🍂 18 🍂

1.6K 276 35
                                    

Ada razia berkala yang dilakukan oleh ketua osis dan anggotanya. Razia ini adalah salah satu dari program yang osis kerjakan. Mereka merazia : alat make up, kuku panjang berkutek, rokok, narkotika, benda tajam, dan lain-lainnya, yang tidak sesuai dengan aturan sekolah.

Jean, Davin, Aksa, di minta oleh ketua osis untuk membantu mereka karena kekurangan anggota, berhubung mereka juga adalah teman sekelas, jadi ketua osis bisa dengan mudah meminta bantuan mereka bertiga tanpa imbalan jasa.

“Aku nanti razia di kelas cewek aku.” Ujar Jean.

“Oke, Bro. Asal ingat, harus adil!” Beritahu Ketos sambil bercanda.

Jean mengacungkan jempolnya.

“Aku ikut, Jean.” Imbuh Davin.

Ketos tadi mengangguk lagi.

“Trus aku?” Tanya Aksa.

“Kalau kamu mau, kamu bisa ikut mereka berdua.” Ujar Ketos.

Aksa mengangguk, walau agak malas karena pasti kedua temannya itu ngapel terlebih dahulu lalu membucin berakhir melupakan kehadirannya yang juga nyata.

Davin walau sudah putus dengan Jeje tapi cowok itu masih tetap manja dan caper terhadap Jeje. Padahal Jeje tidak peduli lagi pada Davin, bahkan cenderung mengabaikan cowok itu.

“Yaudah, kalau gitu mulai aja razianya.” Ujar Ketos.

Dan mereka semua mulai melaksanakan tugas masing-masing dan berpencar ke setiap kelas.




















__🍂__




















Jean, Davin, Aksa, masuk kedalam kelas Luisa dan Jeje.

Aksa dengan tampang tebar pesona, sementara Davin dengan pandangan yang terus menatap kearah Jeje.

Kalau Jean, cowok itu hanya sekadar curi-curi pandang tapi mampu membuat Luisa terbang melayang.

“Selamat Siang.” Sapa Jean mewakili ketiganya, membuka kegiatan mereka dengan menyapa.

Siang, Kak~

Jawab mereka.

Razia berkala ini tidak ada yang tahu jadwalnya kapan. Acak saja oleh osis team.

Jean kembali berbicara menjelaskan maksud kedatangan mereka, dan mulai merazia satu persatu tas dan lain-lainnya dari anak-anak di kelas ini.

“Dek, tasnya.” Ujar Jean, seolah tak kenal dengan Luisa.

Cewek itu memberikan tasnya, setelah itu dengan cepat menurunkan tangannya ke bawah meja.

Jean memeriksa tas pacarnya dan ia menemukan lipstick disana. Ia kemudian menatap ceweknya dan meminta penjelasan dari lipstick itu.

Luisa nyengir, “Hehe. Itu emang sengaja aku bawa, Kak.” Jawabnya jujur dengan wajah menggemaskan di mata Jean.

Spontan Jean melihat sekitar, rasanya ia ingin bertindak tidak adil dengan tidak menyita barang pacarnya.

Luisa terlalu menggemaskan memasang wajah seperti itu, tapi Jean sudah berjanji harus adil dan tidak nepotisme.

Lantas ia kembali menatap pacarnya dengan melas.

“Aku bawa, ya?”

Luisa mengangguk, tidak marah, kecewa atau semacamnya terhadap Jean. Karena sejak awal ia sudah tahu apa saja larangan yang ada disekolah ini, tapi tetap melanggarnya.

Hai, Kak Jean. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang