🍂 00 🍂

5.1K 507 13
                                    

Jean Coolin Bagastara - Adalah cowok dengan sikap dingin yang mampu menandingi kutub utara. Lebih-lebih setelah kecelakaan tempo hari, membuatnya semakin dingin.

Bagastara adalah marganya. Dia merupakan anak broken home, yang tentu riwayat kedekatan antara dirinya dengan sosok kedua orang tuanya dapat dihitung jari moment kebersamaan mereka sebagaimana keluarga pada umumnya.

Jean tumbuh dengan baik, tubuhnya tinggi, kekar, berotot, dan point paling penting adalah wajahnya yang rupawan.

Kendati sikapnya yang dingin pun pendiam, Jean tentu mempunyai teman. Davin dan Aksa namanya.

Dua temannya yang begitu akrab dengannya. Mereka berteman dari sejak sekolah dasar kelas tiga.

"Jean~" Panggil Davin ketika temannya itu baru memasuki kelas mereka.

Jean, Davin, dan Aksa, mereka satu sekolah di sekolah Bagastara.

SMA Bagastara.

Melihat dari nama sekolah tersebut, tentu pemilik sekolah itu adalah keluarga Jean. Spesifiknya milik Ayah Jean.

"Tumben hari ini agak telat?" Tanya Aksa.

Jean duduk di bangkunya, tidak menyahut.

Diabaikan, Davin maupun Aksa tidak marah, kelewat paham akan tingkah laku Jean. Mengingat mereka sudah dari orok bekawan.

"Jean, nanti kita ke kantin bareng."

Kali ini Jean merespon, mengangguk. Setidaknya ada sedikit respon yang menandakan cowok itu masih hidup.




















__🍂__





















Sorakan riuh menyanjung ketampanan dari ketiga sekawan itu tidak lagi asing bagi ketiganya.

Bagi Jean, Davin, juga Aksa. Hal semacam itu sudah biasa.

Namun, Jean tetap saja risih walau bibirnya tetap bungkam.

Berbeda dengan Davin yang senang, malah tebar pesona.

Sementara Aksa, hanya tersenyum, tidak terlalu nampak, namun sama saja sebenarnya dengan Davin. Agak Playboy.

Ketiganya tengah berjalan menyusuri koridor sekolah untuk pergi kekantin.

"Gila. Jean jalan aja ganteng."

"Dia mah nafas aja ganteng."

"Datar gitu tambah ganteng woy."

"Devan sayang masa depan aku."

"Aksa nikahin adek, Ayang."

Celotehan memuakkan menurut Jean, tapi menyenangkan bagi Davin dan Aksa.

Mereka terus berjalan dengan Devan yang memimpin, walau pada kenyataannya tidak ada yang menjadi ketua di antara ketiganya.

Meski demikian, Jean tetap yang paling di segani oleh keduanya.

Faktor utama Jean di segani adalah karena sikapnya yang dingin, pendiam, serta tatapan mata yang tajam.

Hanya itu.

Karena sisi gelapnya belum pernah di tampakkan pada siapapun.

Sesampai ketiganya di kantin, Aksa berusara.

"Vin, kita duduk disini aja."

Cowok yang namanya di sebut, menoleh.

Sementara Jean menghentikan langkahnya, menatap Aksa.

Hai, Kak Jean. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang