07. Ambush

33.2K 3.9K 485
                                    

The Weekend - Save your tears
.
.
.
"Gun—"

"Apa? Lu ngeharapin Guntur yang dateng?" Diva melihat Samuel yang datang menghampirinya di atap, Remaja itu sedikit kaku namun tidak berbuat banyak.

Diva bergeser sesaat setelah Samuel duduk dikursinya "Lu udah ngerasa hebat Div bisa temenan sama Guntur?" Samuel berucap sambil melihat Diva disampingnya.

Remaja itu masih bungkam tidak menjawab "Gue mau nanya beberapa hal sama lu, dia udah cerita apa aja?" Samuel berucap tanpa tekanan, ia hendak mengorek informasi dengan baik tanpa harus membuat Diva ketakutan, hal itu bisa berdampak buruk bagi dirinya hingga rekannya.

"Nggak ada." Diva menjawab jujur, Dua minggu pertemanan mereka Guntur sama sekali tidak menceritakan dirinya dengan detail, ia hanya menjabarkan singkat beberapa hal yang terdengar wajar.

"Soal kepindahan dia kesini ada cerita?"

"Gara-gara kerjaan orang tuanya." Ucap Diva mengatakan persis seperti apa yang dikatakan Guntur.

"Lu tau dia tinggal dimana?"

"Enggak." Jawabnya.

"Kenapa nggak nanya langsung sama gue Sam?" Samuel dan Diva menoleh ketika mendengar suara lain berasal dari pintu masuk. Sosok tinggi besar Guntur berdiri dengan membawa kotak bekal serta ipad ditangannya seperti biasa.

Samuel terdiam dan hendak bangkit namun bahunya ditahan Oleh guntur "Mau kemana? buru-buru amat, bukannya lu mau nanya-nanya soal gue?" Guntur duduk disamping Samuel yang terapit diantara dirinya dan Diva.

Guntur meletakan kotak serta ipadnya keatas meja lalu dengan cepat berbalik, merangkul bahu Samuel dan mendekatkan wajahnya sangat dekat hingga Samuel dapat merasakan hembusan nafas lelaki itu diwajahnya.

"Lu makin cantik tiap hari, kenapa lu nggak dateng kerumah gue aja buat nanya-nanya? sekalian kita bis—" Samuel hendak melayangkan tamparan pada wajah Guntur ketika lelaki itu mendekatkan bibirmya tanpa ragu.

Guntur dengan cepat menahan telapak tangan Samuel dan meremasnya kuat hingga telapak tangan itu memutih, Diva yang terkejut melihat hal itu hanya bisa diam tanpa melakukan apapun.

Samuel dengan cepat bangkit dan berjalan pergi setelah merasa Guntur nampak melonggarkan cengkramannya, Guntur hanya tertawa kecil setelah sosok Samuel menghilang dibalik pintu.

"Div, ngapain bengong?" Ucap Guntur, Diva tersentak dan tersadar dari lamunannya.

"Sorry ya, Gue bikin lu takut nggak?" Diva menggeleng cepat dengan canggung, alih-alih takut remaja itu malah merasa salah tingkah.

"Bagus deh." Ucap Guntur "Kamu deket sama Samuel?"

"Kan sekelas." Jawab Guntur, hal itu memang benar adanya.

"Bukan, maksudnya deket yang—"

"Temen? Enggak, gue cuma mau ngasih pelajaran aja sama dia." Ucap Guntur, Remaja itu nampak dengan tenang memakan bekal makan siangnya sambil menonton episode sambungan black clover.

"Ngasih pelajaran?" Diva nampak bingung dengan ucapan Guntur.

"Iya, Setahu gue Samuel selama ini paling nggak suka sama orang yang dipikirnya gay." Jawab Guntur.

"Kalau sebatas ngehindari sih gue nggak masalah, dia ngerundung orang pakai alasan dia homophobic." Ucap Guntur, "di sosial medianya juga." Sambungnya lagi.

Diva terdiam mendengar jawaban Guntur yang nampak sulit dicernanya itu.

Guntur menggigit ujung pulpennya, kali lelaki itu masih setia mengetuk kursi milik Samuel didepannya bahkan saat kelas sedang berlangsung.

SOFTCORE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang