Aku terdiam, tak mampu menjawab satu pertanyaan pun yang terlontar dari mulut papaku. Aku teramat sangat takut, untuk pertama kalinya papaku berbicara dengan nada tinggi kepadaku.
"Mengendarai sepeda motor, tanpa menggunakan helm. Izin maraton ga taunya malah ke taman, jadi bisa disebutkan lagi kesalahan apa yang kamu perbuat?" Ucap papa ku lagi. Aku terdiam. Masih enggan menjawab.
Perlahan aku memberanikan diri melihat satu demi satu wajah mereka. Sial mereka menatapku datar.
Air mataku perlahan menetes membasahi pipi, jujur aku sangat takut.
Aku mendongak menatap langkah demi langkah kakak tertuaku, kak Suho berjalan meninggalkan kami semua, ku lihat dia masuk ke dalam kamarnya.
Aku tau, dia pasti sangat kecewa.
Ku lihat lagi, kali ini papaku yang pergi meninggalkan kami diruangkan itu. Pergi tanpa mengucapkan satu kata pun.
Ku lihat wajah mama, kak Taeil, kak Jaehyun dan kak Jaemin yang masih tersisa bersamaku.
"Besok jangan diulangi lagi ya Kesalahan kaya gini. Adek tau semua panik-"
"Tapi adek gapapa kok" ucapku menyela ucapan kak Jaehyun.
"Memotong pembicaraan orang lain yang sedang berbicara bukan hal yang baik, adek tau itu?" Kali ini kak Taeil yang berbicara dengan nada tegas.
Semua langsung terdiam, setelahnya mereka semua pergi menuju kamar mereka masing masing. Hanya tersisa aku sendiri diruangan ini.
Perlahan aku berjalan menaiki tangga berniat menuju kamar tidurku, tak lama aku berpapasan dengan papaku yang keluar dari kamar, aku menatapnya dan dia mengarahkan pandangannya ke arah lain.
Memandang langkah demi langkah ya menuruni anak tangga, lantas aku langsung memasuki kamarku, merubuhkan badanku dikasur.
Entahlah kali ini aku bingung bagaimana cara membujuk mereka, aku akui aku salah disini.
Tak lama kemudian aku tertidur memasuki alam mimpi saking pusingnya kepalaku memikirkan cara membujuk mereka aku sampai lupa kalau aku belum mandi.
Suara deringan telpon itu membangunkanku dari tidur, aku mencari sumber suara berbentuk pipih itu, ada di samping bantal ku.
Mengusap tanda berwarna hijau aku langsung menempelkan handphoneku di telinga.
'Woi vii' ucap seseorang diseberang sana
'Hmm' jawabku singkat. Masih mengantuk dan pusing menjadi satu.
'katanya Yuna kecelakaan' ucapnya lagi.
Apa! Yuna kecelakaan?
'eh yang bener Lo anjir? Jangan ngadi ngadi' kali ini mataku terbuka sempurna karena keterkejutan atas ucapan tadi.
'yakali gue becanda soal beginian. Katanya kritis.'
Aku menjatuhkan handphoneku mencerna percakapan antara aku dan Dahyun tadi. Apa katanya Yuna kecelakaan?
Lantas aku langsung berlari memasuki toilet berniat untuk mandi.
Setengah jam berlalu akhirnya aku selesai mandi dan ganti pakaian. Aku mengambil handphoneku yang tadi sempat ku jatuhkan.
Sebelum keluar kamar aku menyempatkan membuka isi pesan yang terus bergulir di handphoneku.
"Yuna!" Teriakku sehabis membaca chat group kelasku.
Yuna Midzy, salah satu rekan terbaikku. Salah satu sahabatku, walaupun tidak sedekat dengan Dahyun dan Tzuyu, tapi kami bersahabat sangat baik. Tidak pernah sekalipun bertengkar.

KAMU SEDANG MEMBACA
I Love you, Vii !
Genç KurguIni tentang Vii Aureryn gadis remaja yang selalu mendapatkan apa yang dia inginkan. Terlahir sebagai anak bungsu dari lima bersaudara sekaligus anak perempuan satu-satunya membuat ia mendapatkan kasih sayang yang lebih. Suatu kejadian yang membuat s...