🍂 01 🍂

2.9K 413 9
                                    

Luisa bertemu lagi dengan Jean. Di sebuah ruangan musik.

Jean tampak tidak terlalu mahir memainkan piano, namun jari-jari lentik itu, sukses mengalunkan melodi yang indah.

Luisa tersenyum.

Aku makin kagum sama, Kak Jean.”

Alunan musik terhenti, Jean menoleh.

Lusia gelagapan.

Jean telah mendengar suara hari perempuan itu.

Jean bangkit dari duduknya, berniat pergi dari ruangan musik.

Luisa jadi tak enak.

Ia tidak bermaksud bagai penguntit, pertemuan mereka tidak di sengaja.

Tadi, Luisa juga hanya ingin menenangkan pikirannya dengan rehat sejenak di ruang musik karena hanya ruangan itu yang paling tenang, alih-alih ada perpustakaan.

Jujur saja, perpustakaan di sekolah mereka berbeda, tidak setenang perpustakaan di sekolah orang.

Saat Jean melewati Luisa, cewek itu kembali bermonolog dalam hati.

Apa Kak Jean marah?”

Apa Kak Jean udah punya pacar?”

Jean tidak tahu maksud dari pertanyaan kedua, tapi yang jelas Jean tidak peduli.



















__🍂__




















Luisa berada di kelas sepuluh. Anak semester baru, yang masih belum tahu betul seluk-beluk dari sekolah Bagastara.

Berbeda dengan Jean yang sudah berada di kelas sebelas, lumayan tahu bagaimana sekolah ini, terlebih lagi dia yang adalah anak dari pemilik sekolah.

“Jeje.”

Itu adalah nama dari teman Luisa. Margareta Jeje.

“Kenapa?” Ketus cewek itu.

Luisa mengerucutkan bibirnya.

“Kamu kenapa?”

Luisa mendudukkan dirinya di bangkunya, menelungkupkan wajahnya di atas meja dengan tangan sebagai bantalan.

Keduanya duduk sebangku.

“Kayanya aku suka sama salah satu Kakak Kelas kita.”

“Hah? Siapa?”

Penasaran Jeje.

“Ada lah.”

“Kamu kalo mau kasih tahu sesuatu jangan yang setengah-setengah. Aku jadinya penasaran akut.” Decak Jeje.

“Pokoknya ada … ”

Luisa tambah cemberut.

“Aku takut, Je.”

“Takut napa dah?”

Luisa menangis tapi tidak ada air matanya.

“Takut kalau rasa suka aku sama Kakak itu malah buat Kakak nya gak nyaman, atau malah risih karena disukain sama aku.”

“Tahu dari mana, Kakak yang kamu suka risih kalo kamu suka sama dia?”

“Dari ekspetasi aku.”

“Goblok. Ekspetasi mah sesat.”

Luisa cemberut lagi.

“Gimana pun Kakak nya tuh terkenal di sekolah ini. Salah-salah aku bisa di bully sama fans dia huhu.”

Hai, Kak Jean. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang