lo kenapa bisa ketabrak anjir?" tanya Cintya dengan nada frustasi. Mika hanya memberikan senyuman gigi yang rapih.
"Anu, itu aku yang salah kok. Nyebrang gak liat jalan" ungkap Mika dengan suara kecil.
Ayu menghela nafas berat dan mengusap rambut Mika pelan, "Lain kali hati - hati ya sayang. Kamu itu sekarang tanggung jawab tante sama om. Jadi kalo ada apa - apa, kasi tau kita oke?."
Mika mengangguk dan berkata maaf berulang kali, mereka yang sudah mendengar kabar Mika baik - baik saja sontak bernafas lega. Dari jalan Ayu sudah sangat khawatir, bagaimana jika anak temannya kenapa - kenapa?
Candra yang sedari tadi diam dan menonton film keluarganya. Ia memang cuek, tapi dia senantiasa mendengarkan semua percakapan yang dilakukan oleh keluarganya.
Mengingat kecelakaan ini karena kecerobohan Mika yang tidak melihat ke kanan kiri ketika menyebrang, ia jadi mengingat sesuatu. Laki - laki itu. Jika tidak salah namanya Iqbal, dia sempat bertemu waktu ini, karena menjemput Mika.
Candra laki - laki, jadi dia tau apa arti tatapan Iqbal ke Mika. Mika gadis yang cantik dan memiliki porsi tubuh yang bagus, jadi siapa yang tidak menyukainya?
Nafsu, itu adalah arti pancaran dari mata Iqbal. Jika memang dia pria baik - baik, tidak mungkin Mika akan sebegitunya melarikan diri.
Tapi, mengingat pria baik - baik. Bukankah Candra pria yang buruk? Dia berani melakukan hal - hal yang tidak sepantasnya kepada Mika. Tapi gadis itu tetap tenang dan nyaman berada disisinya. Dia mengalihkan tatapannya ke arah tempat tidur Mika.
Ayah, Ibu dan Kakaknya telah pergi. Dia sudah tau, pasti selesai ini. Tanggung jawab gadis kecil ini akan beralih kepadanya.
Candra berdiri dan mengambil buah apel serta jeruk. Pria itu anteng mengupas kulitnya dan menyuapi Mika buah.
Mika menerimanya, kebetulan dia lapar. Sibuk mengunyah, ia tiba - tiba menatap Candra dengan intens. Jika dilihat - lihat, Candra tidak seperti anak SMP lainnya. Candra seperti orang yang sudah dewasa.
Tinggi 180 dan berat badan 60kg, belum lagi ototnya yang sudah menonjol.
"Can, lo beneran anak smp?" tanya Mika.
Candra berdehem, lalu menyuapi Mika lagi dan menatap gadis itu, "Kenapa?" tanyanya. Mika terlihat berpikir sebentar lalu menyentuh otot perut Candra dari luar baju.
"Tapi kenapa anak smp, bisa punya sixpack?"
"Emang gak boleh?"
Mika mengedikkan bahu acuh, "Lo lebih mirip kayak anak sma" ujarnya.
"Gw emang sempet ga naik kelas dua kali"
Pernyataan Candra membuat Mika membulatkan matanya dan terbatuk. Dengan sigap pria itu memberikan air.
"Apa?! Gak naik kelas dua kali? Berarti umur lo bukan 15?" tanya Mika bertubi - tubi.
"Umur gw 17"
Anjing, berarti cuman beda satu tahun sama Mika.
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. .
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.