12: [Resmi]

1.7K 239 43
                                    

StepMother

Seseorang wanita paruh baya berdiri dengan pandangan semi melotot ke arah kolam renang. Dari dapur, gorden yang menutupi kaca yang menyuguhkan langsung pemandangan kolam renang sedikit terbuka entah karena apa. Mulutnya menganga dan otot lehernya yang sedikit menegang dikarenakan ia yang tercengang bukan main.

Sangat di luar nalar, batinnya.

Beberapa menit sudah ia berdiri di tempat yang sama sebelum memutuskan untuk kembali fokus dengan urusannya. Dengan linglung, Bibi Sunmi segera merampungkan kegiatannya di dapur dan pergi ke dalam entah kemana. Pikirannya masih berkeliaran kemana-mana, tangannya juga terasa dingin entah tidak jelas karena apa. Tapi yang pasti, apa yang ia tangkap barusan benar-benar membuatnya tak bisa berkata-kata.

"Tuhan, apa yang baru saja ku lihat?" Gumamnya dengan suara bergetar di tengah langkahnya.

— ••• —

Membenahi rambutnya yang sedikit berantakan, Jihyo kini tengah duduk di depan meja rias milik Tzuyu. Sedangkan Sang Empunya Kamar tengah asik membasuh dirinya.

Ditatapnya refleksi dirinya sendiri pada cermin, spontan ujung bibirnya melengkung ke atas. Bayangan wajah Tzuyu yang sibuk mencumbunya beberapa saat yang lalu masih seliweran di pikiran nya. Memancing kupu-kupu di perutnya kembali berterbangan, seketika itu juga ia bernafas panjang.

"Fyuhh, aku bisa gila. Hanya sebatas ciuman tapi darahku sudah berdesir." Ia bercakap lirih, semburat merah muncul di pipinya. Jantungnya berdetak tak normal dan sudah tak masuk akal. Kedua tangannya terangkat guna menangkup wajahnya yang memanas, sial-sial kenapa semakin menjadi?

Sambil memejamkan mata akhirnya Jihyo mengatur nafasnya pelan-pelan, jika tidak ia—bisa mati dia karena jantungnya berdetak tak karuan.

Selang beberapa menit, Tzuyu telah selesai dengan urusannya. Gadis itu menghampirinya dengan kaos hitam polos dan sweet pant abu-abunya.

Dalam sekejap, aroma vanilla kesukaannya sudah memenuhi indra penciuman Jihyo.  Matanya memejam sejenak sambil menarik nafas dalam. Jihyo selalu menyukai ini.

"Oh, kau masih di sini. Ku kira sudah kembali daritadi." Ungkap Tzuyu, ia berdiri di belakang Jihyo yang masih duduk. Kedua tangannya terangkat dan  memegang pundak Jihyo. Pandangannya lurus ke depan, juga memandangi wajah Sang Ibu yang resik tanpa polesan.

Tzuyu tersenyum hangat kala mata mereka bertemu lewat pantulan cermin. Beberapa detik sebelum ia angkat bicara, "Astaga, kau sangat cantik." Gadis itu berucap dengan senyum yang masih sama, dengan penuh puja terus memandangi Jihyo tanpa berkedip. Ibu jarinya juga bergerak lembut guna mengelus punggung Jihyo.

Tangannya kini berpindah—berpindah untuk memeluk leher Jihyo dari belakang. Wajahnya ia sembunyikan di ceruk leher Jihyo, menghirup dalam-dalam aroma tubuh wanita itu.

Sial, aromanya begitu candu.

Tzuyu melepas pelukannya setelah merasa puas berada di posisi itu, disusul Jihyo yang berdiri dan berjalan menghampirinya. Senyumannya memang hanya sekedar tersenyum tipis, tapi tatapan Jihyo tak dapat menepis. Tak dapat menepis fakta bahwa ia sudah jatuh sedalam itu hanya untuk Gadis Jangkung di depannya ini.

Langsung tangan Tzuyu memeluk pinggang Jihyo, menariknya mendekat dengan sekali gerakan. Menatap Jihyo dan berucap, "Mulai sekarang, kau adalah kekasihku. Tidak ada penolakan dan aku tidak akan takut lagi menghadapi dunia. Tzuyu Si Pengecut sudah mati, aku telah membuangnya jauh-jauh hari."

Kening keduanya bertemu, "Persetan dengan gender, aku sudah jatuh cinta." Bisik Tzuyu sebelum memejamkan matanya, menikmati setiap kulit yang bersentuhan di antara mereka.

Jihyo? Wanita itu gagu sejenak, tak bisa berkata-kata. Bahkan untuk berkedip saja ia lupa, Tzuyu benar-benar menghipnotisnya.

Dalam hati Jihyo berseru, "Kau gila Tzuyu, aku bisa mati di tempat!"

Wanita itu segera memeluk erat tubuh tinggi di depannya itu erat.  Sebulir air mata lolos begitu saja kala matanya terpejam, air yang sendari tadi menggenang di pelupuk matanya sudah tak terbendung. Rasanya sulit di percaya, hatinya berkecamuk bahagia.

Ting! Ting!

Di tengah-tengah cuddle mereka—ponsel Jihyo berdenting nyaring, pertanda seseorang telah mengirimnya sebuah pesan yang menurut Jihyo tak penting. Sehingga diabaikannya sebentar, ingin lebih lama mendekap tubuh Sang Kekasih. Mencari lagi kehangatan yang sempat hilang lumayan lama.

Namun Tzuyu melonggarkan pelukannya, "Cek dulu ponselmu, siapa tau itu penting." Tuturnya lembut sembari mengusap punggung Jihyo lembut.

"Ah iya, baiklah." Sedetik kemudian Jihyo melepas pelukannya dan meraih ponsel yang tadi bervibrasi di atas meja.

Ada dua notifikasi masuk secara bersamaan.

Yang pertama dari Nayeon sahabatnya. Berisi, "Jangan lupa untuk datang ke pesta ulangtahun ku nanti malam, Nenek Tua."

Yang kedua dari Daniel, Sang Suami. "Sayang, nanti malam atau besok aku akan pulang ke rumah."

— To Be Continued —

Ada yang masih nyimpen di perpus? 🤔
Lihat komen dari kalian, tiba-tiba pengen lanjutin cerita ini. Semoga masih dapet feel nya ya, sorry banget kalau tersekan hambar. Lama ga nulis. ☹️

Oh iya, terima kritik dan saran ne! ( ◜‿◝ )♡

StepMother [JiTzu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang