—𝙎𝙩𝙚𝙥𝙈𝙤𝙩𝙝𝙚𝙧
"Unnie, apakah cat air terbuat dari selai kacang?" Seorang anak kecil dengan rambut panjang digerai menopang dagunya.
Pertanyaan polosnya berhasil membuat Jihyo tertawa renyah, "Tentu saja tidak—"
"Anak-anak, sepertinya sudah waktunya kita pulang." Tzuyu berjalan masuk dengan kedua tangan yang sibuk dengan selembar handuk guna mengeringkan air yang masih tersisa, memotong obrolan konyol antara Jihyo dan murid-muridnya.
"Yah.." Anak-anak memang masih polos, mereka mengenal seseorang yang bahkan baru satu jam lalu mereka temui—namun hati mereka merasa enggan untuk melepaskan sosok yang membuat mereka merasa senang dan nyaman.
"Tidak apa-apa, unnie akan kembali lagi bersama Tzuyu unnie." Jihyo membelai salah satu dari mereka.
"Benarkah!?" Terdengar nada antusias yang membuat hati Jihyo terenyuh, entah kenapa.
Ia pun mengangguk, "Iya, unnie berjanji."
Riuh antusias serta sorakan bahagia yang melengking terdengar bersahutan. Juga anak-anak yang kira-kira berjumlah 10 anak itu berhambur ke pelukan Jihyo, berebut agar sampai di rengkuhannya.
Dalam diam Jihyo tersenyum penuh arti, anak-anak ini masih begitu murni.
—•••—
Derap langkah keduanya terdengar seiras tanpa iringan lain kala Jihyo tak sekalipun bersuara. Tak lupa air muka masam juga tak lepas darinya.
Tzuyu berfikir keras, 15 menit yang lalu ia masih tertawa lepas bersama anak-anak. Lantas, kenapa sekarang tak sepatah katapun keluar dari mulutnya.
Tentu ia bukan penderita dissociative identity disorder bukan?
Sampai di mobil, keduanya memencar dan masuk ke kursi masing-masing. Terlihat masih baik-baik saja sebelum Jihyo bertanya, "Siapa tadi?" Sontak Tzuyu menurunkan tangan saat hendak menancapkan kunci mobilnya.
Seolah tahu arah pembicaraan Jihyo, Tzuyu segera menjawab.
"Dia Zico." Singkat, padat, dan jelas. Tapi, tentu bukan itu yang Jihyo inginkan—ia ingin jawaban lebih spesifik.
Masih ia terdiam sampai mobil Tzuyu melaju pelan-pelan. Jihyo ingin menuntut penjelasan signifikan, namun ia urungkan karena ekspresi Tzuyu terlihat enggan untuk dimintai keterangan. Keputusan akhirnya ialah menurunkan letak kaca jendela dan mengijinkan angin sore menerpa bebas kulit wajahnya.
Dalam diam, Tzuyu tersenyum samar. Melihat Jihyo yang terlihat tenang menyambut angin yang membelah setiap helai rambutnya, membuat otaknya kembali memutar kenangan-kenangan manis keduanya. Sedikit ia pelankan laju mobil yang dikendarainya.
Juga dalam hati sempat berbisik, 'Dia cantik.'
-•••-
"Dasar aneh."
"Tidak, aku hanya menyukai rasanya."
Perdebatan kecil sedikit membumbui serta Bibi Sunmi yang diam-diam terkikik geli sambil tangannya sibuk mengelap piring yang baru dicuci.
Jihyo yang masih terlihat tak terima dengan yang tadi sore.
Tzuyu yang masih sibuk memakan roti dicampur dengan nasi. "Roti ku tidak akan berubah menjadi ular, jadi berhenti memandangi ku seperti itu." Tzuyu kembali melayang protes untuk kesekian kalinya.
"Aneh, aku membencimu!" Jihyo beranjak dan berjalan menuju tangga dan naik ke lantai 2.
"Aish! Lihatlah, bibi. Apakah dia benar-benar ibu ku!?" Tzuyu membawa kedua tangannya menengadah, "Sangat tidak masuk akal!" Kemudian menggebrak meja disertai ia yang berdiri menyusul Sang Ibu.
Untuk kesekian kalinya Tzuyu meragukan status 'Ibu' yang disandang Jihyo setelah menikah dengan ayahnya.
"Astaga, tingkah mereka membuatku tersenyum seperti orang gila."
—•••—
To be continued
—•••—Punten goputt
Monmaap kalo ada ketidaknyamanan saat membaca
Silakan beri kritik dan saran ye..
KAMU SEDANG MEMBACA
StepMother [JiTzu]
Fanfiction[𝑶𝒏 𝑮𝒐𝒊𝒏𝒈✓] ',--JiTzu Story' "Sudah kubilang, bukan kodrat kita untuk saling mencintai!" Dengan intonasi yang terkesan menekankan sekali lagi, Tzuyu menjawab pertanyaan Jihyo yang memang sebelumnya sudah ia ulangi berkali-kali. "Lihatlah, kau...