-StepMother
Acara berlangsung meriah diiringi dentuman musik up beat yang membuat pemuda pemudi di sana menari-nari. Ditambah minuman alkohol yang tersedia secara percuma membuat mereka dengan senang hati menenggaknya tanpa harus pusing dengan bill yang akan dibayar.Di pojok, Tzuyu duduk dengan segelas vodka di tangannya. Dasarnya emang ia tak suka kebisingan, rasanya ingin cepat-cepat pulang dari kerumunan manusia yang sedang menari-nari ini. Tapi syukurlah beberapa minuman beralkohol dapat menemani kesendiriannya.
Kesendiriannya? Yup, Jihyo tengah diseret Nayeon untuk berbicara empat mata dengannya. Wanita itu haus penjelasan.
Tzuyu merasa bosan karena hampir 45 menit ia hanya duduk menikmati segelas minumannya yang sengaja ia sesap sedikit demi sedikit. Sebelum sebuah suara riang menarik atensinya, "Hai, Tzuyu!" Pemilik suara ringan itu tak lain dan tak bukan ialah Minatozaki Sana. Gadis seumurannya yang nampak aktif.
"Oh astaga, kau mengejutkan ku." Tzuyu tersenyum di ujung bibirnya sembari meletakkan gelas yang sendari tadi digenggamnya. "Ada apa, Sana?" Tanya Tzuyu dengan sedikit keraguan, berharap ia tak salah menyebut nama gadis Jepang itu.
"Aku mengamatimu daritadi, kau nampak kesepian." Sana berbicara sambil menarik kursi di samping Tzuyu dan duduk di sana. Untung saja mereka di pojok, jauh dari dentuman musik yang membuat gendang telinga bergetar. "Aku tau kau sangat bosan, tentu aku juga bosan. Bagaimana jika kita memainkan sebuah permainan?!" Mata besarnya nampak berkilat sambil menatap Tzuyu penuh harap.
Tzuyu menolehkan kepalanya, menatap balik gadis itu. "Permainan apa?"
"Emm, apa ya?" Sejenak ia berfikir keras, tak lupa mengedarkan pandangannya guna mencari inspirasi yang siapa tau memunculkan ide di kepalanya.
"Terserah apapun itu." Tzuyu terkekeh.
"Aku tau! Bagaimana kalau kita bermain permainan adu kuat?" Gadis Jepang itu langsung beranjak dari kursi dan mendekati meja berisi jajaran minuman keras yang masih tersegel utuh. Mengambil dua botol whiskey dan kembali duduk di tempat semula.
"Whiskey? Haha, kau menantang ku nona."
-•••-
"What the hell, Park Jihyo?!"
"Kang, marga ku sudah bukan Park-tolong diralat." Jihyo tersenyum dengan bangganya. Di sini mereka, duduk di samping panggung sambil menikmati musik yang dimainkan dj.
"Kau sangat gila, kau wanita gila." Nayeon masing tercengang, tak habis pikir dengan sahabat karibnya itu.
"Apapun itu, aku memang gila. Tergila-gila oleh seorang Kang Tzuyu. Siapa yang bisa move on dari gadis sepertinya? Ke ujung dunia pun akan ku kejar dia." Jawab Jihyo enteng, tapi memang benar adanya. Bagi Jihyo, Tzuyu adalah separuh hidupnya.
"Kau gila!" Nayeon menegaskan sekali lagi.
"-siapa yang gila?" Suara seorang pria menginterupsi obrolan keduanya.
"Ah, tidak ada apa-apa. Sebentar tenggorokan ku kering, aku ingin minum sesuatu." Nayeon segera berlalu, meninggalkan Jihyo dan Jay di situ. "Oh, hai Jihyo. Kenapa sendiri, dimana kekasihmu?" Jay terlihat celingak-celinguk mencari keberadaan Tzuyu.
"Dia sedang duduk di ujung sana." Jihyo menunjuk dengan dagunya walaupun tak yakin apakah Tzuyu benar-benar di sana. Kerumunan orang-orang menari membuat pandangannya tak memungkinkan menelisik Sang Kekasih.
"Kau tak ingin menari bersamaku?" Ajak Jay sembari tersenyum kecil.
Jihyo menggeleng pelan, "Tidak, Jay. Aku ingin mencari Tzuyu dulu ya, sampai jumpa!" Ia melambai, menghilang di balik kerumunan orang.
-•••-
Sedangkan di pojok halaman, dua gadis ini berlomba menghabiskan sebotol whiskey masing-masing.
"S-sedikit lagi.." Suaranya tampak ringkih, Sana sudah tak kuat mengangkat botolnya barang sebentar.
"Hey-hey, sudah cukup. Wajahmu merah padam, kau mabuk?" Dengan nada khawatir Tzuyu menyingkirkan anak rambut Sana yang menempel di pipi. Gadis itu menyesali perbuatannya, mengiyakan ajakan gadis bodoh ini. Jika ia tahu kalau Sana akan dengan sangat mudah mabuk, ia juga tak akan meladeninya. Padahal whiskey nya belum sepenuhnya tandas.
"Siapa namamu, ayo mari menari denganku." Dengan nada mengambang, Sana mengajak Tzuyu sekali lagi. Dengan susah payah ia berdiri, "Ayo kita menari!"
"Sana, kau jangan gila." Tzuyu segera berdiri dan memegang lengan gadis itu, berjaga-jaga karena Sana nampak oleng.
"Ssttt, singkirkan tanganmu dan kembali duduk nona cantik." Sana menepis tangan Tzuyu dari lengannya dan mendorong gadis itu agar kembali duduk. "Lebih baik kau duduk dan temani aku kalau begitu." Dengan lancang, gadis itu naik dan singgah di pangkuan Tzuyu.
"Hey, kau ini kenapa?" Dahi Tzuyu mengernyit, ia tak habis pikir dengan perbuatan Sana kali ini.
"Aku belum tau namamu nona cantik." Sana menyandarkan kepalanya di bahu Tzuyu. "Oh, dan-" Dihirupnya dalam-dalam ceruk leher Tzuyu, "-aku suka bau mu."
-•••-
Sedangkan di sini, Jihyo berdiri terpaku. Menyaksikan momen demi momen dua sejoli itu. Badannya membeku, lehernya tercekat, sesuatu menusuk dadanya. Terasa sesak bahkan hanya untuk sekedar menarik nafas.
"Brengsek." Emosi menguasai dirinya, api cemburu membakar seluruh isi hatinya.
Derap langkahnya cepat, mengambil sebotol lagi minuman beralkohol itu dan menenggaknya sekuat yang ia mampu. "Uhuk! Uhuk! Uhuk!" Ia tersedak.
"Jihyo astaga, pelan-pelan." Jay yang kebetulan berada tak jauh dari Jihyo segera menghampiri wanita itu.
Jihyo menatapnya sekilas dengan mata berkaca-kaca, tak mempedulikannya dan menenggak kembali minumannya.
"Ada apa denganmu? Kau membuatku khawatir." Jay terlihat was-was kala Jihyo menunduk dengan dahi mengernyit. Mungkin gadis itu merasa pusing karena pengaruh minuman yang ditenggaknya.
Dengan kasar, Jihyo menarik jas hitam pria itu. Membawanya mendekat dan menatapnya sayu, "Menarilah denganku."
- To be continued-
Yippie, halo-halo! Gimana nih puasanya, lancar ga? Anw, menerima kritik dan saran juseyo jangan malu-malu. 🖐️
KAMU SEDANG MEMBACA
StepMother [JiTzu]
Fanfiction[𝑶𝒏 𝑮𝒐𝒊𝒏𝒈✓] ',--JiTzu Story' "Sudah kubilang, bukan kodrat kita untuk saling mencintai!" Dengan intonasi yang terkesan menekankan sekali lagi, Tzuyu menjawab pertanyaan Jihyo yang memang sebelumnya sudah ia ulangi berkali-kali. "Lihatlah, kau...