Revealed

274 41 8
                                    

Lelaki berambut sebahu itu duduk termenung di sebuah bangku panjang di tepi sungai bernama Han. Tempat ini cukup nyaman bagi seseorang yang ingin menyembunyikan duka. Lama dia berkontemplasi dengan pikirannya. Memandang semu pada awan yang bergerak dan air yang tampak seperti lautan kecil di depannya. 

Hanya tersisa kerinduan
Bersama kehampaan berjalan dengan kerinduan tertunduk pilu.
Menanti dalam kerinduan, terbungkus oleh kehampaan.
Menyerah pada kerinduan.

Sekiranya itulah lagu sendu yang tengah didengarkan melalui earphone yang dipakainya.

Siapa sangka dibalik sikapnya yang ceria di depan kamera. Jungkook menyimpan sejuta gundah dan masalah.

Rahasia, ya sebuah rahasia.

Rahasia yang hanya bisa disimpan sendiri, entah sampai kapan mungkin sampai mati?

Harum mawar membunuh bulan
Rahasia tetap diam tak terucap
Untuk itu semua aku mencarimu
Berikan tanganmu jabat jemariku
Yang kau tinggalkan hanya harum tubuhmu
Berikan suaramu balas semua bisikanku memanggil namamu
Atau kau ingin aku berteriak sekencang kencangnya
Agar seluruh ruangan ini bergetar oleh suaraku.

Cukup lama pria itu berdiam sambil menikmati lantunan lagu yang mencerminkan perasaannya. Lamunannya hilang setelah menangkap kehadiran seseorang. Bola mata indah itu yang dirindukannya. Meskipun bukan raut wajah kerinduan atau senyuman yang memyambut, melainkan keresahan yang diperlihatkan.

“Jungkook?”

Lolos sudah nama itu dari bibir tipis menawan seroang wanita yang berdiri terpaku di depannya. Sesosok perempuan bertubuh mungil dengan seorang anak lelaki yang memegangi tangan kirinya.

“Daddy!”

Teriakan gembira bersambut sebuah pelukan hangat. Lelaki itu berlutut menyambut pangeran kecilnya dengan tangan terbuka. Sore itu terasa begitu indah baginya. Sementara perempuan bertubuh mungil itu tampak terperangah tak mampu berkata-kata.

Anak laki-laki itu mencium wajah lelaki yang ia panggil “Daddy” bertubi-tubi. Gelak tawa mengiringi perjumpaan penuh kerinduan itu. Entah apa yang sedang kedua lelaki itu lakukan di sana, hanya tawa renyah dan pelukan khas ayah-anak yang terlihat di sana.

Jungkook berhenti sejenak. Dia berbisik kepada lelaki kecil itu. Setelah mendapat persetujuan, pria itu berjalan menuju wanita yang pipinya mulai basah oleh air mata di depannya. Sepersekian detik wanita itu menyadari presensinya, lalu mundur selangkah. Tapi terlambat, lelaki itu sudah memeluknya.

“Tidakkah kau lelah? Mau sampai kapan kita saling menghindar seperti ini?” ucap Jungkook.

Perempuan itu tidak berucap atau bergerak sedikitpun. Hanya terdengar isak tangis lirih disana. Terlalu lelah bagi mereka berdua. Seakan semua kata benci itu menguap begitu saja. Perlahan tangan bergelang safir  bergerak menuju punggung lelaki itu. Mendekap lebih erat saling berbagi pelukan. Kini kedua tangan kekar menangkup wajahnya yang teduh, mendaratkan sebuah ciuman rindu di sudut bibirnya.

“Aku mencintaimu.”

“Aku tidak ingin berlari lagi. Kita sudahi ini, demi anak kita. Demi kau dan aku.”

“Ayo menikah.”

***

Suasana ruangan rawat inap dengan dinding putih monoton serta uap dari pelembab udara menemani tubuh pria pucat yang tergeletak tak sadarkan diri di atas ranjang itu. Wajahnya terlihat pucat, dengan selang infus yang menempel pada buku tangannya terlihat memilukan.

Yoongi tampak sakit dan kelelahan. Hal itu tentu membuat Cecilia merasa bersalah. Karena egonya, Yoongi harus mengalami penderitaan ini. Bahkan berniat bunuh diri. Bagaimanapun, Yoongi telah meminta maaf padanya. Tapi ia terlalu buta dengan amarah sampai tidak memberinya kesempatan. Namun, sulit bagi Cecilia untuk melupakan semua kejadian yang menimpanya.

Unwanted EncounterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang