—StepMother
Pukul tiga dini hari.
Netra nya menatap lurus, ia tak yakin bahwa air yang menggenang di pelupuk enggan untuk menetes.
"Tidak untuk sekarang!" Gertaknya yang sepenuhnya tertuju pada diri sendiri. Dihapusnya air mata yang baru jatuh itu dengan kasar—berusaha menentang bahwa jiwa raganya tidak terlihat tersiksa.
Ia yakin, ia tak se rapuh itu.
Namun sepersekian detik, Tzuyu menggigit bibirnya. Menengadah menatap langit-langit dengan hati berdenyut sakit.
Sialan, ia memang sangat rapuh sekarang.
Dress nya masih ia kenakan—lengkap dengan sepatu hak tinggi yang terlihat menyebabkan ruam merah pada ujung tumitnya. Hiruk pikuknya pesta pernikahan tadi masih membekas utuh di kepalanya.
Melihat raut bahagia Sang Ayah yang terlihat murni kala mengucapkan 'Janji Suci' kembali mengalun kan musik melankolis di kepalanya. Bagaimana bisa semua nya terlihat begitu menyakitkan—bahkan kebahagiaan Sang Ayah sekalipun.
Di tengah-tengah isak-an nya, terdengar engsel pintu bergerak.
Seorang wanita dengan piyama masuk perlahan, mendekati Tzuyu yang masih dengan balutan gaun pesta pernikahan.
"Jelaskan apa yang kau mau." Nada dingin itu membuat langkah Jihyo berhenti. "Kau pergi, lalu kembali—namun dengan cara seperti ini." Tzuyu membenarkan posisi duduknya di atas ranjang. Terlihat masih enggan menatap seseorang yang baru beberapa saat duduk di sampingnya.
"Kenapa? Bukankah ini bagus? Kita bisa bersama—setiap waktu."
Ternyata benar, Jihyo memang masih menginginkannya. Tapi, pemikiran gila nya selalu membuatnya kehabisan kata.
Tzuyu memejamkan mata sembari mengatur agar tidak meledak sekarang, "Kau gila." Ia memalingkan wajahnya.
"Wae, Tzuyu? Kenapa kau menangis? Ini awal yang bagus untuk kita—" Yang lebih tua menangkup wajah Tzuyu, membuat pandangan mereka kembali bertemu. Dan ya, hati Tzuyu kembali berdenyut ngilu.
"Aku membenci mu." Tegas Tzuyu.
Jihyo tersenyum kecil, "—aku mencintaimu." Jihyo mendekat, mempertemukan kedua bibir yang sejatinya saling merindukan.
Sedangkan Tzuyu hanya diam dan menutup mata, terlalu lemah untuk membalas lumatan yang Jihyo berikan. Ia merasa berdosa—pada Sang Ayah tentu saja. Ia ingin mendorong wanita di depannya ini, namun yang ia lakukan malah menangis dalam diam.
Sekarang ia tidak yakin apakah ia sepenuhnya membenci ibu tirinya ini—sama sekali tidak yakin.
'Ya Tuhan, apa-apaan ini semua?'
-•••-
To be continued
-•••-Masi ada yg nyimpen ini di perpustakaan nya kah? :V
KAMU SEDANG MEMBACA
StepMother [JiTzu]
Fanfiction[𝑶𝒏 𝑮𝒐𝒊𝒏𝒈✓] ',--JiTzu Story' "Sudah kubilang, bukan kodrat kita untuk saling mencintai!" Dengan intonasi yang terkesan menekankan sekali lagi, Tzuyu menjawab pertanyaan Jihyo yang memang sebelumnya sudah ia ulangi berkali-kali. "Lihatlah, kau...