8: [Namsan Tower]

2.7K 331 42
                                    

—StepMother

Di hari Minggu ini, menara Namsan nampak ramai di kunjungi. Mayoritas nya adalah pasangan remaja yang tengah di mabuk asmara. Namun, beda dengan situasi di dalam mobil Tzuyu di mana ia dan Jihyo masih di sana sejak 15 menit yang lalu.

"Ku bilang aku tidak mau turun!" Tzuyu masih dengan pendiriannya dengan tidak mau turun dari mobil. Alasannya singkat, ia tidak mau lelah berjalan. Padahal bukan itu alasan validnya.

"Baiklah! Aku akan ke sana sendiri!" Jihyo turun dari mobil dan membanting pintu nya.

Dengan langkah yang sengaja dihentak-hentak kan, ia menjauh meninggalkan Tzuyu. Namun sialnya, baru beberapa langkah seorang gadis seumuran nya tanpa sengaja menubruknya.

"Yak!" Teriaknya lantang. Dipandanginya gadis itu yang juga merasa tak terima atas kejadian barusan.

"Seharusnya aku yang berteriak! Kau jalan tanpa memperhatikan sekitar." Oceh gadis itu sembari tangannya membetulkan pakaian miliknya.

"Apa!? Jelas-jelas kau yang tidak melihat!"

Sedangkan Tzuyu di dalam mobil berusaha mengabaikan pertengkaran yang berada tepat di depan mobilnya. Namun, usahanya sia-sia kala keduanya semakin menjadi.

"Astaga, tidak bisakah dia membuatku tenang sebentar saja!?" Dengan frustasi ia keluar dan menengahi pertengkaran keduanya.

"Sudah-sudah, nona maafkan dia. Dia memang salah jadi tolong maafkan." Tzuyu membungkuk dan segera membawa Jihyo pergi dari tempat itu.

"Yak! Aku tidak salah, dia yang menabrak ku!" Jihyo masih tak terima dan berusaha melepaskan diri nya dari cengkraman Tzuyu.

"Diam atau aku akan meninggalkanmu pulang."

—•••—

Dengan raut datar, Tzuyu berjalan beriringan dengan Sang Ibu. Deretan-deretan gembok mengelilingi hampir seluruh penjuru. Dan itu mengingatkan nya pada kenangan 3 tahun yang lalu.

Flashback on—

Tangan dinginnya menulis pelan dua nama dengan hati turut berbunga-bunga. Tersenyum di bawah cahaya rembulan sembari membatin harapan indah pada setiap konsonan kata yang dituliskan secara spontan. Dan diakhiri dengan tanda hati sempurna—ia menutup doa singkatnya.

"Sudah?" Gadis bermata rupawan berjinjit guna mengintip apa yang telah ditulis Sang Kekasih, namun gagal kala yang lebih tinggi dengan segera mengangkat tangan kirinya ke atas.

"Aish! Ini gembok kita, harusnya aku juga tahu apa yang di tulis di sana." Jihyo merajuk dan membuang muka nya, padahal dalam hati tengah bersorak gembira.

"Iya-iya.. Ini." Tzuyu dengan kata lain tak tahan melihat wajah lucu kekasihnya memilih untuk menguncinya di salah satu celah. Mengambil kuncinya dan menyerahkannya pada Jihyo.

"Yeay!" Dengan senyum sumringah, Jihyo mengambilnya.

Dalam hati ia membaca tulisan yang tertera, 'Jihyo dan Tzuyu. Akan datang kembali lain waktu. Aku mencintaimu <3'

Hanya kalimat singkat yang siapapun bisa membuatnya. Namun, mengingat siapa penulisnya, kembali membuat sensasi hangat menjalari pipinya.

"Aku mencintaimu. Sangat-sangat mencintaimu." Sambung Tzuyu.

Boom!

Dihadiahi ungkapan cinta secara tiba-tiba kala wajah sedang panas-panasnya membuat Jihyo khawatir. Khawatir kalau-kalau ia pingsan sebab tak tahan dengan Tzuyu yang terus menyerang nya dengan kata dan perbuatan yang sukses membuatnya semakin jatuh cinta.

Tanpa kata yang terucap, Jihyo segera memeluk Tzuyu. Menenggelamkan wajahnya ke dada gadis itu. Memeluk erat kekasihnya dengan doa yang serupa, yaitu akan terus bersama hingga maut memisahkan mereka.

Ia berani bersumpah atas apapun, malam itu adalah malam paling bahagia dalam hidupnya. Senyumnya masih tak segan untuk tersungging, entah untuk keberapa kalinya. Jantungnya masih tak sungkan berdetak hebat kala seseorang itu  kembali membuatnya terpikat.

—flashback off.

Tanpa Tzuyu sadari, keduanya sudah berhenti sendari tadi. Pandangannya mengedar, memandangi pemandangan malam yang memanjakan mata di mana semuanya terlihat kecil dan lampu-lampu seakan berkedip.

"Jihyo dan Tzuyu. Akan datang kembali lain waktu. Aku mencintaimu." Dengan pandangan lurus ke depan, Jihyo mengucapkan kalimat yang berdampak besar pada perubahan raut wajah Tzuyu. Wajah datarnya kini menampilkan sendu yang tertahan sesuatu.

Ia membuang muka ke samping, mengelak fakta bahwa ia ingin sekali menjawab, 'Aku mencintaimu. Sangat-sangat mencintaimu.' Namun ia terlanjur percaya bahwa dirinya kuat dan tegar. Ia masih tidak bisa mengakui bahwa ia membutuhkan gadisnya, ia masih takut menerima konsekuensi.

"Ngomong-ngomong, aku masih menyimpan kuncinya."

—•••—
To be continued
—•••—

Anjay agak panjangin dikit.
Mangkany, belilah odading mang oleh agar bisa jdi iwak.

Btw si Jihyo kuncinya bukannya di buang malah di simpen :')

StepMother [JiTzu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang