—StepMother
Udara masih terasa sama, Tzuyu dan Jihyo kini duduk di atas ranjang dengan saling bertatap tenang—namun tidak sedang berdamai dengan keadaan.
"Sekarang apa?" Tzuyu dengan kata lain sudah kehilangan kesabaran segera mengambil tindakan.
Jihyo sendiri tidak berhasil memahami dirinya sendiri, ia sensitif sekali hari ini. Dengan demikian yang mampu ia lakukan hanya memalingkan wajah ke samping.
"Apa kau tak suka pasal kedekatan ku dengan Zico?" Pertanyaan yang gadis itu lontarkan sontak mengundang tatapan Jihyo terfokus padanya. Sejenak Tzuyu terkekeh pahit, "Matamu mengatakan semuanya. Tapi, kau sama sekali tak mempunyai hak atas ku sekarang. Kau—hanya ibu tiri ku."
Seketika itu juga Jihyo menarik nafas panjang. Sakit? Pasti. Sama sekali ia tak ingin kata yang dengan sangat tega mengoyak hatinya itu mengalun bak irama antagonis yang kembali menguasai seluruh kesakitan nya.
Tatapannya berubah lara, se bulir air mata sertamerta turun melintang di pipinya.
"Hapus air matamu itu! Kau pikir aku akan luluh? Tidak! Aku sudah pernah se hancur itu. Melihatmu di altar bersama ayahku adalah hancur ku yang paling hancur—dan semuanya sudah cukup." Tzuyu segera turun dari ranjang dan berdiri. Berusaha acuh tak acuh dengan air mata gadis di depannya, padahal nalurinya ingin ia memeluk erat guna menyalurkan sedikit dorongan penyemangat.
Namun, Tzuyu terlalu takut. Takut jika ia jatuh di lubang yang sama, bahkan lebih sakit dari yang sebelumnya. Ia akui, dirinya adalah seseorang paling pengecut di dunia ini yang membiarkan orang yang ia cintai menangis sendiri.
Dengan berat hati, Tzuyu berbalik. Namun kala kaki hendak melangkah, Jihyo akhirnya buka suara.
"Lalu, kenapa kau mengakhirinya malam itu?"
Hanya itu yang Jihyo ucapkan, namun sukses membuat Tzuyu kembali berbalik dan segera menjawab, "Sudah kubilang, bukan kodrat kita untuk saling mencintai!" Dengan intonasi yang terkesan menekankan sekali lagi, Tzuyu menjawab pertanyaan Jihyo yang memang sebelumnya sudah ia ulangi berkali-kali.
"Lihatlah, kau selalu takut menghadapi dunia. Persetan dengan kodrat. Jika kita memang saling mencintai, maka biarkan perasaan itu berjalan sesuai dengan naluri." Suara wanita itu terdengar serak, ia turun dan memposisikan dirinya di depan Tzuyu.
"T-tapi, aku masih belum siap menerima konsekuensinya." Dengan nada terdengar lirih Tzuyu memberi pernyataannya. Ditatapnya Jihyo yang kini memandangi dengan tatapan mengintimidasi.
"Jika seperti itu, apa sepenuhnya aku salah jika ingin selalu berada di dekatmu dengan cara menikahi ayahmu?"
Tzuyu hanya bisa terdiam, ia membenarkan bahwa perasaan nya untuk Jihyo tak berkurang sedikitpun. Sekarang ia juga tidak dapat berdamai dengan perasaannya sendiri. Dan itu adalah sesuatu paling rumit di dunia ini. Ia benci memilih pilihan yang sama-sama berawal pahit.
Yaitu, menerima konsekuensi atau selamanya kalah atas rasa sakit.
—•••—
To be continued
—•••—Hi:v
Klean paham ga alurnya? Monmaap kalimat saya belibet😭
KAMU SEDANG MEMBACA
StepMother [JiTzu]
Fanfiction[𝑶𝒏 𝑮𝒐𝒊𝒏𝒈✓] ',--JiTzu Story' "Sudah kubilang, bukan kodrat kita untuk saling mencintai!" Dengan intonasi yang terkesan menekankan sekali lagi, Tzuyu menjawab pertanyaan Jihyo yang memang sebelumnya sudah ia ulangi berkali-kali. "Lihatlah, kau...