🍂 09 🍂

2.2K 377 20
                                    

"H-haa?!"

Jean tersenyum, "Aku cuman bercanda. Serius banget kalian." Kemudian tertawa kaku.

Mereka semua diam.

Jean berdehem, "Aku pergi dulu. Ganti pakaian."

Baik Luisa sampai kedua teman cowok itu bahkan Jeje hanya bisa menatap punggung Jean.

Luisa menarik senyuman tipis, "Aku juga pergi. Je, kamu tetap disini?"

"Eh. Ikut."






























__🍂__
































Aksa dan Davin mengamuk pada Jean, bisa-bisanya cowok itu menarik-ulur Luisa.

Mengingat bagaimana ekspresi cewek itu usai di becandai oleh Jean membuat keduanya tidak tega.

"Pokoknya Jean brengsek."

Jean menghela nafas berat.

"Ini juga gak mudah buat aku."

"Beratnya dimana sih, Jeannn." Gemas Davin, kalau bisa ia ingin meremas otak Jean, memilah dan memisahkan kebodohan dari sana.

Jean bangun dari duduknya, "Aku mau pulang dulu."

"Loh ... Pulang gimana. Ini belum jamnya." Keberatan Davin.

Aksa diam saja, sudah kewalahan menghadapi sikap Jean yang labil tidak karuan.

Tanpa menjawab lagi, Jean langsung melangkah pergi pulang seperti keinginannya.

Mau bagaimana lagi, Jean memang salah namun tidak bisa di salahkan sepenuhnya.

Jean tidak ingin Luisa merasa bahwa cewek itu mudah untuk di dapatkan, Jean ingin Luisa merasa bahwa perasaan Jean tulus dari lubuk hati yang paling dalam bukan hal sepele.

Kalau Jean langsung menyatakan perasaannya seperti tadi, entah bagaimana tanggapan Luisa, terlebih suara hati cewek itu sebelumnya bertanya apakah ia dan Galang bermain basket karena memperebutkan nya.

Jelas tidak benar kalau Jean langsung mengutarakan rasa sukanya detik setelah ia memenangkan permainannya walau sudah kelepasan ia ungkapkan.

Jean mendesah lelah, "Pusing banget."

"Kak Jean."

Mengenali suara itu, Jean menoleh kebelakang.

"Eh, Li."

Luisa tersenyum pada Jean. Tidak sengaja ia berpapasan dengan Jean, itu mengapa ia menyapa.

"Kakak mau pulang, ya?" Tebak Luisa, melihat cowok itu menenteng tasnya seperti orang yang sudah akan pulang.

Jean mengangguk, "Iya."

Luisa tersenyum lagi, walau tindakan Jean tadi jelas mempermainkan perasaanya, Luisa tidak punya alasan untuk tidak berbicara pada Jean seperti yang ia lakukan sebelumnya yang malah merajuk tidak jelas.

"Kalau gitu hati-hati ya, Kak. Aku mau ke kelas dulu."

Jean mengangguk, namun sebentar saat tangan Luisa ia tahan.

"Tunggu bentar, Li."

"Ya?"

"Aku minta maaf."

Luisa mengerjap, agak bingung, "Maaf?"

"Maaf karena tadi bilang suka ke kamu tanpa sebab."

"Ohh~" Lisa tertawa renyah, menyembunyikan sesak di dada, "Gapapa, Kak. Aku tahu kok, Kakak gak mungkin suka sama aku."

Hai, Kak Jean. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang