22. Build A Bond

29.9K 3.4K 395
                                    

Labrinth - Forever
.
.
.
Sammuel menatap punggung guntur didepannya, lelaki itu beringsut pelan, memeluknya dari belakang dan menyandarkan pelipisnya.

"Gue sebenernya nggak terlalu perduli sama Nita." Guntur menghisap rokoknya pelan, mendengarkan ucapan Sammuel.

"Kenapa?"

"Ya nggak ada, Dia anak kesayangan bokap, pas bokap meninggal dia nggak bisa diatur, hidup sembarangan,susah dibilangin." Guntur mengusap tangan Sammuel yang memeluk perutnya.

"Pas bokap meninggal otomatis keluarga gue bangkrut, Nita yang biasa hidup enak ya jelas nggak bisa nyesuain diri dan nyokap yang emang terlalu buta sama rasa sayangnya malah nurutin semua kemauan dia.." Sammuel melepas pelukannya saat Guntur berbalik menatapnya.

"Lu pikir kenapa nyokap gue mau jadi simpenan kalo bukan buat menuhin gaya hidup anak-anaknya?" Guntur menunduk menciumi pipi Sammuel pelan "Gue udah beberapa kali bilang kalo mending dia cari suami yang beneran bisa dia ambil jadi 'suami' daripada jadi simpenan laki orang? mana temen satu sekolah gue lagi." Ucap Sammuel lagi sambil menghela nafasnya, Guntur menatap wajah lelaki itu dari dekat.

"Gue sama Tissa sebenernya tau, bodo amat sih, tapi lu taulah gimana Tissa, reputasinya disekolah bagus, kalo orang tau kelakuan bokapnya ya bakal berdampak sama dia mana bokapnya pegawai pemerintah lagi."

"Lu terlalu mikirin orang lain Sam." Guntur menatap lelaki itu, Jika berkali-kali Sammuel mengatakan Guntur sulit dipahami, nyatanya Sammuel lebih sulit dipahami, semua yang ia lakukan selalu bertentangan dengan siapa dirinya sebenarnya.

Sammuel mendecih lalu tertawa, menatap lelaki didepannya "Lu pikir lu enggak? Bawa beban keluarg, yang bahkan lu sendiri nggak tau apa-apa?"

Guntur terdiam, sebenarnya tidak ada yang berbeda antara dirinya dan Sammuel, kedua orang itu nampak sama-sama tidak pernah memikirkan diri mereka sendiri karena terlalu sibuk memuaskan orang lain.

"Gue bisa jadi diri gue sendiri pas sama lu, kenapa lu nggak bisa jujur sama gue?" Sammuel melihat lurus pada kedua mata Guntur, lelaki yang selalu diam berkutat dengan pikirannya sendiri itu kini bingung, Sammuel dengan mudah merasukinya hingga kebagian yang tidak pernah bisa dirinya sendiri capai.

"Can i kiss you?" Guntur berucap, Sammuel mengangguk dan mendekatkan wajahnya mengecup bibir Guntur lebih dahulu.

"No need for an permission."

Sammuel menyadari jika dirinya selama ini tidak pernah mendapat kasih sayang seorang ayah, membuatnya menatap Guntur seolah itu ayahnya, Guntur memberi semua yang ia inginkan selama ini, Figur yang melindungi dan mengajarinya banyak hal, karena hidup sebagai satu-satunya anak laki-laki dengan Ibu dan kakak perempuan mengharuskannya menjadi sosok yang kuat.

Daddy issues.

Guntur menarik Sammuel kedalam pelukannya, ia hendak membuka mulut namun mengurungkan niatnya dan lebih memilih menikmati momen nyaman itu bersama.

"Gue bakal bantu lu sebisa gue Gun, Lu nggak sendiri kali ini, i will chase them down for you, hunt with you." Sammuel mengusap Rambut Guntur, menarik kepala remaja itu agar menatapnya.

Guntur melihat tidak ada keraguan dari mata Sammuel "Gue perlu Nita." Ucap Guntur, Sammuel mengangguk "I'll bring her."

Guntur menyeringai, Ia tidak perlu repot-repot memancing mangsanya keluar karena mereka tidak sadar sudah memiliki racun dari dalam.

Guntur menatap perayaan kelulusan murid kelas tiga ditengah lapangan itu dengan datar, mereka yang berbahagia telah berhasil lulus dan bisa menyusun rencana baru itu nampak ber euphoria bersama sebelum berpisah.

SOFTCORE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang