Ryujin sekarang sedang bermain dengan teman-temannya di depan kelas dengan sesekali bercerita banyak hal bermacam-macam yang sewajarnya untuk pembicaraan anak-anak.
"Kalian tahu tidak? Kemarin Papaku pulang dari luar negeri dan dia bawa hadiah mainan ini buat aku. Bagus kan?"
Seorang anak laki-laki menunjukkan mainan robot yang cukup besar dan mewah pada teman-temannya. Teman-temannya pun memandang takjub robot itu dan sesekali berdecak kagum.
"Iya bagus. Pasti Mahal ya, Ruto?" sahut anak perempuan berkuncir dua.
"Iya dong. Ini kan dari luar negeri. Papaku setiap pulang kerja selalu membelikanku mainan. Papa itu sayang banget sama aku dan aku juga sayang Papa." Pamer anak bernama Haruto itu.
"Papaku setiap libur bekerja selalu mengajakku bermain di rumah, meskipun Papaku punya pekerjaan banyak tapi Papa selalu ada waktu untukku. Kita bermain kejar-kejaran, main tangkap bola, Papa juga tidak keberatan saat bermain boneka denganku. Itu sangat menyenangkan." Anak perempuan berkuncir dua itu berkata sambil membayangkan hal itu dengan ayahnya.
"Aku juga. Hari Minggu kemarin Papa mengajakku berlibur ke pantai. Papa, Mama, Aku, Kakek dan Nenek pun ikut. Aku sama Papa bermain air disana, kita juga berenang bersama tapi aku tidak bisa berenang dan Papaku menuntunku berenang. Papa bahkan menyewa kapal kecil karena aku ingin ke tengah pantai." Anak bertubuh timbuh itu ikut menimbrung teman-temannya.
Ryujin hanya bisa mendengarkan cerita dari ketiga temannnya itu. Membayangkan betapa menyenangkannya cerita mereka dengan sang ayah. Lalu matanya teralihkan pada robot yang sedang ia pegang. Warna robotnya sudah mulai pudar bahkan ada beberapa bagian yang sudah terlepas tapi sudah diperbaiki oleh Mamanya dengan lem lengket. Wajar saja, itu mainan pertama yang Mina belikan karena saat itu dia mendapat bonus dari gajinya saat Ryujin berusia empat tahun.
Karena Ryujin selalu mendapat mainan bekas dari para tetangga. Ia tak bisa menceritakan apapun kepada teman temannya meskipun dia ingin. Ryujin tidak punya kenangan apapun dengan Papanya. Mama dan Papanya sudah berpisah sebelum dia lahir. Ryujin hanya menghabiskan waktunya dirumah karena Mina yang sibuk akan pekerjaannya. Meskipun Mina selalu ada waktu untuknya, tapi dia juga tetap seorang anak yang ingin merasakan waktu bersama Papa. la sangat ingin sekali membanggakan Papanya tapi dia sendiri tidak tahu bagaimana rupanya karena Mamanya selalu berkata jika Papanya jauh dari tempatnya. Papanya pun tak pernah pulang untuk menjenguknya.
♡♡♡♡
"Selamat datang, Tuan Lucas." Chaeyoung menyambut rekan kerjanya untuk membahas pekerjaanya yang masuk ke dalam ruang kerja kantornya.
"Terimakasih, Tuan Chaeyoung." Lucas menerima uluran tangan Chaeyoung dengan senyum tampannya. Chaeyoung yang menyadari ada sosok kecil yang datang selain Lucas dan Asistennnya. Berdiri malu-malu bersembunyi di belakang kaki Lucas. Menatap bingung sosok kecil itu. Lucas yang menyadari tatapan Chaeyoung mengikuti arah pandang Chaeyoung kepada seorang anak laki-laki yang mencengkram erat celana kainnya.
"Ah, dia anak saya. Namanya Junkyu." Ujar Lucas memperkenalkan bocah itu pada Chaeyoung.
Chaeyoung mengangguk mengerti dan mempersilahkan tamunya menuju ke arah sofa didalam ruangan besar itu.
"Saya minta maaf, Tuan Chaeyoung. Karena membawa anak saya kesini. Dia tidak ada yang menjaga dirumah karena istri saya pulang ke rumahnya untuk merawat mertua saya yang sedang sakit." Ujar Lucas sambil tersenyum tidak enak pada Chaeyoung yang justru terkekeh kecil.
"Tidak masalah, Tuan Lucas. Saya tidak keberatan. Lagi pula Junkyu anak yang manis dan sepertinya sedikit pemalu." Chaeyoung melirik kepada Jungkyu yang tersenyum malu dan menyembunyikan wajahnya dipunggung sang Ayah.