Mina tengah berbaring dengan posisi menyamping diranjang Ryujin untuk menidurkan putranya itu. Tapi sang anak justru tidak kunjung memejamkan matanya padahal jam dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Tidak biasanya.
"Ryujin, tidurlah, Nak. Ini sudah malam." ucap Mina lelah karena sudah kesekian kalinya ia menyuruh Ryujin untuk tidur.
Ryujin masih diam dan menatap langit-langit kamarnya. Ia ingin sekali mengatakan sesuatu yang sedaritadi menggantung dikepalanya.
"Mama" panggil Ryujin.
"Hm?"
Ryujin terdiam sejenak,
"Apa..., Mama akan menikah dengan Paman Jeongyeon?"
Gerakan tangan Mina yang tadinya mengelus kepala Ryujin terhenti. Terkejut, Itulah yang dirasakan Mina saat ini. Bagaimana anaknya tahu?
"Ryujin? Apa yang kau bicarakan, sayang?" tanya Mina dengan ekspresi terkejut.
Ryujin mengalihkan pandangannya dari langit-langit kamarnya kini menatap sang ibu.
"Tadi. Ryujin tidak sengaja mendengarnya dari dalam rumah saat Ryujin ingin keluar untuk bermain. Paman Jeongyeon meminta Mama untuk menikah dengannya dan Mama bilang iya. Itu artinya Mama akan menikah dengan Paman Jeongyeon, bukan?" tanya Ryujin dengan wajah polosnya.
Mina tidak tahu harus menjawab apa. Ryujin seharusnya tidak mengetahui hal seperti ini. Ini juga salahnya, kenapa harus berbicara didepan rumah yang jelas masih ada Ryujin.
Sekarang Ryujin tahu dan membuat dirinya bingung."Kenapa Mama harus menikah dengan Pama Jeongyeon? Bukankah sudah ada Papa?"
Lagi-lagi Mina dibuat bungkam. Ia tidak tahu harus menjelaskan apa yang memang tidak perlu Ryujin tahu. Ryujin semakin besar dan pasti akan semakin mengerti banyak hal. Mendadak kepala Mina merasa pusing.
"Apa Mama marah pada Papa?" tanya Ryujin yang tentu saja tidak bisa Mina jawab.
Melihat Mina hanya diam, membuat Ryujin jadi mengerti.
"Mama..., Mama pernah bilang pada Ryujin bukan jika Tuhan itu selalu memaafkan hambanya sebesar apapun kesalahannya?" tanya Ryujin dengan tatapan lugu.
"Maka, Mama juga harus bisa memaafkan Papa sebesar apapun kesalahannya. Dan Papa juga berhak mendapatkan maaf dari Mama. Saat ada teman Ryujin yang bertengkar Ibu Guru pernah bilang, setiap manusia pasti melakukan kesalahan, entah itu besar ataupun kecil."
"Ibu Guru juga bilang, jadikan kesalahan sebagai pelajaran bahwa tidak ada manusia yang sempurna dan tidak akan membuat kesalahan itu lagi. Kita juga tidak boleh marah terlalu lama karena itu tidak baik dan akan merugikan diri sendiri. Manusia yang salah berhak mendapat kesempatan."
Mina merasa sedikit tertampar dengan perkataan Ryujin yang dikatakan dengan nada polos. Ia tahu Ryujin tidak berniat menasehatinya, Ryujin hanya berniat memberitahu dirinya tentang apa yang ia dapat. Tapi itu sedikit mencubit hatinya.
Mina tidak menyangka Ryujin akan mengatakan hal seperti itu padanya yang terbilang cukup dewasa untuk dikatakan oleh anak seusianya. Ia bahkan masih berusia 6 tahun untuk mengerti mana yang benar dan mana yang salah."Jadi, Mama maafkan Papa, ya?" tanya Ryujin.
Mina menatap putra semata wayangnya itu lalu mengangguk pelan.
"Tapi sepertinya, Mama yang harus meminta maaf pada Papa." ujar Ryujin membuat kerutan muncul dikening Mina.
"Kenapa?"
"Karena saat Mama bersama Paman Jeongyeon, ada Papa juga ada disana."
Mina lagi-lagi dibuat terkejut.