Hari minggu telah tiba, hari yang paling ditunggu-tunggu banyak orang. Hari untuk menghabiskan waktu dengan keluarga, teman, sahabat, berlibur, bermain atau hanya sekedar berdiam diri di dalam rumah. Seperti Mina yang hanya berdiam diri dirumah sendiri karena Ryujin yang tengah pergi bermain di luar dengan teman-temannya.
Mina yang tengah beristirahat karena baru saja selesai membersihkan rumah harus kembali beranjak untuk membuka pintu rumahnya yang beberapa saat lalu diketuk.
Dan tamu itu tak lain adalah Chaeyoung yang kembali datang. Pria ini benar-benar keras kepala.
"Ada apa lagi, Chaeng?" Sungguh Mina sangat lelah sekarang ini.
"Aku ingin meminta maaf padamu, Mina. Beri aku satu kesempatan saja. Ku mohon."
Sepertinya pria ini tidak memiliki rasa lelah untuk berhenti meskipun Mina menyuruhnya.
"Aku sudah bilang padamu, jangan pernah datang kesini lagi." Mina yang hendak masuk ke dalam rumah segera ditahan oleh Chaeyoung.
"Setidaknya beri aku kesempatan demi Ryujin, Mina. Dia membutuhkanku." Ujar Chaeyoung pantang menyerah.
Mina mengatupkan bibirnya. Demi Ryujin? Haruskah ia memberi kesempatan pada Chaeyoung, demi ryujin? Sebenarnya ini bukan salah Chaeyoung jika Ryujin tumbuh
tanpa seorang ayah. Ini karena dia yang tidak pernah memberitahu Chaeyoung tentang anaknya. Jika dia memberitahu Chaeyoung, mungkin Chaeyoung akan memenuhi kehidupanya meskipun mereka telah berpisah. Tapi alasan dia tidak memberitahu Chaeyoung itu berasal dari ketakutannya jika Chaeyoung tidak mau menganggap anak yang tengah ia kandung karena tuduhan palsu itu. Mina memang tidak ingin kembali tersakiti tapi Ryujin lebih penting dari apapun termasuk hatinya. Ryujin tidak salah disini. Anak itu hanya korban yang tidak mengetahui apapun. la bahkan perlahan memberitahu Ryujin tentang ayahnya. Benar yang Chaeyoung bilang, Ryujin membutuhkan ayahnya dan ia bukanlah manusia keji yang tega memisahkan seorang anak dan ayah untuk selamanya."Aku mohon Mina. Maafkan aku demi Ryujin." Mohon Chaeyoung kembali.
"Ak...,"
"Mama?"
Mina yang tadinya ingin berbicara harus terhenti karena panggilan Ryujin dibelakang chaeyoung. Ryujin yang kembali ke rumah setelah bermain itu menatap bingung pria dewasa yang memunggunginya.
Chaeyoung ragu untuk membalikkan tubuhnya, ia ragu jika anaknya tidak akan mengenali dirinya. Tapi dengan sedikit rasa percaya diri, perlahan Chaeyoung memutar tubuhnya hingga Ryujin dapat melihat dia sepenuhnya. Ryujin yang seperti pernah melihat pria itu, lantas mengingat sejenak dimana dan kapan ia pernah melihat. Lalu ia teringat dua hari yang lalu saat sang ibu menunjukkan foto sang ayah. Dan saat itu pula Ryujin segera berlari menghampiri Chaeyoung dan memeluk erat kaki panjang pria itu.
"Papa." Suara gembira itu melintasi pendengaran Chaeyoung dan juga Mina.
Keduanya tergugu terlebih Chaeyoung yang berdiri mematung mendengar satu kata dari seorang anak yang sangat ia inginkan sedari dulu.
"Papa akhirnya pulang. Ryujin rindu Paoa." Ujar Ryujin.
Chaeyoung menatap Mina yang mengalihkan pandangan ke arah lain. Lalu pandangannya teralih kembali ke arah Ryujin yang masih memeluk kakinya erat. Ia melepas perlahan dekapan itu dan menyamakan tingginya dengan sang anak. Ditatapnya wajah mungil dan tampan itu. Ini kali pertamanya, ia melihat Ryujin dari jarak sedekat ini.
"Bi-bisakah..., Ryujin memanggil.. Papa lagi, nak?" Chaeyoung berusaha agat suaranya tidak terdengar bergetar.
"Papa."
Ditarik pelan tangan kecil itu ke dalam dekapan eratnya. Air mata Chaeyoung mengalir mendengar hal itu dari Ryujin. Mina yang melihat interaksi itu tak kuasa menahan air matanya dan secepat mungkin menghapus liquid bening itu.