16. Bring it on

32.3K 3.7K 432
                                    

"Absen seminggu Div?"

Diva menoleh menatap Irfan yang berucap padanya tiba-tiba, lelaki itu mengangguk gugup.

Sammuel yang duduk memunggungi ketiga orang itu menunduk menatap Guntur disampingnya kedua tangan mereka masih terpaut cengkraman Sammuel.

"Gun gue mau bicara sama lu." Ucap Gerald bangkit berdiri, Guntur tanpa bertanya bangkit berdiri melepaskan tautan tangannya dari Sammuel dan berjalan mengikuti Gerald.

"Jagain." Ucap Guntur kepada tiga remaja itu sambil menunjuk Diva yang hampir panik karena Guntur berjalan pergi.

Thommas mendengus melihat tingkah Guntur itu.

"Lu ada urusan apaan emang sama Leon?" Guntur yang berdiri disamping Gerald itu menghembuskan asap rokoknya pelan.

Kedua orang itu berada diatap sambil menikmati rokok dan berbincang perihal rasa penasaran Gerald yang sampai saat ini belum tersampaikan.

"Bukan gue, tapi abang gue yang ada urusan sama Leon." Ucap Guntur, Remaja itu menoleh dan mendapati Gerald juga telah menatapnya dengan tatapan penuh tanya.

Guntur tertawa kecil melihat kebingungan dimata remaja itu "Kenapa? lu bingung?"

Gerald masih bungkam memproses perkataan teka-teki dari lelaki itu "Apa urusannya abang lu?"

"Banyak, Nyawa dibalas nyawa Ger." Ucap Guntur menegakkan tubuhnya, lelaki itu menghela nafas sambil membuang puntung rokok dan menginjaknya "Gue nggak tau kenapa keluarga lu nyembunyiin fakta kalau Leon bisa disebut pembunuh, dia lepas cuma karena dia minor, itu dulu Ger, beda cerita sekarang."

Gerald yang nampak terkejut itu hanya diam, Semua terasa aneh baginya dan sangat terlalu jauh "Halu lo?"

Guntur tertawa sambil mengusap kepalanya dan menghela nafas "Nggak ada yang halu, Kita produk gagal orang tua." Ucap Guntur lalu berjalan meninggalkan Gerald yang masih terdiam bingung ditempatnya.

"Gue ngan—"

"Tom anterin Diva, gue ada urusan sama Guntur." Sammuel dengan cepat mencari solusi ketika Guntur hendak pergi, Diva yang nampak bingung itu menatap Thomas yang awalnya juga nampak sangsi.

"Oke," Namun lelaki itu lebih memilih bungkam ketika Guntur berucap.

"Nggak papa Div, kalo sampe ntar kabarin." Guntur mengacak rambut Diva sebelum ia melangkah.

Diva menatap lelaki yang mulai menjauh itu dengan ragu sambil menoleh menatap Thommas disampingnya, lelaki yang selama ini hanya ia lihat dari jauh itu kini berada disampingnya, agak aneh karena berdiri dengan orang dari salah satu kelompok yang selalu ia hindari itu adalah sebuah masalah.

"Cepet." Ucap Thommas berjalan mendahului Diva.

"Kalo ribet aku bisa pesen Go—"

"Lu mau gue dimasalahin Guntur?" Diva menghentikan ucapanya dengan cepat saat mendengar ucapan Thommas.

Diva tahu jika Guntur terkenal menyeramkan, namun  ia baru menyadari fakta jika semua orang mudah patuh pada remaja itu, saat ini.

"S-sorry." Ucap Diva gugup sambil memasang helmnya.

Dari kejauhan Guntur berjalan mengikuti Sammuel kembali kearea sekolah yang sudah cukup sepi, lelaki itu mengambil duduk di pinggir lapangan basket diiringi Guntur disampingnya.

"Gue masih belum selese nanya-nanya tentang lu, Gue mau tanya urusan lu sama sodara gue apaan?"

Guntur meletakan helmnya diatas kursi.

SOFTCORE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang