Bagian Tiga Puluh Dua

2K 158 3
                                    

Happy Reading!!!

***

“Abang, please, bangun,” pinta Ziva sembari meremas tangan Gilang yang bebas dari selang infus.

Ini adalah hari ke dua puluh Gilang terbaring di ranjang pesakitan tanpa bisa melakukan apa-apa, bahkan untuk sekadar membuka mata. Hal yang membuat Ziva tak hentinya menangis dan enggan ingkah dari tempat duduknya di sisi Gilang.

Malam di mana dirinya mendapat kabar sang kekasih kecelakaan, sejak itu pula lah Ziva kehilangan semangat hidupnya. Apalagi kenyataan yang dirinya ketahui mengenai alasan Gilang terbaring seperti sekarang.

Sesungguhnya awalnya Ziva tidak tahu soal kecelakaan yang menimpa Gilang. Ia menyangka bahwa itu murni kecelakaan seperti yang polisi tuturkan.

Tuduhan yang dirinya lempar pada Galen sama sekali tidak berlandaskan bukti, ia hanya menebak setelah teringat akan keberadaan Galen di depan rumahnya, dan alasan Gilang menolak untuk mampir ketika mengantarnya pulang. Namun siapa yang mengira bahwa ternyata tuduhannya tepat sasaran. Dan itu benar-benar membuat Ziva tidak menyangka dengan pengakuan Galen yang sukses membuatnya terkejut.

Inginnya Ziva mengadukan itu pada polisi, menjebloskan Galen ke jeruji besi. Namun Ziva tidak bisa melakukan itu. Alasan Galen yang membuat Ziva memilih bungkam meskipun polisi terus datang mengabarkan perkembangan penyidikan mengenai kecelakaan yang menimpa Gilang dan beberapa orang lainnya.

Bukan karena Ziva melindungi diri sendiri atau pun Galen. Ziva melakukan itu demi melindungi semua orang, terlebih kedua orang tua Galen. Asra dan Veronica pasti akan terpukul mengetahui anaknya lah yang menyebabkan anaknya yang lain dalam kondisi koma. Dan nyatanya Ziva pun tidak siap menjadi sosok yang disalahkan, mengingat apa yang Galen lakukan beralaskan dirinya.

Ziva tahu dirinya begitu egois. Tapi sungguh, ia tidak bisa jika harus berpisah dengan Gilang. Terlebih dalam kondisi pria itu yang tidak berdaya seperti ini.

Aku minta maaf, Bang,” untuk alasan rusaknya hubungan persaudaraan Gilang dan Galen. “Maafin aku,” yang telah membuat Gilang terlelap panjang dengan kemungkinan lumpuh yang pastinya akan sulit Gilang terima. “Maaf,” untuk rasa yang tidak bisa Ziva hilangkan. “Aku benar-benar minta maaf,” untuk semua kekacauan yang ada hingga hari ini.

“Bangun, Bang. Aku kangen,” lirih Ziva dengan air mata yang semakin mengalir. Air mata penyesalan, juga rindu yang tak terbendung. Dan nyatanya bukan hanya Ziva yang merindukan sosok Gilang, sebab Asra dan Veronica pun merasakan hal serupa. Tidak ketinggalan Galen, yang ternyata juga merindukan sosok sang abang.

Tamparan yang Ziva layangkan malam itu ternyata berhasil menyadarkan Galen akan kesalahan yang telah dirinya lakukan. Dan kalimat yang Ziva ucapkan terakhir kali membuat Galen sadar bahwa tidak seharusnya dia mengutamakan emosi hingga berakhir mencelakai kakak kandungnya sendiri. Karena itu sama saja dengan dirinya melukai kedua orang taunya.

Seharusnya yang kamu celakai itu aku, Len, karena sejak awal aku yang meminta Bang Gilang melakukan pengkhianatan, aku yang meyakinkan Bang Gilang soal hubungan yang akhirnya kami jalin.

Benar apa yang kamu bilang, aku murahan. Maka seharusnya yang kamu singkirkan itu adalah aku, bukan Bang Gilang. Dia kakak kamu, Len. Dia keluarga kamu. Banyak hal yang telah dia lakukan untuk kamu,”

Itu yang Ziva katakan pada malam itu. Dan sekarang Galen mengakui semua itu. Banyak hal yang telah Gilang lakukan untuknya selama ini.

Sejak kecil Gilang telah menjadi pelindung untuknya. Menjadi orang terdepan yang membelanya. Tidak segan-segan bertengkar dengan orang-orang yang telah mengganggu adiknya. Dan Gilang rela mengalah hanya untuk membuat adiknya bahagia.

“Aku tahu dia telah mengecewakan kamu karena memiliki rasa itu terhadapku. Tapi kesalahan Bang Gilang tidak sebesar itu, Len. Aku yang bersalah di sini. Aku yang meminta dia memilih melukaimu. Sejak awal dia ingin membuang perasaannya. Aku yang salah karena telah membujuknya untuk mengedepankan kebahagiaan dia sendiri. Ah, kebahagiaanku juga,” ralat Ziva cepat-cepat.

“Dia menyayangimu. Dia tidak ingin mengecewakan kamu, terlebih menyakiti kamu seperti ini. Tapi apa daya, dia yang juga seorang manusia ternyata memiliki sisi egoisnya. Sama halnya dengan aku, dia pun nyatanya ingin memiliki aku juga, sampai dia menutup mata dan telinga mengenai siapa aku sebenarnya. Dia pura-pura lupa bahwa adiknya adalah tunanganku. Begitu juga dengan aku.” Ziva menghela napasnya pelan, menatap Galen dengan senyum penyesalan.

“Aku yang seharusnya kamu celakai, Len. Karena aku yang membuat kamu terluka. Karena aku yang telah membuat kamu kecewa. Aku yang telah membuat kamu dan Bang Gilang berada di posisi ini. Kebencian kamu terhadap Bang Gilang bermula dari aku. Seperti yang kamu bilang, andai aku tidak murahan, sisi jahat kamu tidak akan pernah ada.”

Sekarang Galen mengangguki itu. Andai tidak ada cinta diantara Ziva dan sang kakak, mungkin hingga hari ini hubungan mereka akan baik-baik saja. Atau mungkin, andai Galen mau mengalah dan membiarkan dua sosok itu bersama, hari ini Galen pasti masih bisa melihat senyum di kedua bibir Gilang juga Ziva, meskipun itu akan membuatnya terluka. Tapi ternyata melihat tangis dan kehampaan di mata Ziva membuatnya tidak sama sekali merasa bahagia.

“Seharusnya aku yang kamu buat celaka, Len. Aku janji tidak akan bertahan. Aku akan memilih melepaskan hidupku demi membuat kadaan kembali ke semula. Agar tidak ada lagi alasan yang membuat kamu kecewa. Agar tidak ada lagi alasan yang membuat kamu membenci Bang Gilang. Aku akan memilih tidak selamat agar kalian tidak lagi berselisih karena aku. Tapi, karena kamu ternyata memilih melakukan kejahatan itu pada Bang Gilang, maafkan aku yang menolak untuk pergi. Aku tidak bisa meninggalkan dia dalam keadaannya yang seperti ini. Aku mencintai Bang Gilang, Len. Dan selama napasku masih berhembus, aku tidak akan pernah meninggalkannya, kecuali dia yang meminta. Maafkan aku.”

Dan hingga hari ini Ziva menepati ucapannya untuk tidak pergi. Membuat perlahan Galen sadar bahwa memang sebesar itu cinta Ziva untuk Gilang.

Melihat Ziva yang terus berada di sisi Gilang membuat Galen terluka. Tapi melihat besarnya cinta yang Ziva punya untuk kakaknya membuat Galen iba dengan keadaannya sekarang. Dan karena itu Galen meminta dengan segenap ketulusan yang dirinya punya agar Tuhan mau berbaik hati kepada Gilang. Membangunkan Gilang dari tidur panjangnya, dan mengangkat semua sakit yang kakaknya derita.

Galen tak tega. Gilang terlihat begitu payah dalam tidurnya dua puluh hari ini. Dan Ziva terlihat begitu mengerikan dengan tangisnya yang tak juga berhenti.

Mungkin memang sudah seharusnya ia mengalah. Sudah seharusnya ia menerima takdir yang Tuhan berikan untuknya.

Cintanya untuk Ziva mungkin tidak kalah besar dari yang Gilang punya, tapi itu tidak lantas membuatnya bisa memiliki Ziva. Semesta telah merestui keduanya, karena nyatanya dengan keadaan Gilang yang tidak berdaya seperti ini semesta seolah sedang memperlihatkan padanya bahwa Ziva dan Gilang memang sudah seharusnya bersama.

Keberadaan Ziva yang setia dan sabar di samping Gilang hingga hari ini membuktikan bahwa wanita itu tulus kepada kakaknya. Karena jika memang Ziva seberengsek itu, tidak mungkin wanita itu akan mau repot-repot berada di sisi Gilang yang jelas-jelas lumpuh dan koma. Karena nyatanya masih ada Galen yang berstatus tunangannya, berada dalam keadaan sehat.

Bisa aja Ziva memilih kembali dan meninggalkan Gilang yang entah kapan akan bangun. Tapi nyatanya Ziva tidak melakukan itu. Dibandingkan meninggalkan atau kembali pada sang tunangan Ziva memilih bertahan meskipun Gilang tidak lagi memberi kebahagiaan. Ya, sebab yang ada Gilang justru akan merepotkan dengan kondisinya sekarang.

 Melihat semua ini rasanya sudah cukup untuk Galen terus keras kepala. Sudah saatnya ia benar-benar mengalah. Bukan karena kalah, sebab dalam cinta tidak ada yang kalah atau pun menang. Tidak ada pula si kuat dan si lemah, karena pada dasarnya cinta itu fitrah. Tidak seharusnya Galen memaksakan perasaan yang bukan diperuntukkan untuknya. Karena pada akhirnya tidak hanya menyakiti Ziva, tapi juga dirinya sendiri, dan orang lain.

***

Kamu orang baik Galen.
Meskipun menyesal tak lagi ada guna setidaknya kamu masih bisa memperbaiki hubungan kedepannya.

See you next part!!!

Terjerat Cinta Calon IparTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang