Pagi ini Aylin sudah siap dengan gaun yang tidak begitu mencolok namun masih terlihat elegan saat dipakai olehnya. Rencananya ia ingin pergi ke pasar dan alun alun kota untuk berkeliling, dan saat ini Aylin sedang di depan ruang kerja kakaknya untuk meminta izin keluar.
Sebelum masuk ke dalam, Aylin menghela nafas pelan. Hah ia tidak yakin akan diberi izin untuk keluar. Namun ia sudah bertekad untuk berjalan jalan keluar. Walaupun tidak di perbolehkan oleh kakaknya, ia akan nekat kabur.
Izin seperti ini hanya formalitas menurutnya. Dapat atau tidak izinnya, Aylin akan nekat menerobos keluar bila tidak diizinkan. Pasalnya ia sangat penasaran saat melihat alun alun kota yang nampak sangat menakjubkan dari kereta kuda untuk pertama kali.
Saat sudah membulatkan tekat untuk meminta izin, ia mengetuk pintu pelan.
Tok tok tok
Sedangkan di dalam sana Harenza yang sedang pusing pusingnya mengurus dokumen dokumen yang sangat menumpuk itupun sontak menoleh ke arah pintu, ia mengernyitkan dahinya.
Pasalnya ia sudah berpesan kepada Simon untuk tidak ada yang boleh mengganggu dirinya saat ini.
"Siapa?" tanya Harenza dengan suara ketus, pasalnya ia sangat tidak suka diganggu saat sedang mengerjakan dokumen dokumennya.
Aylin yang mendapat jawaban pun langsung berteriak, "Kakak ini aku, apakah aku boleh masuk?" tanya Aylin yang masih setia berada di depan pintu.
Harenza yang mendengar suara yang tidak asing itupun langsung merubah ekspresi nya menjadi cerah dan tersenyum, "Masuklah" jawab Harenza sambil memperhatikan pintu.
Kriet (anggap aja suara pintu didorong)
Aylin mengintip sedikit, dan ia langsung melihat kakaknya yang berada di meja kerjanya sambil memperhatikannya dengan seksama.
Harenza yang melihat pergerakan adiknya yang tampak sedikit ragu ragu untuk masuk itupun mengerutkan dahinya bingung, adiknya bersikap seperti itu hanya saat menginginkan sesuatu.
'Apa yang Aylin inginkan sekarang' pikir Harenza.
"Apa yang kamu inginkan?" tanya Harenza to the point.
Aylin yang mendengar itupun langsung tersenyum senang, "Kakak kamu sangat peka hehehe."
Harenza yang mendengar kosa kata yang asing itupun menaikan sebelah alisnya, "Peka? apa itu??" tanya Harenza penasaran.
Aylin yang baru sadar ia memakai kosa kata saat ia berada di kehidupan sebelumnya pun langsung melotot kaget dan berdehem pelan, "Ah anu, peka itu sama dengan sensitif" jawab Aylin sambil menggaruk pelipis matanya yang tidak gatal.
"Oh, memang banyak si yang bilang aku ini cukup sensitif" ucap Harenza.
"......Baiklah" ucap Aylin yang bingung untuk menjawab apa.
"Ah ya, tadi apa yang kamu inginkan?" tanya Harenza.
"Oh itu....." gantung Aylin.
Harenza menaikan sebelah alisnya sambil bersedekap dada.
"Aku ingin pergi ke alun alun kota dan ke pasar tanpa pengawal" ucap Aylin dengan satu tarikan nafas.
"Akan ku kabulkan apapun yang kamu mau, namun jangan yang itu. Lebih aman pergi dengan pengawalan Aylin" ucap Harenza sambil menghela nafas.
"Kakak kumohon...aku tidak nyaman jika diikuti oleh para pengawal" bujuk Aylin sambil mengeluarkan puppy eyes andalannya.
Harenza yang melihat itupun mengusap wajahnya gusar. Adiknya ini sangat imut, bagaimana jika ia diculik oleh orang jahat saat sedang berjalan jalan keluar?!.
KAMU SEDANG MEMBACA
The lady with white roses
Ficción históricaCynthia Atlanta. Dia adalah gadis cantik dengan segudang prestasi dan sejuta pesona yang dapat meluluhkan kaum adam dalam sekali lirik. Cynthia, gadis abad 30 yang sangat amat jenius. Di umur yang terbilang cukup muda (23 tahun) dia sudah menjadi ag...