17: [Tzuyu Merana]

1.3K 138 28
                                    

StepMother

"Dua hari, dia selalu mengacuhkan ku." Monolog seorang Kang Tzuyu sembari memandangi kosong lampu-lampu kota di balkon kamarnya. Bulannya terlihat indah, namun terasa gersang tanpa kehadiran bintang-bintang di sekitarnya. Yup, dua hari juga ia berusaha mencairkan dan membujuk kekasihnya itu dengan segala cara. Mulai dari mengajaknya keluar walau ditolak, berbicara empat mata, bahkan kemarin ia menolak untuk menemani Tzuyu pergi mengajar anak-anak di kelas menulis.

"Come on, i miss you so bad.. Aku merindukan segalanya darimu." Kali ini, suaranya bergetar. Ia merindukan wanitanya, hanya dua hari tapi dia sudah gila. Apalagi dengan adanya keberadaan ayahnya di rumah menjadikan itu kesempatan emas untuk Jihyo terus menghindar.

Gadis itu menutup wajahnya dengan kedua tangan, tak kuasa lagi menahan air mata yang lolos begitu saja. Sekarang gadis jangkung itu menangis sesenggukan, menumpahkan semua rasa kesal di hatinya. Rasa rindu, sakit hati melihat kemesraan Jihyo dan Daniel, kesepian, tak terima. Semua tumpah ruah mengalun di setiap isakannya.

Tiga menit.

Lima menit

Sepuluh menit.

Akhirnya gadis itu berhenti menangis.

"Ssttt, tidak boleh payah! Aku tidak akan menyerah." Spontan Tzuyu mengepalkan tangannya, lalu segera mengusap air matanya. Segera juga ia bangun dari duduknya, mengambil jaket dan dompet lalu beranjak menuju mini market terdekat.

Langkah demi langkah tak terasa hingga sampai di depan mini market tadi. Gadis itu segera berlari masuk. Ia akui, cuaca malam ini terasa lebih dingin dari biasanya. Kemudian Tzuyu melanjutkan langkahnya menjelajahi rak demi rak yang ada di mini market tersebut. Namun pandangannya tertuju pada satu wanita yang tak asing baginya. Terlihat wanita itu sedang mengantri di barisan paling belakang untuk membayar belanjaannya. Spontan ia berlari mendekat, "Bibi!" Sapanya girang.

"Hai, nak. Bibi tidak menyangka dunia sesempit itu." Tak lain dan tak bukan adalah Krystal, ibu Sana. Wanita itu nampak damai dengan senyumnya. "Kau sendirian? Ngomong-ngomong bibi lupa menanyakan namamu, faktor usia dimaklumi ya nak." Tawanya terdengar renyah.

Tzuyu mengangguk singkat lalu balas tersenyum, "Iya bibi aku sendiri, namaku Tzuyu. Bibi pun juga belum memberi tahu nama bibi padaku."

"Panggil saja Bibi Soo Jung." Kemudian ia melihat Tzuyu yang masih belum mendapatkan satu barangpun di keranjangnya. "Oh iya nak, kau mau membeli sesuatu?"

"Hu'um bibi, untuk kekasihku."

"Wahhh, beruntung sekali pria yang berhasil menggaet hatimu." Tawa renyahnya tak pernah ketinggalan.

Mendengar kata pria yang Soojung lontarkan spontan membuat Tzuyu merasa aneh. Tapi juga tak bisa ia koreksi, bisa kacau nanti. "Aku ingin membujuknya dengan memberinya sesuatu, dua hari ini ia mendiamkan ku." Kini Tzuyu menghela nafas, kembali merasa sedih mengingat masalahnya dengan Jihyo belum usai. "Kira-kira hadiah apa yang bisa membuatnya luluh dan mau berbicara denganku, bibi?"

"Hadiah.." Soojung terkekeh, "Buat saja paper ring lalu siapkan selembar kertas kosong. Tulis kalimat sayangmu di sana, bibi pernah dihadiahi itu semasa SMA dan bibi sangat bahagia. Sejujurnya hadiah tak perlu yang megah dan mahal. Kita hanya membutuhkan yang sederhana namun bermakna—"

"Untuk nyonya, silakan maju." Suara asing menginterupsi obrolan ringan mereka. Tanpa keduanya sadari, mereka sudah sampai di kasir. Petugas kasir memberi tahu untuk sedikit lebih maju agar mereka bisa menghitung belanjaan Soojung.

"Astaga, maaf kalau mengganggu bibi. Tapi terimakasih banyak sarannya bibi, akan segera ku laksanakan saran darimu." Beban pikiran Tzuyu seakan berkurang satu, ia tak lagi uring-uringan tentang hadiah yang akan diberikannya kepada Sang Ibu.

"Lakukan dengan baik, nak." Soojung tersenyum sambil membuka dompetnya, bersiap untuk membayar. Namun dengan cekatan, Tzuyu segera menyerahkan kartu kreditnya.

"Gunakan ini saja." Pinta Tzuyu kepada penjaga kasir.

"Tidak-tidak, tak perlu repot-repot." Wanita paruh baya itu berusaha menahan tangan Tzuyu, namun Si Penjaga Kasir terlanjur menerimanya. "Nak, belanjaan bibi ini tidak sedikit. Jadi merepotkan mu." Ucapnya sungkan.

"Tak apa bibi, anggap saja aku berterima kasih karena bibi telah memberiku saran."

— ••• —

Sekarang Tzuyu sibuk di meja belajarnya. Hampir satu jam ia menyimak tutorial bagaimana cara membuat paper ring, baginya ini terlihat rumit dan panjang. Namun gadis itu tak menyerah, hingga akhirnya sebuah paper ring dengan banyak bekas lipatan koreksi tercipta.

"AKHIRNYA!" Tzuyu bersorak sambil mengangkat tangannya di udara, punggungnya sedikit pegal karena duduk selama itu. "Jahhh, sekarang mari menulis surat permintaan maaf untuk kekasihku tercinta."

Dalam keheningan malam, gadis itu menulis satu persatu huruf dengan telaten dan penuh perasaan. Bagai menyalurkan rasa di hatinya kepada selembar kertas. Ditumpahkannya perasaaan betapa rindunya ia. Betapa sedih hatinya. Hingga tak sadar air matanya ikut mengalir, ia merasa aneh hari ini. Gadis itu merasakan bahwa dirinya sangat emosional.

"Huft, sudah selesai." Sedetik kemudian disandarkannya punggung yang terasa pegal pada sandaran kursi belajar miliknya. "Aku akan mengirimkannya pesan, semoga dia belum tidur."

Dengan penuh harap, Tzuyu menganbil ponselnya.

'Sayangku, kau sudah tidur?'
send 1:36
                                                   read 1:40

'Belum, ada apa?' 1:40

'Bisa ke kamarku sebentar, ku mohon. Janji tidak akan lama, hanya tiga menit.'
send 1:41

read 1:43

'

Iya, tunggu.' 1:43

— To Be Continued —

                         
HALOOOOO AYANG-AYANGKU STAY TUNE YA
Mohon dikoreksi kalau ada yang salah, jangan sungkan kasih kritik saran nee.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

StepMother [JiTzu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang