Bagian Tiga Belas

3.3K 186 6
                                    

Happy Reading !!!

***

"Maaf untuk kesibukanku belakangan ini, Yang,” Galen meraih jemari Ziva yang ada di atas meja, menatap wanita itu dengan sorot bersalah. Yang berhasil membuat Ziva meloloskan ringisannya, dan memilih menunduk agar tak bersitatap dengan Galen.

Ziva tidak sanggup melihat rasa bersalah pria itu. Karena nyatanya dirinyalah yang memiliki banyak salah. Ia telah mengkhianati Galen di saat pria itu masih memikirkannya di tengah kesibukan yang dimiliki.

Galen tidak seharusnya meminta maaf karena pada kenyataannya Ziva malah justru menikmati ketidakberadaan sang tunangan.

Berengsek! Ziva akui itu.

“Maaf juga karena tidak selalu memberimu kabar. Pekerjaanku ternyata benar-benar padat di sana.”

Sebuah helaan napas pelan dapat Ziva dengar begitu jelas, sementara matanya terfokus pada tangan Galen yang melingkupi jemarinya yang kurus. Kebiasaan Galen ketika sedang serius dan merasa bersalah. Laki-laki itu seolah tengah menyalurkan kesungguhan lewat genggamannya.

Bahkan aku selalu lupa memberi kamu kabar. Batin Ziva tersenyum miris.

Sore tadi Galen baru saja kembali dari Singapura. Satu minggu pria itu di sana, dan ketika pulang Galen langsung mengajaknya kencan, hingga kemudian mereka berakhir di sebuah restoran yang terasa begitu sepi, karena hanya ada mereka berdua di sana. Membuat Ziva berpikir, mungkinkah Galen sengaja menyewa tempat ini?

“Ada alasan di balik kesibukanku itu, Yang. Aku sengaja ingin menyelesaikan pekerjaanku lebih dulu sebelum duduk berdua seperti ini bersama kamu,” Galen berikan senyum manis pada sosok cantik di depannya. Beda hal dengan Ziva yang malah justru merasa resah di tempatnya. Dan Galen dapat merasakan tangan Ziva berkeringat. Namun itu malah justru membuat Galen semakin menarik senyum menganggap bahwa kegugupan yang Ziva rasa karena telah dapat menebak apa yang akan dirinya ucapkan.

Dan sialannya itu benar. Sayangnya apa yang ada di dalam pikiran Ziva amat berbeda dengan apa yang saat ini ada di pikiran Galen. Karena nyatanya gugup yang Ziva punya berupa ketakutan, bukan bahagia sebagai mana yang Galen rasa.

“Seperti yang pernah aku bilang, aku serius dengan hubungan kita. Aku serius dengan kamu,”

Dan Ziva pun serius dengan hubungannya bersama Galen. Tapi itu dulu, ketika Ziva belum bertemu dengan Gilang. Ketika Ziva belum tahu perasaan calon kakak iparnya. Sekarang keseriusan itu telah dirinya khianati.

Tidak seperti Galen yang setia dengan perasaannya, Ziva malah justru memberi kecewa pada sosok yang begitu mencintainya.

Di saat Galen berusaha membuat rasanya tetap pada tempatnya, Ziva malah justru berpaling pada Gilang yang seharusnya menjadi kakak iparnya.

“Dan aku rasa aku sudah tidak bisa lagi menunda,”

Nyatanya Ziva pun sama, ia sudah tidak lagi bisa menunda. Terlebih kandungannya.

“Aku ingin bersama kamu, menghabiskan sisa hidup ini bersamamu dalam ikatan yang lebih suci. Aku ingin membina rumah tangga bersama kamu, Zi. Aku ingin menua bersama kamu. Aku ingin menjadi suami kamu," menarik napas panjang Galen tatap sang tunangan semakin dalam,  lalu melanjutkan kalimatnya, "Ziva Nasturtium Aylin, menikah denganku, please!”

Entah sejak kapan Galen sudah berlutut di depannya, karena sejak tadi Ziva terlalu sibuk dengan pikirannya. Tangisnya tak lagi bisa di tahan, dan Ziva benar-benar terisak mendapati cincin berlian yang Galen perlihatkan dalam aksi melamarnya. Namun tangis ini bukan tangis haru sebagaimana yang ada dalam benak Galen, karena nyatanya Ziva menangis karena sesak di dada yang begitu menyiksa.

Terjerat Cinta Calon IparTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang