H22 - Curhatan Mika

1.7K 41 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

𝐓𝐰𝐞𝐧𝐭𝐲 𝐅𝐢𝐯𝐞 𝐃𝐚𝐲'𝐬
──────────────────

K

eesokan paginya, sama seperti kemarin Mika mengurus Candra dan juga membuatkan nasi goreng sebagai sarapan. Ah tambah romantis aja, Candra menghabiskan nasi goreng itu tanpa sisa lalu pergi berangkat.

Karena tidak ada tugas lain, Mika berniat untuk lari pagi. Dengan segera ia mengganti pakaiannya dan memakai topi hitam Candra, pinjam sebentar ya Can.

Ketika ia keluar dari kamar, ia mendapat Kak Cintya berdiri di depannya menggunakan pakaian olahraga.

"Mau lari pagi kak?" Tanya Mika yang diangguki Cintya.

Karena keduanya memiliki tujuan bersama, akhirnya mereka lari pagi bersama mengelilingi perumahan sekitar. Terkadang juga, Mika dan Cintya bercanda hingga tawa mereka melebar kemana - mana.

Dan juga, mereka sempat digodai oleh sekelompok laki - laki. Yang dimana langsung dihampiri oleh Cintya, bukannya merespon Cintya, sekelompok laki - laki itu malah kabur.

Dasar cemen.

"Oh ya Ka, gw mau ngomong sesuatu" kata Cintya saat mereka istirahat dan duduk di kursi taman.

"Apa kak?" Tanya Mika.

"Bener lo, tanggal 24 bakalan ngikut ortu?" Cintya bertanya itu dengan menatap kedua mata Mika.

Mika menghela nafas lalu memejamkan matanya, "Mau gimana lagi, projek yang dikerjain mama ada yang korupsi. Jadi dananya kurang, disana mama sama papa harus kerja ganda kak-"

"Mika juga gak enak kalo tinggal terus - terusan disini" lanjutnya.

Cintya menggangguk pelan, dia juga mengerti posisi Mika. Belum lagi, Mika masih berada di kawasan orang tuanya ; dimana Mika belum bekerja dan menghasilan uang sendiri. Otomatis dia memang harus mengikuti kemauan orang tuanya.

"Terus, lo udah ngomong tentang ini ke Candra?" Tanya Cintya lagi.

Mika menggeleng pelan, "Gw belum berani bilang kak, tapi mau disembunyiin juga percuma. Waktu gw tinggal 4 hari disini, gw bakalan gunain waktu 4 hari itu dengan sebaik mungkin."

Cintya menepuk bahu Mika pelan, "Rundingin dulu, nanti gw yang bilang ke Mama sama Bapak."

Sebenarnya Mika juga belum mengatakan apa - apa terhadap Om Putra dan Tante Ayu, dia sangat bersyukur berteman dengan Cintya. Kakak Candra itu bisa mengerti dirinya.

***

Setelah lari pagi bersama Kak Cintya, Mika memutuskan untuk berkumpul bersama dua sahabatnya. Mereka bertiga saling curhat dan juga memberi saran.

"Mika, kalo itu keputusan lo. Jalanin aja, gak apa. Kita disimi bakalan tetap dukung" kata Pradnya.

Laura juga mengangguk setuju, dia juga sedikit menambahkan beberapa kalimat.

"Lo udah gede Mika, lo udah 18 tahun. Lo perlu wawasan dan pekerjaan, cinta emang perlu. Tapi di usia lo sekarang, wawasan sama kerja lebih penting."

"Kalo dia emang jodoh lo, nanti juga bakalan datang sendiri. Kita gak perlu memaksa orang itu untuk tinggal kalo dia sendiri mau lepas"

Mika hanya mendengarkan saran kedua temannya dan mengaduk minumannya, hari ini dia mengalami mood yang buruk. Di otaknya hanya ada dua kata, Candra dan Perpisahan.

Dia belum siap untuk itu.

Pradnya dan Laura saling memegang tangan Mika, "Lo bisa Mika, lo emang selalu bisa."

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


25 DAY'S [ ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang