Mina berlari keluar dari aula panggung menuju ke tepi lapangan sekolah yang cukup sepi. Menangis menumpahkan air matanya yang sudah tak kuasa ia tahan. Mendengar Ryujin berbicara seperti itu cukup membuat hatinya teriris mendengar ucapakan putranya. Jadi selama ini, seperti itulah yang dirasakan putranya.
Apa keputusannya untuk pergi menjauh dari Chaeyoung dan keluarganya adalah keputusan salah? Apa dia terlalu egois? Lebih mementingkan perasaannya dari pada perasaan anaknya nanti? Apa karena dia tidak ingin terluka lagi sehingga membuat anaknya terluka? Kenapa ia tidak memikirkan Ryujin? Memikirkan masa depan Ryujin? Jika saja, ia mengatakan pada Chaeyoung jika ia hamil saat itu, pasti nasib Ryujin akan berubah meskipun ia akan selalu merasakan luka. Dan Ryujin tak akan menunggu seseorang yang bahkan tidak tahu bahwa dia ada di dunia ini. Mungkin saja Chaeyoung sudah menikah lagi disana dan memiliki anak dari pasangannya yang sekarang. Lalu bagaimana nasib Ryujin sekarang? Apa akan selalu seperti ini untuk selamanya? Ia bahkan tidak tahu, apa ia kan selalu berada disamping Ryujin saat ia tumbuh dewasa nanti? Lalu akan dengan siapa nanti Ryujin jika ia tidak ada nanti? Kenapa? Kenapa ia tidak memikirkan hal sejauh itu? la terlalu dibutakan perasaan rasa sakitnya. Ini salahnya yang membuat Ryujin merasakan hal ini semua. Ini salahnya.
Mina menangis deras dengan tangan yang menangkup mulutnya agar isakan tangisnya tidak terdengar. Mina sibuk menangis dan memikirkan Ryujin tanpa tahu Chaeyoung yang berdiri sedikit jauh dibelakangnya sejak dirinya keluar aula, Chaeyoung menyaksikan dirinya menangis tersedu. Membuat hati pria itu sakit terkoyak, melihat wanita yang selalu ia cintai menangis seperti itu dan itu karena dirinya.
"Mama!"
Mina tersentak dan menghapus air matanya tergesa-gesa. Agar Ryujin tidak melihat air matanya dan membuat anak itu merasa bersalah.
"Mama kenapa? Ryujin tadi mencari Mama."
ditatapnya wajah polos putranya yang sudah berdiri didepannya. Ia menyamakan tingginya dengan putranya.
"Mama tidak apa-apa, sayang. Tadi Mama pergi ke toilet sebentar." Mina berusaha menormalkan suaranya.
"Bagaimana penampilan Ryujin tadi, Ma? Bagus, kan?" tanya Ryujin dengan senyuman ceria diwajah mungil dan tampan itu.
Dapat Mina lihat binar dimata Ryujin membuat hatinya mengernyit ngilu. Tanpa menjawab pertanyaan anaknya, Mina justru memeluk tubuh mungil Ryujin dengan erat sehingga membuat anak itu tenggelam didadanya.
"Maafkan Mama, nak. Mama, minta maaf."
Ryujin yang tidak mengerti apa yang terjadi pada Mina sehingga ia meminta maaf padanya, hanya bisa membalas dekapannya.
"Mama tidak perlu minta maaf. Mama tidak punya salah sama Ryujin, jadi tidak perlu minta maaf pada Ryujin. Seharusnya, Ryujin yang minta maaf sama Mama. Karena Ryujin selalu merepotkan Mama selama ini. Ryujin minta maaf ya,Ma. Ryujin tidak akan jadi anak nakal lagi. Maafkan Ryujin ya, Ma."
Air mata Mina kembali terjatuh mendengar nada polos itu yang seperti tidak ada beban. Mina mengeratkan pelukannya, menangis tersedu dipundak kecil Ryujin. Ryujin adalah anak baik, anak yang manis. Anak yang sangat ia sayangi.
"Mama minta maaf karena belum membahagiakanmu, nak." dapat Mina rasa gelengan pelan dipundaknya.
"Tidak, Ma. Ryujin sudah bahagia, sangat bahagia karena Ryujin anak Mama dan Ryujin punya Mama disisi Ryujin. Terima kasih, Ma. karena sudah melahirkan Ryujin dan Yujin. Merawat Ryujin dengan kasih sayang yang besar meski tidak ada Papa.
Memberi kesempatan untuk Ryujin melihat wajah Mama yang cantik. Ryujin bangga jadi anak Mama dan Ryujin akan membanggakan Mama suatu hari nanti. Ryujin sayang Mama."Benarkan itu anak berusia 5 tahun? Chaeyoung tak menyangka anaknya memiliki pemikiran seperti itu diusianya yang cukup dini. Mina telah melahirkan dan merawat Ryujin dengan sangat baik dan menjadikan Ryujin anak yang berkualitas.