Aku melihat kolong kasurku, ada kardus besar yang di isi banyak barang di sana, barang... Yang mungkin bisa saja membuatku menangis karena teringat akan segala kenangan tentang dirinya. Aku menarik kardus yang cukup berat itu ke hadapanku. Sudah berdebu karena jarang ku sentuh. Barang-barangnya masih tertata rapi. Ada sebuah buku biru di bagian paling atas kardus itu, aku mengambilnya lalu ku tiup debu yang menempel di buku itu. Aku membuka buku biru kecil itu lalu tersenyum. Ku hirup wanginya, ternyata masih sama, bau buku ini seperti wangi anak unik itu, hah... Jadi bernostalgia! Lembar demi lembar ku baca dan yang aku dapatkan hanyalah rasa sedih yang terbuka kembali. Aku sangat merindukannya, aku merindukan sosok lelaki itu, seseorang yang selalu mengajariku apa itu arti bersyukur. Aku juga sangat merindukan suara merdunya itu, yang selalu ia keluarkan saat bermain gitar untukku. Dia adalah Mahen ku, si lelaki sederhana, yang sering membuatku terpana.
"Apakah kita hanya dua insan yang saling berimajinasi agar dapat direstui?"
- Mahen
Bumi Pasundan, Bandung.

KAMU SEDANG MEMBACA
MAHEN
Novela Juvenil"Aku ingin menjadi seseorang yang dikirim Tuhan untuk menjaga kamu sampai aku ditelan oleh tanah" Kalimat itu terlontar keluar dari mulutnya untukku, dengan suara yang amat sangat lembut. Mahen Koswara Putra Kusuma namanya, anak laki-laki aneh peny...