The Donor

1.3K 70 8
                                    

Musim panas akan berlalu. Tumpukan dedaunan kering menghiasi jalanan kota. Semua orang tampak melakukan kegiatan keseharian mereka seperti biasa. Pergi ke sekolah, atau berangkat untuk bekerja. Beragam suara jalanan terdengar memekakkan telinga, seperti halnya  bunyi klakson bus yang tengah memperingatkan penumpang.

Seorang lelaki bertubuh tinggi, berkemeja hitam dengan warna jeans khaki melangkah tergesa menuju sebuah apartemen. Pikirannya tidak tenang setelah menerima kabar dari Cecilia. Han Ji Hoo--pria berusia 29 tahun, adalah adik kandung dari mendiang suami Cecilia. 

Lelaki itu segera berlari menuju kediaman Cecilia. Beberapa menit setelah ia menerima pesan bahwa perempuan itu hamil. 

“Perempuan ini benar-benar. Apa yang ada dipikirannya?” gumam Ji Hoo.

Kini dia telah sampai di depan sebuah gedung apartemen berwarna putih. Tanpa menunggu lama dia langsung memasuki lift. Dalam diam, Ji Hoo terus berpikir. Pikirannya benar-benar terusik, bagaimana mungkin Cecilia melakukan hal bodoh seperti ini?

Ji Hoo menatapnya tajam, membuat Cecilia tidak mampu berkata apapun. Perempuan itu tidak berani memandangnya. Rasa bersalah tampak jelas di wajah mungilnya. Dia hanya tertunduk dan memainkan jemarinya mengusir rasa gugup.

“Apa kau harus sejauh ini?” ucap lelaki itu. 

“Ji Hoo. Aku–”

“Kau tahu? Hyung tidak akan suka ini.” Ji Hoo mengacak rambutnya, bingung hendak berkata apa. Pria itu beranjak dari sofa tempatnya duduk, berjalan menuju balkon apartemen.

“Ji Hoo mengertilah. Aku tidak punya pilihan.” Raut wajah sedih kembali tampak di wajahnya mungilnya. 

Ji Hoo berdiri, ia berjalan menuju Cecilia. Lelaki itu berlutut mensejajarkan tubuhnya dengan tinggi Cecilia. Diambilnya kedua tangan perempuan itu, matanya memandang wajah sang noona dengan lekat. Seharusnya Ji Hoo merasa senang saat mendengar berita kehamilan itu, tapi tidak kali ini. Seandainya bisa mengulang waktu, Ji Hoo tidak ingin Cecilia melakukan inseminasi. 

Cecilia tahu saat ini pasti Ji Hoo membencinya. Namun dia tidak punya pilihan lain. 

“Ji … Ji Hoo” Cecilia terbata.

“Kau sama saja mengkhianati Hyung!” ucap lelaki itu. 

Ji Hoo tidak mampu menahan emosi. Secepat kilat ia mengambil bantal kursi dan melemparkannya ke arah jendela. Tindakan itu membuat Cecillia kaget. Lelaki itu tidak mengatakan apapun. Dia meninggalkan tempat itu. Namun langkahnya terhenti saat Cecilia menahan tangannya sambil menangis.

“Kumohon,” pinta Cecilia sambil terus menangis.

Perempuan itu berlutut sambil tetap memegang tangan Ji Hoo. Derai air mata begitu deras di pipinya. Dia tahu tindakannya salah, tapi Cecilia tidak punya pilihan lain. 

Melihat Cecilia terus menangis sambil memohon, Ji Hoo tidak dapat menyembunyikan perasaan sedihnya. Lelaki itu tak mampu menahan tangisnya, ia memeluk tubuh mungil Cecilia yang nampak begitu kurus dan menyedihkan.

“Mianhae, Noona.” 

“Noona aku mohon jangan seperti ini. Kupikir aku bisa membantumu. Mungkin …” 

“Dengan cara apa?” Cecilia memotong ucapan pria itu.

“Dengan menjadi donor sperma bagiku?” Cecilia mendengus berpura-pura tertawa.  

“Ji Hoo kau punya istri. Kau adik iparku. Bagaimana mungkin aku akan tega melakukan itu pada Yoora? Mengertilah. Aku tidak punya pilihan, aku juga tidak ingin seperti ini. Seandainya Yong Dae masih hidup aku … kenapa hidupku seperti ini Ji Hoo? Tuhan, apa salahku?”Cecilia menangis histeris.

Unwanted EncounterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang